Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sang Alpha : BISIKAN DEWA

Sang Alpha : BISIKAN DEWA

Lucyana

5.0
Komentar
2.1K
Penayangan
2
Bab

CERITA DEWASA DAN TERDAPAT BANYAK ADEGAN DEWASA. JIKA BELUM CUKUP UMUR, HARAP CARI BACAAN SESUAI UMUR YAA. Oscar AL-Fayed adalah dokter muda yang memimpin team forensik nasional kota Catalonia. Suatu hari Oscar sedang duduk berbincang dengan sahabat lamanya, Musa D'La Hoye di salah satu cafe, pusat kota Catalonia. Ketika Musa sedang mengambil pesanan di meja bartender, Oscar mendapatkan pesan dari ponselnya mengenai identitas dari kerangka mayat yang sedang tim-nya investigasi. "Identitas di temukan : Musa D'La Hoye" Oscar segera menyimpan ponselnya kembali, memperhatikan sahabatnya Musa D'La Hoye yang tersenyum, berbicara, gestur tubuh sama persis dengan sahabatnya. Lalu mayat siapakah yang ada di laboratorium? Ataukah pria yang di depannya adalah Musa D'La Hoye palsu? Keanehan yang di alami oleh Oscar tidak berhenti sampai di situ saja, tim forensik Oscar juga menemukan identitas-identitas mayat lainnya yang seperti terindikasi pembunuhan terencana dan identitas mayat tersebut adalah orang-orang yang berhubungan dekat dengan Oscar, masih dalam keadaan hidup. Otak jenius Oscar seperti berputar dengan sangat cepat, satu per satu orang yang berhubungan dekat dengannya menghilang dan identitas mayat di laboratorium forensik terbukti. Dengan arti lain setiap orang yang berhubungan dekat dengan Oscar juga terancam kematian. Oscar mendapatkan petunjuk berupa coretan-coretan tulisan tangan di kertas yang di selipkan ke jurnal kerja pribadinya dan mengarahkan pada petunjuk namun kembali berujung ke misteri berikutnya. Siapa sebenarnya orang-orang yang berperan sebagai sahabat dan berada di sisi Oscar Al-Fayed? Lalu siapakah Melisa yang tidak takut akan ancaman apapun, tetap mendekati Oscar Al-Fayed? Apa sebenarnya tujuan dari pelaku menghabisi orang-orang terdekat Oscar Al-Fayed? Ikuti cerita serunya hanya Di Bakisah/Ceriaca, genre misteri, pembunuhan, kematian tidak wajar dan kejahatan lainnya.

Bab 1 Pertemuan

Suara erangan dan desahan erotis menjadi nyanyian sahdu pagi hari di sebuah unit apartemen mewah yang terletak tidak jauh dari laut mediterania.

“Oh, Oscar!” pekik Grace meledak dalam pelepasannya.

Oscar menggeram dalam dari pangkal tenggorokannya merasakan pijatan dahsyat di bagian tubuhnya yang tersarung dalam pada tubuh Grace, napasnya terengah dan ayunan bokongnya semakin cepat sementara Grace kembali naik bergairah mengais bibir Oscar untuk dia lumat dan salurkan perasaannya yang ikut naik mendaki mengejar puncak pelepasan mereka.

“Grace!”

Oscar terpekik bersamaan dengan Grace juga berkedut menjepit bagian tubuh Oscar yang menghunjam tubuhnya sampai ke dasar.

“Och … Kamu sangat nikmat, Baby! Dan pernahkah aku mengatakan jika aku sangat dan semakin mencintaimu, Grace?” bisik Oscar setelah mencabut dirinya lalu membaringkan tubuhnya di samping wanita cantik dengan tubuh elok seksi di setiap bagiannya, Grace Miller, istrinya yang sudah setahun lalu mereka menikah tapi belum memiliki anak.

"Ya, kamu sudah sering mengucapkannya. Dan aku juga sangat beruntung menikah denganmu, Oscar, cinta pertama dan terakhirku!" jawab Grace melabuhkan kepalanya di samping tubuh Oscar dan tangannya memeluk tubuh basah peluh suaminya itu penuh kasih.

“Oscar, aku ingin bayi!” cicit Grace kemudian, tangannya sudah naik mengelap peluh di wajah suaminya yang di tumbuhi brewokan kasar namun sangat maskulin dan semakin tampan.

“Ya, kita akan mendapatkannya. Kita akan cuti dari pekerjaan lalu pergi berlibur selama sebulan atau dua bulan mungkin dan … Voila … Oscar junior atau Grace junior akan hadir di sini!” sahut Oscar memiringkan tubuhnya, jemarinya bermain di atas tubuh Grace yang putih bersih dan indah lalu membelai perut ramping istrinya.

“Kita akan ke liburan ke pulau Bali!”

Grace pun terpekik karena dirinya dan Oscar sudah jauh-jauh hari merencanakan akan pergi berbulan madu ke Bali tapi terhalang pekerjaan Grace sebagai desainer dan juga pekerjaan Oscar yang sejak enam bulan lalu di minta untuk menjadi pemimpin tim forensik nasional Catalonia. Tepatnya tim forensik Oscar lebih berfokus kepada memecahkan teka teki kerangka mayat tanpa identitas.

“Kita akan pergi kemanapun yang kamu suka, melakukan apapun yang kamu inginkan dan bercinta sampai lelah seakan tidak ada hari esok … Tapi sekarang, kita harus kembali ke rutinitas dulu. Pergilah mandi, aku yang siapkan sarapan untukmu!” Oscar menjawil puncak hidung mancung Grace lalu mengecupnya sambil tersenyum.

Oscar mengambil celana boxernya, melabukan kecupan kembali di kening Grace dan memberi kode agar istrinya itu bersegera pergi ke kamar mandi lalu Oscar ke dapur bar apartemen, membuat sarapan untuk mereka berdua.

Sepeninggal Oscar ke dapur, Grace menerima pesan di ponselnya yang buru-buru dia baca, balas dan menghapusnya sebelum meletakkan ponselnya di atas nakas. Wanita cantik itu terlihat sendu menatap lautan mediterania yang tampak indah berwarna biru dan berkilau di terpa sinar matahari pagi.

Grace mendengar suara Oscar yang bertanya mengenai minuman yang ingin dia minum untuk sarapan dan dia pun berteriak menjawab suaminya sambil tersenyum bahagia. Tangan Grace membelai perutnya sendiri, “Daddymu pasti akan sangat senang begitu dia tahu kehadiranmu, Little Baby. Sementara kamu tenang dulu di dalam sana, oke?”

“Apakah kamu akan sibuk hari ini?” tanya Grace menggigit roti bakar keju buatan Oscar yang entah kenapa Grace kurang menikmatinya.

“Kurasa masih seperti biasa. Menangani kerangka-kerangka tidak bernama yang masih dalam penyelidikan. Pemerintah sudah mulai bertanya meminta identitas-identitas dari kerangka tersebut. Tapi jangan kuatir, aku akan menjemputnya dan kita pulang bersama seperti biasanya. Tunggu aku dengan manis, oke?”

Grace tersenyum, menggerakkan dagunya berulang kali maju mundur yang berarti setuju.

“Kenapa dengan rotinya? Kamu terlihat kurang menikmatinya, apakah tidak enak? Mau sarapan yang lain? Masih ada waktu dua puluh menit sebelum kita berangkat,”

“Tidak apa-pa, rotinya enak. Kamu cepatlah mandi atau aku akan memakanmu menjadi sarapanku!” kekeh Grace mencoba bercanda yang terdengar garing dan tidak lucu sama sekali tapi Oscar mengerutkan alisnya dan tertawa terbahak menuruti perkataan istrinya, berjalan menuju kamar mandi.

Grace langsung memakan roti sisa gigitan Oscar di piring suaminya itu yang masih belum habis lalu meminum susu almondnya sampai tandas. Semuanya terasa nikmat bagi Grace yang tersenyum menjilat bibirnya seksi dan mulutnya bergerak sensual saat menikmati roti dan susu sisa Oscar yang biasanya pria itu akan memakannya kembali setelah dia mandi dan berpakaian.

Grace buru-buru membuat gigitan di rotinya menyerupai gigitan pada roti sisa Oscar dan meletakkan di piring Oscar, begitu juga dengan susunya almondnya, Grace tuangkan susu di gelasnya ke gelas Oscar.

“Roti yang sama dan susu juga sama, tapi kamu menyukai bekas Daddy-mu ya Little Baby?” gumam Grace dalam hati sambil membelai perutnya lembut.

Tubuh Oscar sudah terbalut kemeja slim fit dan celana bahan potongan sederhana namun tampak gagah dan menawan untuk Oscar yang memiliki tubuh tinggi atletis. Sangat cocok dan serasi dengan Grace yang juga memakai kemeja sedikit longgar di padankan bawahannya rok bergelombang di bawah lutut mengapit buku pola desain gaun musim gugur yang sedang dia kerjakan di dadanya.

Oscar mengantarkan Grace ke tempat kerjanya terlebih dahulu kemudian dia mengemudi ke arah berlawanan menuju kantornya di gedung Catalonia BFN—Badan Forensik Nasional.

“Ada meeting jam 15.00 dan kita kedatangan tamu lagi satu kerangka,” sapa Imelda, asisten merangkap sekretaris Oscar di laboratorium forensik.

“Tamu?” kekeh Oscar tersenyum dengan mata biru safirnya menyipit menatap laporan di atas mejanya yang di berikan oleh Imelda.

“Yeah, tamu yang ingin kita bekerja lembur hari ini karena tamu-tamu sebelumnya belum ada yang berhasil di identifikasi sedangkan orang kepolisian dan kejaksaan sudah berulang kali datang ke sini.”sahut Imelda lugas. Lalu berbisik pelan di hadapan Oscar, “Pagi ini, Pak Eddie tiga kali menelpon menanyakanmu dan sudah dua kali berjalan hilir mudik ke laboratorium ini,”

Eddie Alexander adalah atasan Oscar dan dia sangat jarang datang ke laboratorium. Biasanya Oscar atau Imelda yang akan di panggil untuk menyerahkan laporan atau mereka bertemu di ruangan meeting investigasi.

“Mungkin dia ingin bertemu denganmu, Melda,” goda Oscar tersenyum simpul mengambil jas kerjanya yang tergantung di belakang kursinya lalu mengenakannya dan pergi ke ruangan penyimpanan kerangka yang di sebutkan Imelda adalah tamu baru datang.

Imelda mendengkus dan memanyunkan bibirnya maju, kesal mendengar godaan Oscar.

Oscar terlihat sibuk meneliti kerangka yang sudah di susun di atas meja, mencatat di buku jurnal pribadinya apapun info dan buah pikiran serta analisanya mengenai kerangka tersebut.

“Laki-laki, umur 33tahun,” ucap Oscar yang juga di ikuti oleh Imelda di belakangnya yang mencatat apapun info atau analisa Oscar di jurnal pribadinya juga.

Oscar juga berpindah meneliti kerangka yang sudah ada sebelumnya, melihat ke catatan di jurnal, komputer dan hasil tes DNA. Mencocokkan semuanya yang dia terlihat sangat fokus memejamkan mata menyambungkan info demi info menjadi satu kesatuan dalam analisanya.

Tiba-tiba ponsel Oscar berdering nyaring yang dia lupa untuk mensenyapkannya karena biasanya Oscar akan selalu mensenyapkan ponselnya ketika sedang bekerja.

“Hallo …” jawab Oscar meninggalkan Imelda yang mengangguk akan melanjutkan penelitan mereka terhadap kerangka yang tadi belum selesai Oscar analisa.

Oscar menghampiri Imelda setelah selesai berbicara di ponselnya, “Uhm, Imelda. Aku ada temu janji dengan temanku. Ini, kamu bisa pegang dan sesuaikan data-datanya, aku pergi dulu. Jika duo J kembali dari lapangan, katakan aku ada pekerjaan di luar, juga berlaku untuk pengagummu, Eddie!"

Oscar memberikan jurnal pribadinya kepada Imelda yang mengerutkan alisnya bingung tapi tangannya terulur menerima jurnal Oscar tersebut. Oscar yang Imelda tahu sangat menjaga privasi dan jurnalnya tidak pernah dia tinggalkan atau titipkan kepada siapapun karena berisi banyak info serta analisa Oscar yang terkadang memang di luar perkiraan orang kebanyakan.

“Hei, Asum D'La Hoye!”

“Racso Al-Fayed!”

Oscar dan Musa saling menyapa dengan membalikkan nama panggilan mereka masing-masing. Musa berdiri menyambut Oscar, melalukan tos ala pria lalu tertawa terbahak.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Oscar terlebih dahulu menelisik wajah Musa, sahabatnya yang tidak banyak berubah.

Musa tertawa ceria menyahut, “Aku baru saja putus dengan kekasihku. Yeah itu bagus! Akhirnya aku bisa pindah tugas ke sini, Barcelona maksudku. Tapi kita bisa sering bertemu dan mengobrol lagi. Bagaimana kabar Grace, apakah kamu sudah berhasil menghamilinya?”

“Keterlaluan! Menghamilinya? Kamu membuat Grace seakan wanita kaya yang aku culik lalu ku hamili baru di nikahi! Hahaha … Mungkin awal tahun depan kami berdua bisa berlibur mengambil cuti dan fokus membuat bayi!” jawab Oscar tergelak tidak pernah tersinggung dengan ucapan Musa.

Oscar, Musa dan Grace, mereka sama-sama di besarkan di panti asuhan yang sama, bersahabat sejak kecil sampai mereka berumur 33tahunpun persahabatan, komunikasi di antara mereka bertiga masih tetap terjaga.

Musa berdiri dan berjalan menuju bartender sambil berbisik pada Oscar, “Aku memesankan lasagna dengan irisan torpedo kuda untukmu,” yang di jawab Oscar dengan gelengan kepala geli dan kedua matanya menyipit mendelik ke arah Musa yang jahilnya tidak pernah berubah, level akut.

Ponsel di kantong celana Oscar berbunyi, Imelda mengirimkan photo kerangka mayat yang dia sebut sebagai tamu baru tadi pagi ke Oscar.

“Identitas di temukan : Musa D'La Hoye. Meninggal akibat luka tusukan di perut dan pukulan pada tengkuk yang menyebabkan tulangnya patah.”

Oscar segera menyimpan ponselnya kembali, dia memperhatikan Musa yang sedang berdiri di depan meja bar, menggoda wanita yang melayaninya. Ketika Oscar melihatnya, Musa melambaikan tangannya tersenyum kepada Oscar, berbicara dengan wanita yang juga tersenyum menatap Oscar.

Cara Musa tersenyum, pipi sebelah kirinya yang berlesung pipi, cara dia menggoda wanita, membawa makanan setinggi perutnya dan gerak langkah kakinya sama persis dengan Musa sahabat Oscar. Bahkan cara Musa berdecakpun Oscar sangat hapal dan yang di depannya ini adalah sahabatnya. Lalu ada berapakah orang yang bernama Musa D'La Hoye di Catalonia ini?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Lucyana

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku