Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Kanaya
5.0
Komentar
78
Penayangan
1
Bab

Kanaya adalah seorang mahasiswi semester 5 yang nekat memiliki hubungan asmara dengan seorang CEO bernama Galih. Pria berusia 40 tahun yang sudah menikah dan memiliki dua orang putri. Galih jatuh cinta pada Kanaya pada pandangan pertamanya ketika bertemu dengan gadis itu. Ditengah pertengkaran hebatnya dengan istrinya, Galih kehilangan akal sehat. Dia merenggut keperawanan kekasih gelapnya itu, hingga membuat kekasihnya hamil. Namun sial, Kanaya tak mau menggugurkan kandungannya. Keputusan Kanaya tersebut malah membuat Galih masuk ke dalam neraka kehidupan. Bagaimana nasib Kanaya setelah Galih tak bersedia bertanggung jawab, meski Galih sangat mencintainya? Apakah Kanaya akan tetap mempertahankan kehamilannya atau menggugurkan kandungannya?

Bab 1 Hasil Test Pack

"Om, aku hamil."

Galih terkejut bukan main begitu mendengar pengakuan dari selingkuhan kecilnya itu. "Jangan bercanda kamu. Om tidak mau kamu ajak bercanda tentang hal ini ya?"

"Kana tidak bercanda, om. Kana serius."

Galih sedikit mengernyitkan dahinya. Dia menatap kelu Kana yang sedang mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Ini buktinya." Kana memberikan hasil test pack yang baru saja tadi pagi dia lakukan. "Hasilnya- positif."

Ukiran senyuman dari wajah manis Kana justru membuat Galih merasa sangat resah kali ini. Padahal, yang membuat Galih jatuh hati pada Kana justru senyuman manis Kana saat perjumpaan pertama mereka di sebuah toko buku, sekitar satu tahun yang lalu.

Galih mengambil test pack dari tangan Kana dengan lemas dan jantung yang berdebar. Begitu benda pipih tersebut ada di tangannya, Galih langsung bisa melihat dua garis merah dari hasil test pack tersebut.

"Ini pasti bukan dari hasil urine kamu, kan?" Galih masih sangat berharap kalau hasil dua garis merah tersebut bukanlah milik dia dan Kana.

"Ini hasil dari urine Kana tadi pagi, om. Kalau om tidak percaya, om bisa mengajak Kana ke dokter. Kana bersedia." Kana tentu saja sangat senang dengan kabar mengenai kehamilannya itu. Tapi, Galih justru merasa sebaliknya. Kabar kehamilan Kana malah menjadi neraka untuknya.

Bagaimana Galih tidak merasa demikian. Hubungan pernikahannya dengan Fiona menjadi taruhannya. Galih tak mau kalau kehamilan Kana justru menghancurkan rumah tangganya dengan Fiona.

"Om? Kenapa om Galih diam saja?"

"Kana, begini." Galih sangat syok saat ini. Kabar kehamilan Kana memang membuatnya langsung merasa frustasi.

"Ya, om." Kana akan mendengarkan perkataan dari kekasihnya yang berbeda generasi dengannya itu dengan baik-baik. Seperti biasanya, mahasiswi itu selalu menjadi gadis yang patuh apapun yang akan Galih katakan padanya selama ini.

"Om percaya kalau kamu hamil."

"Terima kasih, om." Kana tersenyum semakin manis. Dia merasa lega karena Galih langsung mempercayai dirinya, tanpa perlu Kana bersusah payah meyakinkan kekasihnya itu. Dan, seperti biasanya pula Galih tak pernah tidak percaya pada Kana selama ini.

"Tapi usia kamu kan masih sangat muda sekali, 20 tahun. Sedangkan usia om sudah mencapai 40 tahun. Usia yang sangat rentan kalau harus memiliki anak kembali." Galih berusaha mencari alasan. Dia pun mengatakannya dengan sangat hati-hati. Selain agar Kana mudah mencerna ucapannya, dia juga ingin Kana tidak tersinggung dan bisa mengerti dirinya.

Namun, senyuman di wajah Kana langsung mengkerucut perlahan begitu dia harus mendengar ucapan Galih itu. Jelas, kalau Kana tidak bodoh. Dia langsung bisa menarik kesimpulan dari ucapan kekasihnya itu.

"Om," Kana memanggil pelan Galih. "Ap om- mau kalau Kana... menggugurkan kandungan Kana. Begitu?" Kana bertanya dengan lirih.

Dengan berat hati dan dengan satu tarikan nafas, Galih menjawab, "Iya."

Nana langsung terkelu. Reflek, air matanya langsung meniti dari kedua sisi matanya detik itu juga.

"Tolong mengerti keadaan aku, Kana. Bukankah hubungan kita tidak lebih dari hubungan senang-senang saja?"

Kana tersenyum sendu. Dia sangat menyayangkan hubungan mereka yang sudah terjalin hampir selama satu tahun lamanya, ternyata masih Galih anggap sebagai hubungan yang teramat biasa.

"Tapi, om mengatakan kalau om mencintai Kana."

"Memang benar, aku mencintai kamu. Tapi, bukan berarti hubungan kita harus dihadirkan dengan kehadiran anak. Itu bukan tujuan kita dari awal kita menjalin hubungan."

"Tapi, Kana sudah terlanjur hamil. Masa om tega mau menghilangkan bayi kita?"

"Hm..." Galih menghela nafas kasar. Tatapan matanya dia alihkan ke arah perut Kana yang masih sangat rata.

"Usianya pasti masih sangat kecil. Tak apa kalau harus kita hilangkah dari sekarang. Lagipula, bagaimana dengan masa depan kamu yang masih sangat panjang? Apa kamu tidak malu jika di cap sebagai pelakor? Aku sudah menikah, Kana. Aku sudah memiliki dua orang putri. Jadi, tidak mungkin aku menikahi kamu meski hanya pernikahan siri saja." Galih menegaskan hal itu kepada Kana.

Hati kana teramat sakit mendengar penolakan yang begitu tegas Galih katakan padanya.

"Om tidak adil pada Kana. Om yang berbuat, om menikmati, dan om yang menginginkan. Tapi, setelah terjadi, om malah melepaskan tanggung jawab om begitu saja."

"Aku tidak bermaksud untuk melepaskan tanggung jawabku padamu. Aku sangat mencintai kamu. Tapi, kamu juga harus mengerti keadaan aku."

"Apa yang harus aku mengerti?"

"Posisi jabatan aku di perusahaan itu yang membuat aku tidak bisa menikahi kamu."

"Tapi, Kana capek kalau harus kucing-kucingan seperti ini terus."

"Jadi, kamu mulai menuntut lebih untuk hubungan kita selama ini?"

Kana diam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Meskipun yang memang dia inginkan adalah hubungan yang lebih. Tapi, Kana berusaha sadar diri. Kalau dari sejak awal hubungan dia dan Galih terjalin, memang tak bisa lebih dari hubungan seru-seruan saja. Karena Galih sudah mengatakan hal itu kepadanya.

"Lagian kita hanya melakukannya sekali saja. Tapi, kenapa bisa langsung jadi sih, Na?"

"Kan om melakukannya tanpa pengaman. Om juga yang melakukannya dalam keadaan mabuk. Jadi mana mengerti Kana soal begituan. Itu kan pengalaman pertama Kana, om."

Galih lupa. Dia baru menyadari itu. Gara-gara pertengkaran hebatnya dengan istrinya di hari itu, akhirnya Galih mabuk berat. Dia hilang akal dengan mengajak Kana ke sebuah hotel dan melakukan hubungan intim di malam itu.

"Oh, shit. Kenapa aku begitu bodoh." Galih memaki dirinya sendiri.

"Om, Kana beneran tidak mau menggugurkan kandungan Kana." Kana mengatakan dengan wajah memelas.

"Tapi aku benar-benar tidak bisa menikahi kamu, Kana! Apa kamu tidak mengerti juga dengan perkataan aku!" Galih sangat marah. Dia membentak Kana dengan penuh emosi.

Kana tersontak kaget. Dia tak menyangka kalau pria yang selalu bersikap lembut dan hangat kepadanya selama ini, ternyata bisa melakukan ini padanya.

Tapi, Galih segera menyadari cepat kesalahannya. Begitu dia melihat Kana terlihat ketakutan gara-gara bentakannya barusan, Galih langsung merangkul tubuh Kana dan memeluknya erat.

"Maafkan aku. Maafkan aku, Kana. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti kamu. Aku hanya syok, stress, dan bingung harus melakukan apa sekarang. Sedangkan kamu tidak mau menuruti perintah aku. Padahal kalau kamu mau menuruti perintah aku, maka permasalahan kita selesai."

Tapi Kana tetap tidak mempedulikan apapun yang Galih katakan kepadanya. Kana tetap pada pendiriannya untuk tetap mempertahankan kehamilannya.

Kana menangis sejadi-jadinya dalam pelukan tulus Galih kepadanya.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh aljasmine

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku