Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
KOTRAK CINTA DENGAN CEO TAMPAN

KOTRAK CINTA DENGAN CEO TAMPAN

Al-Viendra

5.0
Komentar
677
Penayangan
10
Bab

Davina, gadis yatim piatu yang dibesarkan oleh paman dan tantenya. Orang tuanya meninggal sejak ia masih kecil karena sebuah kecelakaan. Beruntungnya Davina selamat saat kecelakaan itu. Sayang, orang tuanya meninggal ditempat kejadian. Semenjak hidup bersama paman dan tantenya, Davina selalu disiksa dan dijadikan mesin pencetak uang. Setelah Davina beranjak dewasa, ia memberanikan diri untuk keluar dari rumah peninggalan orang tuanya. Davina tak lagi memperdulikan rumah warisan dari orang tuanya. Yang ia pikirkan adalah keselamatan dirinya sendiri. Meskipun dalam hatinya ia tak rela jika rumah satu-satunya peninggalan orang tuanya dikuasai oleh paman dan tantenya. Hingga pada malam dimana ia pergi dari rumahnya, Davina justru mengalami kesialan yang mempertemukan dia dengan seorang CEO muda yang bernama Dave. Hingga Davina tidak menyadari dirinya sudah menyerahkan kesuciannya kepada Dave. Karena kejadian itu, yang membawa Davina terpaksa harus tinggal dirumah Dave yang seperti istana. Dave yang terus menerus dipaksa untuk segera menikah oleh kakeknya, akhirnya memilih Davina untuk menikah kontrak dan pura-pura menjadi istrinya. Apakah pernikahan mereka hanya sebatas kontrak atau akan terus berlanjut dan saling mencintai?

Bab 1 Satu Kamar Dengan Pria

"Astaga, apa yang terjadi sama aku? Kenapa tubuhku hanya berbalutkan selimut saja?"

Davina terkejut mendapati dirinya tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Ia langsung terduduk di atas kasur yang berukuran king size. Matanya mengedarkan ke seluruh penjuru kamar. Kamar yang terlihat sangat mewah dengan furnitur dari bahan jati yang diukir dengan sangat indah. Dirinya belum sepenuhnya sadar, Davina benar-benar bingung, apa sebenarnya yang telah terjadi pada dirinya.

Pakaian yang dikenakan tercecer berserakan di lantai. Seketika otaknya langsung berpikir yang tidak-tidak telah terjadi padanya. "Gak mungkin, ini semua gak mungkin." Davina menggelengkan kepalanya. Detik kemudian, ia merasakan sakit di area kewanitaannya. "Aw, kenapa sakit banget. Jangan-jangan benar dugaanku. Siapa yang sudah mengambil mahkota paling berharga dalam hidupku?" Davina terlihat sangat panik.

Pintu kamar mandi terbuka lebar. Dengan gerakan cepat, Davina merapatkan selimut yang menutup tubuhnya hingga batas leher. Tampak seorang pria dengan hanya berbalut handuk yang melilit di pinggangnya keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat sangat segar dengan rambut yang masih sedikit basah dan masih tersisa tetesan air di wajahnya. Menambah ketampanan pria tersebut. Aroma wangi dari shampo dan sabun menguar memenuhi seisi kamar.

Sejenak, Davina terpana melihat seorang pria yang gagah dan rupawan berada tepat dihadapannya. Dada pria itu terlihat bidang dengan perut kotak-kotak bak roti sobek. Membuat Davina semakin terpesona melihatnya. Detik berikutnya Davina baru tersadar jika dirinya telah terpesona oleh pria bertelanjang dada yang tidak ia kenal. Davina langsung memalingkan wajahnya dan menutupnya dengan kedua tangan.

Pria tampan yang baru saja melakukan mandi besar itu bernama Dave. Sama halnya seperti Davina, ia merasakan canggung saat ditatap seperti itu olehnya. Padahal sebelumnya, Dave sudah terbiasa ditatap oleh banyak wanita yang mengagumi ketampanan dan tubuhnya yang atletis. Mungkin dirinya merasa bersalah telah merenggut kesucian wanita yang kini berada diatas kasur miliknya. Tapi itu bukan salahnya, Dave tidak mengetahui jika wanita yang sudah ia gagahi semalam, masih perawan.

Dave berjalan menuju lemari pakaiannya. Jantung Davina semakin terus berpacu cepat. Dengan ragu, Davina memulai untuk berbicara.

"Ka-kamu si-siapa? Kenapa aku ada di-disini? tanya Davina dengan gugup.

Dave yang hendak membuka lemarinya, menggantungkan tangannya di udara. Ia bingung harus menjawab apa. Pasalnya dirinya sama seperti wanita itu, dia tidak ingat apa-apa dengan kejadian yang menimpa mereka berdua tadi malam. Dave hanya mengingat jika ia telah merenggut kesucian wanita yang masih duduk diatas kasurnya. Bagaimana wanita itu bisa berada di dalam kamarnya pun, ia tak mengetahuinya.

Dave berniat akan menjawab pertanyaannya setelah ia memakai pakaiannya. Dengan santai, Dave membuka handuk yang melilit di pinggangnya dan mulai memakai celananya.

"Aaaaa ...!" Davina berteriak histeris melihat pria yang tidak ia kenal telah melepaskan handuk yang hanya menutupi bagian tubuh bawahnya. Walaupun posisinya Dave membelakanginya, tetap saja Davina merasa risih. Karena seumur hidupnya Davina belum pernah melihat seorang pria dewasa bertelanjang.

Sontak Dave kaget mendengar teriakkan wanita dibelakangnya. "Hey, bisa tidak teriaknya pelan-pelan aja, hah?" tegur Dave yang kini sedang memakai kemeja berwarna navy, setelah sebelumnya ia sudah memakai celana panjang berwarna hitam.

Davina mengerutkan keningnya. "Mana ada orang teriak pelan-pelan? Dasar cowok aneh!" umpatnya dengan suara lirih tapi masih bisa terdengar oleh telinga Dave. Davina merasa kesal pada pria yang ada didepannya. Bukannya menjawab pertanyaannya, ia justru malah menegurnya gara-gara teriakkannya.

Setelah selesai memakai pakaiannya, Dave berjalan menuju nakas. Ia mengambil satu lembar cek lalu menuliskan angka yang cukup fantastis untuk diberikan kepada wanita yang kini masih berada di atas tempat tidurnya.

"Ini, saya harap, jumlah uang yang tertera di dalam cek ini cukup untuk membayar kesucianmu." Dave menyerahkan lembaran cek tersebut kepada Davina. Tapi sayang, Davina enggan untuk mengambilnya. "Ambilah!" Tangan Dave masih menggantung di udara.

Davina menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku bukan wanita murahan seperti yang kamu pikirkan!" jawabnya dengan tegas.

Dave merasa kesal, ia baru menemukan wanita yang menolak cek dengan jumlah yang besar. Biasanya para wanita malam itu akan dengan senang hati menerimanya. Apalagi jika ia melebihkan sedikit dari tarifnya. Dave berani membayar Davina dengan jumlah besar, karena Davina masih perawan. Dave menarik kembali tangannya. Ia tidak percaya begitu saja pada Davina, jika wanita itu bukanlah wanita penghibur yang suka menjajakan tubuhnya dari pria satu ke pria lainnya. Dave berpikiran jika Davina hanya sedang berpura-pura agar tarifnya dinaikkan lagi.

"Apa jumlah ini masih kurang? Sebutkan berapa yang kamu mau? Agar aku bisa segera pergi. Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni wanita seperti kamu!"

"Sudah aku bilang, aku bukan wanita panggilan!" sanggah Davina dengan suara cukup lantang.

"Hey, pelankan suaramu! Telingaku masih berfungsi dengan normal. Apa kamu biasa hidup di hutan, sehingga kamu tidak bisa berbicara dengan pelan, hah?"

"Aku sudah bilang, kalau aku bukanlah wanita penghibur seperti yang kamu pikirkan! Jadi aku tidak mau mengambil cek itu. Aku mau ...." Davina menggantungkan ucapannya, ia ragu untuk mengatakannya.

"Aku mau apa, hah? Baik, aku tau maksudmu." Dave kembali mengambil cek yang berada di atas nakas, lalu menyobeknya satu lembar dan menyerahkan cek kosong itu pada Davina. "Tulislah sesuka hatimu. Lalu segeralah bersihkan tubuhmu dan pergi dari kamar ini!"

Davina meraih cek kosong tersebut. Dave tersenyum miring, ia semakin yakin jika dugaannya benar, bahwa wanita yang telah ia renggut kesuciannya itu menginginkan jumlah uang yang lebih besar dari yang telah ia tuliskan tadi. Tanpa disangka, Davina merobek cek itu lalu melemparkannya ke arah Dave.

"Aku gak butuh cek kamu! Tapi aku butuh tanggung jawabmu yang sudah merenggut kesucianku!"

Dave terbahak mendengar perkataan Davina barusan. "Jangan mimpi, wanita penghibur sepertimu ingin mendapatkan seorang suami!" Dave terus tertawa tanpa memperdulikan perasaan Davina.

Davina merasa dirinya sangat rendah. Ia tak tahu harus berbuat apa jika pria yang telah merenggut kesuciannya tidak mau menikahinya. Hidup dan masa depannya akan hancur. Sia-sia sudah Davina mempertahankan mahkota paling berharga dalam hidupnya selama ini. Hanya dengan waktu satu malam saja, hidupnya kini sudah hancur berantakan. Davina terisak dalam diam sambil mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya.

Melihat Davina menangis, Dave merasa iba. Baru kali ini ia melihat wanita yang ia tiduri menangis. Biasanya para wanita penghibur itu akan senang setelah mendapatkan bayarannya. Tapi kali ini, Dave merasa heran pada wanita yang masih setia berada di atas tempat tidurnya itu.

'Kenapa dia menangis? Apa yang sedang ia tangisi? Apa benar apa yang dikatakannya tadi, bahwa dia bukanlah seorang wanita penghibur?' Dave bertanya-tanya dalam benaknya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku