Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
KAU JODOHKU, BUKAN SAUDARAKU

KAU JODOHKU, BUKAN SAUDARAKU

Shella

5.0
Komentar
32
Penayangan
2
Bab

Varel yang mencintai Rindiani yang berstatus sebagai istri orang. Di pertemukan oleh takdir dan di pisahkan pula oleh takdir, yang membuatnya begitu menderita. Mencoba menghilangkan perasaanya pada Rindiani, tapi hal itu hanyalah percuma, rasa cintanya pada wanita itu semakin bertambah. Keadaan semakin membuat Varel bingung, ketika Rindiani memutuskan untuk bercerai dari suaminya, karena dia memergoki perselingkuhan suaminya. Saat itu Varel selalu menjaga dan menguatkan Rindiani, ikut bersedih atas apa yang di alami oleh wanita yang dicintainya. Ketika hubungan mereka mulai ke arah yang lebih jauh. Tiba-tiba saja kabar mengejutkan datang dari orang tua mereka masing-masing yang ternyata memiliki hubungan di masa lalu. Hubungan apa yang membuat mereka harus berpisah? Akankah kisah cinta Varel dan Rindiani kandas begitu saja? Cover : by pexels

Bab 1 Rindiani

Bunyi alarm membangunkan seorang pria tampan berkulit putih dengan tinggi 165 cm, Varel 25 tahun yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan IT.

"kring kring kring." suara bunyi alarm jam beker.

Varel bangun lalu melihat jam yang berada di atas meja samping ranjang tidurnya, setelah mematikan jam dia bangun dan bergegas untuk mandi. Selesai mandi dia berdiri di depan kaca untuk memakai setelan jas nya, Setelah semuanya selesai dia mengambil kunci mobilnya lalu keluar meninggalkan apartemennya. Di parkiran mobil Varel terhalang oleh mobil yang mogok di depannya, melihat waktu yang dia punya tidak banyak, lalu dengan kesal keluar dari mobilnya dan menegur mobil yang ada di depannya.

"Tok tok tok," Varel mengetuk kaca mobil yang ada di depannya.

Seorang wanita membuka pintu mobilnya, dan membuat Varel terpesona dengan kecantikan wanita itu.

"Maaf ya soalnya mobil saya mogok," ucap wanita yang tingginya 160 cm.

Bukannya marah kepada wanita yang membuatnya hampir telat, Varel malah membantu wanita itu dengan memanggilkan montir yang biasa membenarkan mobilnya.

"Mau saya panggilkan montir? tanya Varel melihat wanita itu.

"Boleh jika tidak merepotkan," jawab wanita itu tersenyum kepada Varel.

Varel mengambil ponsel yang ada di sakunya, lalu dengan cepat menekan tombol untuk memanggil montir yang biasa di pakai untuk membenarkan mobilnya. setelah selesai menelepon, Varel melihat wanita itu yang sibuk dengan jam tangannya.

"Apa kamu harus bekerja juga? tanya Varel melihat wanita itu.

"Iya aku sudah telat sebenarnya, boleh tidak aku menumpang mobil kamu," pinta wanita itu dengan ragu-ragu kepada Varel.

Dengan senang hati Varel menyetujui untuk berangkat bersama wanita itu, tapi sebelumnya dia harus menyingkirkan mobil yang ada di depannya.

"Boleh, tapi aku harus menyingkirkan mobilmu dulu ya biar mobil bisa lewat," jawab Varel meminta izin kepada wanita itu.

"Ya sudah biar lebih gampang kita lakukannya berdua," ucap wanita itu melangkahkan kaki untuk mendorong mobilnya.

Mereka mendorong mobil itu dengan sekuat tenaga, dan mengeluarkan banyak keringat. Setelah selesai Varel, mengajak wanita itu untuk masuk ke dalam mobilnya, dan pergi untuk berangkat bekerja bersama. Di jalan Varel melihat wanita itu sangat panik, lalu dengan sedikit keberanian menanyakan arah kepada wanita yang duduk di sampingnya.

"Kamu pergi ke arah mana?" tanya Varel dengan ragu-ragu kepada wanita itu.

"Kamu tahu perusahaan One Group?" tanya wanita itu melihat Varel yang sedang menyetir mobil.

"Oh itu dekat dengan perusahaan tempatku bekerja syukurlah kalau begitu," jawab Varel sesekali melirik wanita yang ada di sampingnya.

"Makasih ya maaf merepotkan," ucap wanita itu. "Oh ya Nama kamu siapa?" tanya wanita itu kepada Varel.

"Namaku Varel, kalau kamu?" tanya balik Varel dengan sangat senang melihat wanita yang ada di sampingnya.

"Rindiani, biasa dipanggil Rindi," jawab Rindiani tersenyum membalas Varel yang tersenyum padanya.

Rindiani 23 tahun bekerja sebagai karyawan swasta di perusahaan One Group. Dia sudah memiliki suami, tapi suaminya bekerja di luar negeri. Sehingga Rindiani tinggal sendiri di apartemennya.

"Nama yang bagus Rindiani," puji Varel dengan jantung yang berdegup kencang berada di samping Rindiani.

"Nama kamu juga bagus Varel," balas puji Rindiani kepada Varel.

Mereka saling tersenyum, Varel yang menyukai Rindiani pada pandangan pertama, tapi tidak dengan Rindiani yang hanya menyukai Varel karena dia baik kepadanya. Sesampainya di depan perusahaan, Rindiani turun dari mobil Varel dengan sangat terburu-buru karena sudah telat.

"Makasih ya tumpangannya," pamit Rindiani membuka mobil lalu pergi berlari memasuki perusahaannya.

Varel yang belum sempat mengucapkan sepatah kata pun, hanya bisa melihat Rindiani yang pergi ke dalam perusahaannya. Dengan hati yang kecewa lalu melajukan mobilnya untuk pergi ke perusahaan yang berada di belakang perusahaan Rindiani. Sesampainya di perusahaan Eagle Two, Varel disambut oleh teman wanitanya Raisa.

"Kamu baru datang, tumben jam begini datangnya?" tanya Raisa yang berdiri di samping meja Varel.

"Iya tadi ada mobil mogok di depan mobil aku," jawab Varel dengan meletakkan tas di kursinya.

Raisa 23 tahun yang sudah lama memendam perasaan kepada Varel, tapi belum berani untuk mengungkapkan perasaannya pada Varel yang begitu cuek kepadanya.

"Sudah makan? Aku bawa sarapan mau makan bersama," tanya Raisa menawarkan sarapan yang dia bawa untuk makan bersama Varel.

"Tidak aku belum lapar, kamu saja makan duluan," jawab Varel dengan membuka laptopnya untuk memulai bekerja.

Rasa kecewa Raisa akhirnya dia pergi meninggalkan meja Varel, tak ingin mengganggu Varel yang sudah mulai bekerja. Di mejanya Raisa memikirkan cara untuk dapat mengungkapkan perasaannya pada Varel yang sudah hampir dua tahun dia pendam di dalam hatinya.

"Bagaimana ya caranya biar dia suka sama aku," batin Raisa dengan menengok ke arah Varel yang ada di belakangnya.

Di perusahaan One Group, Rindiani diomeli oleh seniornya karena sudah telat masuk pada hari pertama dia masuk kerja.

"Siapa nama kamu? Berani sekali kamu telat pada hari pertama," tegur Kayla di hadapan Rindiani.

"Rindiani Kak," jawab Rindiani kepada seniornya. "Maaf Kak mobil saya mogok jadi saya telat," lanjut Rindiani memberikan alasannya kepada seniornya.

"Ya sudah lain kali jangan kayak gini lagi ya," tegas Kayla kepada Rindiani. "Kenalin aku Kayla, senior yang bertugas untuk mengajari kamu di perusahaan ini," ucap Kayla memperkenalkan dirinya kepada Rindiani.

"Iya Kak Kayla, terima kasih atas bantuannya," jawab Rindiani tersenyum kepada Kayla seniornya.

Kayla langsung mengajak Rindiani untuk duduk di tempat kerjanya. Setelah itu Kayla mengambil beberapa dokumen yang ada di mejanya untuk dikerjakan oleh Rindiani.

Jam makan siang kantor, Raisa mengajak Varel untuk makan siang bersama di kantin kantor. Sesampainya di kantin, seorang teman yang berbeda bagian menyapa Varel dan Raisa yang sedang makan bersama.

"Hai..." sapa Haris duduk di samping Raisa dengan membawa makanannya.

"Hai Ris," sapa balik Raisa dan Varel secara bersamaan.

"Kalian tahu tidak ada berita panas hari ini," ucap Haris dengan membawa berita yang dia dengar dari para karyawan.

"Berita apa?" tanya Raisa menghentikan makannya lalu melihat Haris yang duduk di sampingnya.

"Katanya akan ada sebagian dari karyawan disini yang akan di pindahkan ke One Group, itu perusahaan yang ada di depan kita," jawab Haris melahap makanannya.

"Hah serius!" ucap Varel dengan antusias kepada Haris.

"Iya, jadi ternyata perusahaan itu milik bos kita, tapi dia tidak ingin membayar pajak yang doble. Maka itu, dia membangun perusahaan itu dengan beda kepemilikannya," jelas Haris melihat Varel yang terlihat senang. "Ada apa dengan wajahmu? Kok terlihat senang bukannya sedih ya," tanya Haris melihat senyum di wajah Varel.

"Iya, kenapa Rel?" tanya Raisa penasaran dengan melihat senyum di wajah Varel.

"Tidak, sudah ya. Aku duluan," pamit Varel mengambil nampan bekas makannya lalu pergi meninggalkan Raisa dan Haris.

Di jalan Varel mengingat Rindiani, dia membayangkan bekerja satu kantor bersama wanita yang dia sukai. Membuatnya tidak sabar untuk cepat di pindahkan ke perusahaan One Group.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku