Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran

Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran

Adaha Kena

5.0
Komentar
2.3K
Penayangan
65
Bab

Tanya Quinn gadis yang dijuluki peri kecantikan. Karena terbiasa dimanja, dia sama sekali tidak mengenal kenyataan dunia luar yang menyimpan beragam kemungkinan kejam. Keluarganya diserang, dan semua kebahagiaan hilang dalam semalam. Hatinya yang sebelumnya dipenuhi kemudahan dan cinta berubah jadi kesulitan dan dendam. Meskipun berhasil menyelamatkan diri. Tanya malah memasuki hutan Malapetaka yang terkenal berbahaya. Pada saat terbangun, Tanya mengira dirinya sudah berada di akhirat. Tapi ternyata, dia diselamatkan oleh lelaki tampan yang ditubuhnya tidak ada sedikitpun helaian benang. Siapa pria mesum itu? Apakah dia akan melahap gadis tidak berdaya?

Bab 1 Bertemu Dewa

Dalam keadaan di mana malam tidak bisa membuatnya berpikir tentang arah tujuan. Seorang gadis berlari secepat yang dia bisa seolah dikejar kematian. Dia hanya terus maju tanpa arah menembus semak belukar dan ranting pepohonan. Sebagai seorang putri yang tidak pernah mengenal luasnya bumi serta tingginya langit. Dia tidak sadar langkahnya telah membawanya jauh masuk ke dalam hutan.

"Argghhh!"

Dia terpental ke tanah setelah menabrak dahan pohon yang cukup kokoh. Pandangannya menangkap langit malam yang tidak bisa menampakkan apa-apa selain kegelapan.

"A-Ayah ... "

Sambil memegangi dadanya yang berdarah, gadis itu mencoba menstabilkan napas yang naik turun. Rasa perih terasa amat menyakitkan di tubuhnya yang lelah dan luka-luka.

Aku tidak boleh mati di sini. Orang-orang biadab itu harus membayarnya!

Membayangkan kembali apa yang terjadi pada keluarganya. Kebencian yang murni menjalar ke seluruh tubuh gadis tersebut. Dia berusaha mendapatkan pijakannya kembali. Dengan langkah yang putus-putus ia berharap dapat mencapai tempat yang lebih aman.

Cukup lama kesusahan menjejakkan kaki, sampailah gadis itu di depan sebuah gua yang memancarkan cahaya. Awalnya ia cukup takut untuk mendekat, tapi penasaran yang kuat menelan ketakutannya.

Semakin mendekat ke sana dingin semakin menusuk tulang. Arah cahaya yang menyilaukan membuatnya menyipitkan mata. Mencari sesuatu yang meredup serta kemudian dikepung gelap.

"A ... aku tidak ingin mati," gumamnya lemah sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.

***

Suara air yang menetes terdengar menenangkan. Kelopak mata gadis itu akhirnya mau memperkenalkannya pada dunia. Entah benar seperti yang dia lihat, atau hanya sebatas halusinasi saja, seorang lelaki tampan tanpa mengenakan pakaian mengisi penuh pandangannya.

"Kau siapa?"

Untuk sesaat gadis itu berpikir yang dia lihat hanyalah mimpi karena tidak ada jawaban. Sampai lelaki itu mengerutkan dahi dan menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Aku seorang dewa," ungkapnya.

Gadis itu memandangi orang yang mengaku dewa tersebut lebih intens. Rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang atletis sungguh memanjakan mata. Penampilannya memang menggambarkan sebuah kesempurnaan.

"Apa dewa memang tidak mempunyai uang untuk membeli pakaian? Dan yang lebih penting di mana ayah serta keluargaku yang lain?"

Lelaki tersebut mengedarkan pandang ke sekitar. Dia memeriksa apakah ada seseorang selain gadis di depannya. Setelah dirasa tidak ada, dia kembali memandangi gadis itu.

"Ayahmu? Apa dia di sini juga? Aku tidak melihatnya dari tadi," jelasnya lagi.

"Apa kamu seorang dewa yang suka bercanda? Aku sudah mati, kan? jadi harusnya kamu mempertemukan aku dengan keluargaku."

Gadis tersebut tidak habis pikir apakah petugas di akhirat benar-benar diperbolehkan memiliki sisi humor.

"Aku sangat yakin bahwa kamu belum mati. Apa kamu mayat hidup yang bisa berbicara?"

Gadis itu mengangkat tangannya. Walaupun ada noda darah di pakaian yang ia kenakan. Tapi luka yang sebelumnya terasa sangat perih sembuh tanpa bekas.

"Lihatlah! Semua lukaku sembuh. Aku pernah mendengar bahwa di akhirat orang-orang tidak memiliki luka. Mereka juga tidak mengenakan pakaian, dan sekarang kau tidak mengenakannya," ujar gadis itu memberikan pengetahuan tentang akhirat.

"Begitu, ya? Aku belum pernah ke akhirat. Jadi aku tidak yakin apakah itu benar."

"Kau ini dewa apa? Bagaimana bisa dewa tidak pernah ke sana? Berhentilah membuat humor dan cepat bawa aku ke keluargaku!"

Gadis itu menjadi jengkel, dia masih terbaring di tempat yang sangat dingin. Tubuhnya memang sepenuhnya sembuh tapi dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bergerak.

"Aku benar-benar belum pernah ke sana. Aku bahkan tidak tahu siapa kamu. Bagaimana bisa aku tahu ayahmu dan mengantarkan kamu ke tempatnya. Jadi, aku bingung harus bagaimana," kata lelaki itu berusaha meyakinkan.

Gadis di depannya masih tidak terlihat percaya. Dia perlu metode lain untuk meyakinkan ia masih berada di bumi. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelah berpikir sejenak lelaki tersebut memiliki ide.

TUK!

"Aawhhh!"

Gadis itu memegangi dahinya sambil meringis. Warna merah terlihat jelas di kulit putihnya. Dia hampir saja menangis.

"Kenapa kau menyentilku? Ini sangat sakit."

"Ini diperlukan ... kau tahu? di akhirat kamu tidak lagi menemukan rasa sakit."

Gadis itu mengangguk dan melayangkan tatapan kesal. Setengah sadar dia menyoroti laki-laki yang telanjang tersebut.

"Tunggu! kalau ini bukan akhirat kenapa kamu tidak menggunakan pakaianmu?!" teriaknya panik seolah sadar akan sesuatu.

Walaupun bisa menggunakan tangannya, gadis tersebut tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa terhadap tubuhnya yang sulit digerakkan. Bahkan jika dalam keadaan normal, seorang perempuan tidak bisa mengalahkan kekuatan fisik seorang laki-laki. Ketakutan berangsur-angsur menjalar di pikirannya.

"Menurutmu aku sedang apa?" Lelaki itu sedikit menggoda.

"Kalau kamu berani macam-macam. Aku akan membunuhmu sepuluh kali. Tidak! akau akan bunuh kau ratusan bahkan ribuan kali!"

Lelaki tersebut tersenyum memperhatikan reaksi aneh gadis di depannya. "Tenanglah! Aku hanya akan menyentuhmu jika sudah mendapatkan izin. Aku sudah mengatakan bahwa aku seorang dewa. Aku baru saja terlahir kembali. Jadi aku tidak mengenakan pakaian."

"Bagaimana aku harus mempercayai pernyataan konyol itu? Kau pasti berbohong! Obat apa yang kamu masukan ke tubuhku? Apa yang akan terjadi jika aku tidak bangun?"

"Tentu saja kamu akan mengandung anakku."

"Heh!" Gadis yang tidak percaya dengan jawaban lelaki itu melayangkan sorot tajam. "Kau ingin mati?!"

"Kali ini aku juga bercanda. Aku sama sekali tidak memberimu obat. Pakaian saja aku tidak punya, apalagi hal-hal semacam itu. Kamu berbaring di balok es yang menyerap energi kehidupan. Tentu saja tubuhmu sangat sulit untuk digerakkan."

"Apa kamu mengatakan kebenaran?" Mata gadis itu menyipit.

Lelaki itu memberikan ekspresi santai. "Aku tidak berbohong. Jadi bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Aku mendapat izin menyentuhmu atau tidak?"

"Tentu saja tidak!" tegasnya dengan kesal. "Aku akan membunuhmu kalau itu terjadi!"

Walaupun lelaki di depannya sangat tampan, dia tidak akan mau melakukan hal yang tidak senonoh. Apalagi ia baru saja menginjak umur 16 tahun. Hal semacam itu masih tabu dalam hidupnya.

"Jangan tersenyum!" teriaknya kesal.

Lelaki tersebut segera menghapus ekspresinya dan bertanya, "Nah, siapa namamu?"

"Tanya."

"Nama yang bagus." Lelaki tersebut menengok sebentar ke luar gua. Lalu mengalihkan padangan lagi menatap Tanya intens.

"Aku akan pergi sebentar untuk memastikan sesuatu. jadi, jangan keluar dan tetaplah di sini!" pintanya memperingkatkan.

"Tunggu!" Saat laki-laki tersebut hendak pergi, langkahnya dihentikan oleh suara Tanya.

"Ada apa?"

"Bagaimana jika hewan buas datang?"

"Mereka tidak akan berani ke sini. Tenang saja, aku hanya sebentar dan akan secepatnya kembali."

"Aku akan membunuhmu jika tidak tepat janji."

"Baiklah. Aku pergi."

Setelah laki-laki tersebut pergi Tanya mencoba beringsut. Dia benar-benar berada di atas balok es besar. Beberapa es lain baik yang menempel di atas gua ataupun yang berada di dasar, berangsur-angsur mencair. Tanya lalu memeriksa kondisi tubuhnya, dia mendapati banyak robekan di gaun biru muda yang dia pakai. Pakaian tersebut sudah tidak layak karena salah satu robekan membuat dadanya tampak.

"Apa dewa mesum itu melihat dadaku tadi? Ah, mustahil menemukan pakaian di hutan ini. Bagaimana aku harus mencarinya," gerutu Tanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran
1

Bab 1 Bertemu Dewa

19/07/2023

2

Bab 2 Dewa Mesum

19/07/2023

3

Bab 3 Tanpa Belas Kasih

19/07/2023

4

Bab 4 Tawaran

19/07/2023

5

Bab 5 Bermimpilah!

19/07/2023

6

Bab 6 Ares dan Kesepakatan

19/07/2023

7

Bab 7 Sebut Dia Nona

19/07/2023

8

Bab 8 Dicintai Alam

19/07/2023

9

Bab 9 Klan Quinn

19/07/2023

10

Bab 10 Apa aku boleh mencicipinya

19/07/2023

11

Bab 11 Pedang Pembalik Elemen

19/07/2023

12

Bab 12 Pertarungan Monster

20/07/2023

13

Bab 13 Melawan Monster

20/07/2023

14

Bab 14 Latihan dan Perbincangan

23/07/2023

15

Bab 15 Pedang dan Sedikit Kemajuan

23/07/2023

16

Bab 16 Penolakan Pedang

11/08/2023

17

Bab 17 Ares yang Menyebalkan

11/08/2023

18

Bab 18 Menggoda Tanya

11/08/2023

19

Bab 19 Pergerakan Monster

11/08/2023

20

Bab 20 Monster Kuat

11/08/2023

21

Bab 21 Dua Serangan Mematikan

08/09/2023

22

Bab 22 Kemarahan Ares

08/09/2023

23

Bab 23 Godaan Selepas Bangun

08/09/2023

24

Bab 24 Pemimpin Para Monster

08/09/2023

25

Bab 25 Berburu Kelinci

08/09/2023

26

Bab 26 Anak Lelaki Pemuja Tanya

09/09/2023

27

Bab 27 Lepas Kendali

09/09/2023

28

Bab 28 Sinyal Perpisahan

09/09/2023

29

Bab 29 Menuju Perpisahan

09/09/2023

30

Bab 30 Perpisahan

09/09/2023

31

Bab 31 Terpaksa Ikut Tanya

11/09/2023

32

Bab 32 Malam Penyerangan

11/09/2023

33

Bab 33 Menyelamatkan Tanya

11/09/2023

34

Bab 34 Pemakaman Keramat

11/09/2023

35

Bab 35 Pulang ke Kediaman Utama Klan

11/09/2023

36

Bab 36 Ares vs Alastair

15/09/2023

37

Bab 37 Hari Bersama Ares

15/09/2023

38

Bab 38 Perempuan Gila

16/09/2023

39

Bab 39 Kecemburuan Tanya

16/09/2023

40

Bab 40 Alasan Ares

16/09/2023