Penguasa Dewa Naga

Penguasa Dewa Naga

Aldho Alfina

4.4
Komentar
44.7K
Penayangan
113
Bab

Akara, seorang anak yang memiliki ambisi kuat untuk menjadi master aura terkuat menemui titik tumpulnya. Saat pembukaan aura ranah, ia tidak dapat memadatkan energinya, bahkan satu bintang energipun. Pemadatan aura ranah yang seharusnya dapat dilakukan setiap orang, namun tidak dengan dirinya. Ejekan dan tatapan yang mengasihaninya, membuat Akara kesal dan malah tambah memantapkan dirinya. Persetan dengan bakat, persetan dengan takdir! Gelar master aura terkuat akan aku miliki bagaimanapun caranya! Semua itu bukan karena bakat, tapi dengan kerja keras dan strategi yang matang.. Kalian yang dianggap jenius yang berbakat, akan aku buat tidak berkutik melawanku! Akan aku buat takdirku sendiri! Walaupun harus melawan Dewa sekalipun, pasti akan aku lakukan dan akan aku lampaui! Perkataan emosional dari seorang bocah, namun ternyata bukan isapan jempol belaka. Mereka tidak tau siapa dirinya sebenarnya. Orang yang bahkan ditakuti oleh seorang Dewa sekalipun. Masa lalu dan masa depan mampu ia kendalikan dengan mudahnya. Lalu kenapa dia ada di dunia ini? Siapakah dia sebenarnya yang saat ini hanya dianggap sebagai sampah? Penguasa Dewa Naga, tidak hanya menjadi pemimpin para Naga, namun juga para Dewa Naga yang eksistensinya ditakuti di berbagai alam semesta.

Bab 1 Prolog

Ribuan tahun yang lalu, Kaisar Amerta melawan para Dewa untuk mengubah tatanan dunia. Kala itu dunia dipenuhi oleh kekacauan di mana-mana, tidak semua orang dapat menggunakan energi, bahkan manusia biasa dijadikan seperti ternak. Orang-orang kuat kala itu tidak segan membunuh ratusan, bahkan ribuan manusia untuk dijadikan tumbal. Mereka menyerap jiwa manusia untuk mendapatkan umur panjang dan keabadian.

Akan tetapi, masa itu telah usai, kini telah berubah menjadi masa keemasan Aura. Setiap manusia kini dapat menggunakan energi, untuk membantu kegiatan sehari-hari, bahkan mencapai Abadi. Manusia dapat memadatkan suatu energi, menjadi sebuah aura yang jadi pertanda tingkat kekuatan. Semakin besar dan banyak aura yang dimiliki, menandakan bahwa semakin tinggi pula ranah yang ia punya. Tingkatan ranah yang tak terbatas, mulai hanya manusia biasa, seorang abadi, bahkan tingkatan yang lebih jauh lagi.

Binatang sihir di dunia ini juga bisa melakukan evolusi, hingga memiliki wujud seperti manusia. Insting alaminya ketika mencapai wujud manusia, akan berubah menjadi suatu kecerdasan yang cenderung lebih baik dari manusia biasa.

Penggunaan energi semakin berkembang dari waktu ke waktu, semakin banyak juga orang-orang kuat yang muncul. Beberapa ribu tahun ini telah berkembang ribuan teknik yang digunakan, dan masih terus berkembang. Tujuan utamanya merupakan keabadian dan kekuatan. Karena dunia yang kini telah berubah, ada aturan tak tertulis yang menyatakan 'Kekuatan untuk kehormatan'. Oleh sebab itu, semuanya berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuatan yang luar biasa. Mereka tidak mau menjadi kaum yang diinjak-injak.

"Oleh sebab itu, dunia ini menjadi satu-satunya dunia Fana yang melahirkan pemimpin hebat lebih dari satu. Tepatnya 3 pemimpin hebat yang bahkan menguasai dunia Fana lainnya. Ketiganya merupakan Kaisar Amerta, Kaisar Gletser Abadi dan juga Kaisar Naga Sejati. Kerajaan Glint tempat kita berada termasuk wilayah Kaisar Amerta, tapi berbatasan langsung dengan wilayah kedua Kaisar lainnya."

Bugg..

Seorang wanita menutup bukunya kembali, setelah selesai membacakan cerita kepada anaknya. Ia duduk di samping tempat tidur, tepat di samping anaknya yang sedang tiduran. Dia merupakan seorang wanita yang begitu cantik. Wajah tirus dengan kulit seputih mutiara, dihiasi dengan bibir berwarna merah alami, lalu matanya yang lebar dengan alis lentik dan juga rambut hitam pendek di atas bahu yang begitu kontras dengan warna kulitnya.

"Mama, Akara ingin menjadi Kaisar Amerta selanjutnya!" teriak bocah laki-laki berusia 7 tahun kepada wanita itu.

"Hahaha, kalau begitu tidurlah, besok pendaftaran masuk akademi!"

Mendengar tawanya yang begitu lepas, membuat dinding keanggunan dan kecantikannya seakan runtuh. Tidak akan ada yang menyangka jika wanita secantik itu bisa tertawa begitu lepas.

Wanita itu kemudian berdiri, meletakkan kembali bukunya pada rak di sisi tempat tidur, lalu berjalan keluar kamar anaknya.

...

Kota Biru, Kerajaan Glint

Keesokan harinya, saat sinar matahari masih diselimuti oleh kabut pagi. Ada sebuah bangunan besar yang berdiri di tengah-tengah kota. Bangunan yang dikelilingi tembok besar dan di atas gerbang masuknya bertuliskan akademi Biru. Pada halaman akademi, sudah berkumpul puluhan anak-anak berusia 7 tahun. Mereka menghadap ke arah suatu altar batu, berbentuk lingkaran seperti panggung, dengan dipenuhi oleh ukiran sajak. Di atasnya telah ada seorang pria paruh baya dan seorang anak kecil.

"Bintang 5? Jenius terbaik!"

"Tidak aku sangka, ada jenius sepertinya satu angkatan dengan kita!"

Mereka mengagumi Aura yang muncul di belakang pundak anak itu, diiringi oleh cahaya yang menyalakan sajak pada altar. Setelah 5 bintang, cahaya keemasan melambat membentuk bintang ke 6 dan masih saja menyala hingga akhirnya bintang ke 7.

"Berhasil memadatkan 7 bintang pada usia 7 tahun, keluarga Beton selalu saja mengejutkan!" seru pria paruh baya yang melakukan pengujian, hal itu diikuti oleh tepuk tangan dan sorakan anak-anak lainnya.

"Hahaha hebat!" Akara ikut kagum dan berdiri, menenteng dua pedang kayu yang segera ia letakkan di belakang punggungnya. Anak ini lalu perlahan maju saat anak dari keluarga Beton mulai turun.

"Dam Beton! Nomorku lebih tinggi darimu, jadi bintangku juga!" seru Akara ketika berpapasan dengan anak yang melakukan pengujian sebelumnya.

"Mana bisa!" seru Dam Beton dengan geram, seraya mengepalkan tangannya.

"Tentu bisa! Hahaha." Akara langsung berlari menuju altar dan pemadatan aura ranahnya dimulai. Saat pria penguji mengulurkan tangannya, mulailah menyala ukiran sajak pada altar batu. Para anak-anak sedikit terkejut, namun segera kagum saat melihat cahaya pada altar. Cahaya pada ukiran cahaya semakin terang, diiringi oleh raut muka penasaran anak-anak di sana. Akan tetapi, tiba-tiba saja semua cahaya itu padam seketika, bersamaan dengan padamnya ekspektasi mereka.

"Apa yang terjadi!?"

"Tidak muncul bintang sama sekali? Apa seburuk itu bakatnya?"

"Apa dia memang tidak memiliki bakat sama sekali?"

Semua anak menjadi bingung sekaligus panik, begitu juga sang penguji. Akan tetapi, Akara malah mengetuk-ngetuk altar menggunakan pedang kayu miliknya.

"Paman, benda ini tidak kuat menampung kekuatanku!" serunya kepada pria paruh baya yang melakukan pengujian.

"Ganti benda yang lainnya!" lanjutnya.

"Altar ini sudah ada dari ratusan tahun yang lalu, tidak mungkin rusak begitu saja," ujar pria penguji sambil mengamati sajak yang terukir pada altar.

"Karena sudah tua itu jadi rusak." Akara seakan tidak terjadi apa-apa, ia masih saja tenang, kini anak itu malah duduk bersila di atas altar.

"Bocah, kau turunlah terlebih dahulu!" Pria penguji mengusir Akara untuk turun, lalu memanggil peserta selanjutnya.

"Nomor urut selanjutnya!"

Akara segera turun, bersamaan dengan naiknya anak selanjutnya. Dengan santainya Akara duduk di tangga dan membelakangi altar pengujian.

"4 bintang energi! Lulus!" suara pria penguji kembali terdengar dan Akara langsung berdiri lagi dan melompat ke atas altar.

"Aku lagi!" teriaknya kepada pria penguji.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Aldho Alfina

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku