Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Im Not Amnesia

Im Not Amnesia

kuldesak

5.0
Komentar
82
Penayangan
5
Bab

"Dia begitu Cuek, dingin dan angkuh. Selama 4 Tahun menikah, Dia bahkan tidak pernah menyentuhku. Kita ini seperti orang asing di dalam sebuah ikatan pernikahan. Dan saat ini, Dia lebih memilih untuk bercerai." Demi mempertahankan pernikahannya dan juga ingin mendapatkan cinta dari suaminya. Kirana, harus berpura-pura Amnesia agar menunda perceraian yang suaminya berikan. Sampai kapan Kirana dapat bertahan dari Amnesianya? bagaimana reaksi Suaminya ketika mengetahui Kirana berbohong?

Bab 1 1.1

BAB 1

_______

Di sebuah gedung pencakar langit. Di dalam gedung itu, ada Seorang Wanita sedang berjalan menelusuri lorong koridor di dalam bangunan dengan Wajah yang datar tanpa Ekspresi dengan langkah yang pasti.

Klotak! Klotak!

Terdengar High Hilst dari sepatu yang wanita itu gunakan berberadu dengan lantai berbahan marmer yang ia tapaki.

"Selamat datang Nyonya!" Beberapa karyawan terlihat membungkuk memberi hormat ketika mereka bertemu dengan wanita itu.

"Apakah Suamiku masih ada di dalam?" Tanya wanita itu.

"Sepertinya, Tuan masih di dalam Nyonya." Jawab Satu wanita yang merupakan karyawaan di perusahan yang wanita itu berada.

Wanita itu melangkah dengan cepat menuju ke ruangan Direk. Tepat di depan pintu, wanita itu menarik kuat knop pintu yang ada di hadapannya.

Braak!!

Bunyi decik daun pintu terdengar keras. Saat pintu itu terbuka lebar, di dalamnya ada seorang pria tampan yang sedang duduk di meja kerja dengan pandangan lurus ke arah layar laptop yang ada di hadapan Prianya.

Wanita itu berjalan ke arah meja, "apakah kau masih sangat sibuk?" Tanyanya.

Pria di hadapan Wanita itu pun memutar kursi yang ia duduki lalu menatap ke arah wanita yang tengah berdiri di hadapannya.

"Kau tidak menelfonku atau memberitahukanku jika kamu ingin data-,"

Srraakk!!

Ucapan pria itu terhenti, ketika ia melihat Wanita yang ada di hadapanya merobek sebuah kertas dokumen yang harus ia tanda tangani. Mata pria itu terbelalak dengan sempurna di sertai dengan rahang yang terlihat mengeras.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya pria itu yang langsung berdiri.

Taak!!

Wanita itu, mengebrak berkas yang baru saja ia robek di atas meja dengan kuat. "Aku tidak ingin bercerai!" Dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Aku. . . Aku datang untuk mengatakan hal ini. Bahwa aku tidak ingin bercerai denganmu." Ucapnya tergagap dengan bibir bergetar.

Pria itu berdiri dari duduknya, lalu berjalan ke arah wanita itu. "Apa alasannya kau tidak ingin bercerai?" Tanya Pria itu.

Deg!

Mendengar pertanyaan pria di hadapannya, membuat wanita itu tertunduk sedih, 'alasannya, sudah pasti karena aku masih sangat mencintaimu.' Wanita itu membatin.

"E.. iya, kamu. . . Kamu tahu sendiri kan, jika orang tuaku tiba-tiba mengetahui kalau kita bercerai, orang tuaku pasti akan sangat terkejut," kilah Wanita itu memberi alasan.

"Kalau begitu aku yang akan menjelaskan semuanya kepada mereka." Dengan tangan melipat di dadanya. Pria itu menatap tajam ke arah wanita yang sedang berdiri di hadapannya.

Deg!

Mendengar jawaban pria tersebut, membuat dada wanita itu terasa di himpit dan tak bisa bernafas. Itu yang di rasakan oleh Kirana Manada, Wanita yang berusia 25 tahun. Yang tidak ingin bercerai dengan pria yang tengah berdiri di hadapannya.

'lagi? Dia hanya ingin bercerai denganku? Mengapa?' batin Kirana pedih.

Kirana mengepal tangannya, menahan emosi agar tidak meledak. 'bagimana pun aku tidak ingin bercerai!' batin Kirana yang kemudian memutar tubuhnya lalu berlari.

Braak!!

"Nyonya ada apa denganmu?" Tanya Seorang Pria yang masuk mengantarkan minuman.

Kirana tidak menghiraukan ucapan Pria itu, ia terus berlari dengan tangan yang menyeka air yang sudah mengalir deras di pipi mulusnya.

Kirana dengan cepat menekan tombol lift yang ada di hadapannya, "terbuka'lah sialan! Sebelum pria dingin itu kesini dan melihat kerapuhan'ku," gusar Kirana dengan menekan kasar tombol lift di hadapannya.

Ting!

Kiran berlari masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.

"Kiran! Tunggu aku!" Pria itu menahan pintu lift dengan tangannya.

Pria itu pun menyelonong masuk ke dalam lift. Ketika di dalam lift, suasananya terasa sangat mencekam. Padahal, mereka berdua adalah suami dan Istri. Namun hawa ini, terasa sangat beku. 'Kenapa dia mengikutiku? Untuk apa? Memastikan perceraian kita?' batin Kirana dengan mencuri pandang ke arah pria dingin yang kini sedang berdiri di sampingnya.

"Kau. . . Ingin menemui orang tuaku sekarang?" Tanya Kirana membuka pembicaraan.

"Aku akan mengantarmu," jawab pria itu dingin.

'benar, keputusannya sudah bulat untuk menceraikanku,' bantin Kirana dengan wajah tertunduk.

"Aku juga ingin makan malam untuk perjamuan keluarga, makanya aku ingin mengantarmu sekalian ." Dengan pandangan lurus nan dingin, pria itu berucap.

Kirana hanya tertunduk, ia bahkan tak berani menatap Pria di sampingnya yang telah menjadi suaminya selama 4 tahun.

"Aku akan mengurus perceraian kita secepat mungkin. Aku pastikan minggu ini, kita sudah resmi bercerai." Ucap pria itu yang kemudian melangkah keluar dari dalam lift ketika pintu lift terbuka.

Kirana menatap punggung pria itu yang berjalan di hadapannya dengan perasaan yang perih 'apakah kita sudah tidak akan bersama lagi?' batin Kirana.

Kirana, berlari dan melewati tubuh pria itu. Dengan isak yang sedari tadi ia tahan akibat gemuruh yang menghantam dadanya. Karena perceraian yang sedang melanda pernikahannya yang sudah 4 Tahun ia jaga, hal tersebutlah yang membuat Kirana menjadi rapuh dan berakhir dengan tangis yang pecah di saat ia berlari.

"Kirana! Aku belum selesai bicara!" Teriak Pria itu.

Kirana terus berlari tanpa menghiraukan teriakan suaminya. Yang kirana tahu, hatinya begitu perih di saat orang yang ia cintai, kini harus berpisah dengan kata Cerai.

'dadaku seperti tidak bisa bernafas. Sudahlah! Saat ini, aku hanya perlu menghindar darinya. Agar ia tidak menceraikan'ku' Kirana membatin dengan terus berlari.

Pria itu mengejar Kirana yang tidak ingin menghentikan laju pada kakinya. Semakin Pria itu memanggil nama Kirana, Kirana akan mempercepat laju untuk berlari.

"Kiran! Tunggu, berhentilah berlari. Ku mohon! Mari kita bicarakan ini baik-baik." Teriak Pria itu.

Kirana akhirnya keluar dari bangunan megah milik suaminya. Ia tanpa memperdulikan keadaan, Kirana masih saja terus berlari. yang Kirana pikirkan, ia harus menjauh dari suaminya agar Kirana tidak mendengar kata cerai yang selalu di ucapkan oleh pria yang sangat ia cintai.

'berhentilah menangis bodoh! Kau kuat Kiran!' Kirana mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Kirana menghentikan langkahnya, kemudian memutar tubuhnya lalu menatap sendu ke arah Pria yang sedang berlari mengejar dirinya.

"Kiran awas!!" Teriak Pria itu dengan mata membulat dengan sempurna.

CIIITTT!!

Brraaakkk!!!

"Aku tidak ingin bercerai denganmu Galang!" Ucap Kirana dengan iris mata coklatnya yang berkaca-kaca di saat Tubuhnya melayang lalu terhempas di atas aspal, ketika sebuah mobil menghantam tubuh Kirana.

Tubuh Kirana terlempar dan terseret di atas aspal beberapa meter. 'Mengapa, moment bersama dirimu se'singkat ini. Apakah Ini adalah kisah dari akhir hidupku? ' Tatap kiran lirih, ketika apa yang ia lihat terasa semua berputar dengan acak dan tak beraturan.

'Kenapa aku tidak merasakan apa pun lagi? Mungkinkah aku akan mati seperti ini?' Kirana tersenyum ketika ia merasakan sebuah cairan hangat yang mulai mengalir pada wajahnya. Di saat itu, pandangan Kirana menjadi gelap dan ia tidak dapat melihat cahaya.

Gala berlari dengan wajah yang terlihat pucat di sertai ketakutan bersama dengan kepanikan'nya yang tergurat di wajahnya. Gala menghampiri Kirana yang sudah tergeletak dengan darah yang sudah membanjiri wajah Istrinya.

"Kiran! Bangun, hei! Plis jangan becanda," Gala panik. Ia kemudian menopang kepala Kirana di atas pahanya. Dengan tepukan pelan di pipi Kirana. Berharap, Kirana bisa sadar.

"Tolong! Siapa saja! Tolong panggil ambulans!" Teriak Gala dengan suara menggema di tengah jalan yang sudah di kerumuni oleh orang-orang yang ingin melihat kejadian tersebut.

Gala mendekap wajah Kirana dengan perasaan yang perih di sertai sesal. "Kiran! Bangun. Maafkan aku," ucap Gala dengan suara bergetar.

Ambulans yang di minta pun datang. Dan membawa tubuh Kirana yang terluka itu ke Rumah Sakit. Gala dengan cemas mengantarkan Istrinya ke ruang ICU. Gala berharap bahwa Istrinya akan baik-baik saja.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh kuldesak

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku