Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Liar Sang Dosen

Gairah Liar Sang Dosen

ArattHanafii

5.0
Komentar
10.9K
Penayangan
10
Bab

Keisha harus menjadi asisten dosen dari seorang dosen bernama Edwin. Bukan karena ia menginginkan uang gaji, tapi karena Edwin yang meminta hal tersebut. Edwin mencurangi nilai Keisha yang membuatnya harus menjadi asisten dosen. Namun, seiring berjalannya waktu, Edwin meminta hubungan mereka bukan hanya sekedar rekan asisten dosen. Melainkan, sebagai teman dekat. Hal tersebut Keisha iyakan karena mengetahui rumah tangga Edwin yang menyedihkan. Sebagai wanita normal, Keisha merasakan kenyamanan dari semua perlakuan yang Edwin berikan. Sifatnya yang manis, juga begitu romantis membuat Keisha melambung tinggi. Hanya saja, ia tidak mungkin mengambil Edwin dari keluarganya. Yaitu, anak juga istrinya Edwin, Citra. Keisha tak mungkin berhenti, ia mencintai Edwin. Lalu, apa yang harus ia lakukan? Berhenti tak mudah, berjalan pun tak mungkin.

Bab 1 Bertemu Edwin, Pria Menyebalkan

"Capek banget!" keluh seorang gadis dengan rambut panjang terurai. Baju berwarna putih yang ia kenakan sedikit terdapat noda yang gadis itu sendiri pun tidak tahu.

Keisha Almira. Gadis berumur dua puluh dua tahun yang sedang sangat sibuk kuliah. Wajahnya tidak cantik, juga tidak jelek. Kelebihan yang terdapat dari wajahnya hanyalah lesung pipi yang menambah kesan manis pada wajahnya.

Sepulang kuliah, ia sengaja memilih untuk sejenak mengistirahatkan tubuh serta pikirannya di sebuah kafe yang terdapat live musik. Setidaknya, untuk sejenak dia akan melupakan beberapa masalah yang membuat otaknya kusut.

"Hallo, Cantik ...," sapa seorang pria yang dengan sangat tidak sopan kepadanya.

Keisha meneliti wajahnya dengan sangat serius. Pria itu ditafsirkan oleh Keisha sekitar berumur tiga puluh tahun awal.

Setelah meneliti wajah oria tersebut, Keisha kembali.pada aktivitas sebelumnya. Ia tak memghiraukan rayuan yang pria itu berikan. Tidak ada gunanya.

"Saya mau kenalan sama kamu, boleh?" tanya pria itu tanpa basa basi. "Kamu cantik."

"Gak ada waktu, Om." Keisha menjawab tanpa melihat ke arah pria tersebut.

Sejujurnya, Keisha sendiri tidak tahu harus memanggi pria tersebut dengan panggilan apa. Meski umurnya mungkin tidak berbeda jauh dengannya. Tetap saja kan dia lebih tua dari Keisha?

"Kenalan dulu bisa kali. Tidak kenal maka tak sayang." Pria tersebut tidak berhenti sampai di situ. Ia masih terus mencoba menarik perhatian Keisha.

Dengan rasa malas yang masih melekat, Keisha menaikkan pandangannya. Rasa takut menggerayangi hatinya karena baru kali ini ia berurusan sama seorang pria dewasa. Rasa memyesal muncul karena saat pertama kali pria ini tiba, ia tak langsung pergi.

Melihat Keisha yang sudah memerhatikannya, pria itu menjulurkan tangan dengan senyum ramah. "Saya Edwin."

"Keisha."

Saat tangan mereka bersentuhan, Keisha merasakan debaran jantung yang begitu kuat. Bukan karena rasa cinta. Melainkan, karena rasa takutnya yang semakin menjadi-jadi.

"Keisha ini kuliah atau kerja?" tanyanya dengan begitu ramah.

Mendapati pertanyaan ini, Keisha semakin takut. Ia takut jika pria itu akan berniat melakukan hal-hal jahat. Apalagi, belakangan sering teedengar kabar bahwa banyak perempuan yang menjadi korban kejahatan pria.

Keisha menarik napas panjang. Ia berusaha menetralisir rasa gugupnya yang bersamaan dengan rasa takut. "Kuliah, Om."

Pria bernama Edwin itu mengangguk-angguk. Senyumannya yang ramah tidak hilang dari wajahnya. Jelas saja hal itu semakin membuat Keisha semakin takut padanya.

"Maaf, sebelumnya ada apa, ya? Apa Om ini sales?" tanya Keisha dengan wajah polos.

Bukan tanpa alasan dia berkata begitu. Dari tampilannya, pria bernama Edwin ini memang sudah sangat mirip dengan seorang sales yang biasa Keisha temui. Menggunakan kemeja lengan panjang berwarna hitam, dan menggunakan celana kain yang berwarna senada. Lalu, di lehernya juga tergantung sebuah name tag.

Bukannya menjawab, Edwin malah tertawa. Apakah pertanyaannya itu salah?

"Maaf, apa pertanyaan saya salah?" tanya Keisha lagi dengan nada dan bicara yang begitu polos tapi ragu-ragu.

"Tidak, pertanyaan kamu tidak salah. Hanya kurang tepat saja. Saya ini dosen, makanya berpakaian seperti ini." Edwin berkata dengan begitu lembut bahkan tidak marah ssma sekali karena sudah disangka sebagai seorang sales.

"Oh maaf, maaf. Saya tidak bermaksud menghina Bapak," tuturnya dengan rasa bersalah. Keisha sengaja mengganti panggilannya agar lebih enak. Terlebih lagi, Edwin adalah seorang dosen. "Maaf, Pak. Apa ada keperluan lain?"

"Tidak ada keperluan apapun dengan kamu. Saya hanya ingin berkenalan saja. Boleh, 'kan?" tanyanya denfan suara yang begitu halus dan lembut. "Kamu cantik soalnya."

Tidak, Keisha tidak baper saat Edwin memyebutnya cantik. Malahan, bagi Keisha, laki-laki itu sedang menghinanya. Mana ada perempuan cantik dengan pakaian putih yang sudah kotor dan bau keringat.

Namun, lagi-lagi Keisha kembali merasa ketakutan karena Edwin memujinya cantik. Keisha berpikir apakah seorang laki-laki dewasa yang sudah memiliki jabatan begitu mudah merayu wanita lain?

"Maaf, Pak. Saya sudah terkalu banyak mengenal laki-laki. Silahkan katakan saja apa yang Bapak inginkan. Rayuan Bapak tidak mempan untuk merayu saya dan menjadikan saya selingkuhan Bapak," ketus Keisha dengan nada sinis. Ia tak ingin pria ini semakin semena-mena dengannya.

Edwin menatapnya dengan tatapan bingung. "Kenapa kamu memgatakan saya akan menjadikan kamu selingkuhan?"

"Tanpa Bapak katakan pun, saya sudah tahu bahwa Bapak sudah memiliki istri," jawab Keisha dengan nada datar yang bersiap membereskan beberapa buku yang sempat ia letakkan di atas meja.

"Bagaimana kamu bisa berpikiran begitu? Apa karena saya sudah tua dibandingkan kamu?" tanyanya dengan wajah bingung dan memitna penjelasan kepada Keisha.

"Maaf, Pak, saya tidak bermaksud menuduh Bapak. Hanya saja, saya lebih baik menghindari hal-hal semacam itu agar nama baik say terus terjaga." Keisha berkata seperti itu saat akan bangkit dari duduknya. "Saya permisi dulu. Mohon maaf."

"Keisha, saya tahu kamu dari kampus mana!" teriakan Edwin tidak Keisha dengar sama sekali.

Siapa juga yang akan peduli? Biarkan saja dia tahu di mana Keisha menempuh pendidikan. Dia juga tidak bisa melakukan apa-apa.

***

Keisha sudah duduk di dalam kelas pertamanya hari ini. Demi apapun, Keisha baru pertama kali berangkat lebih pagi agar terhindar dari seorang laki-laki bernama Edwin. Bisa saja dua menjadi penguntit, kan?

Bagi Keisha, sudah cukup pria itu mengetahui namanya saja. Tidak lagi perlu mengetahui di mana Keisha tinggal dan di mana Keisha mengenyam pendidikan. Meski kemarin laki-laki itu mengaku tahu di mana ia berkuliah, tapi Keisha menganggapnya itu hanya sebuah gertakan saja.

Tidka peduli apapun, yang Keisha tahu sekarang hanya hidupnya tidak tenang semenjak bertemu dengan Edwin. Meski laki-laki itu tampak tidak berbahaya, tapi tetap saja Keisha merasa takut.

"Tumben lo dateng pagi, Kei." Arini, teman dekatnya kini sudah muncul.

"Ya gak apa-apa, dong. Emangnya salah?" tanyanya dengan nada dan wajah yang begitu ketus. Bukan karena tidak suka kedatangan Arini, tapi moodnya sekarang benar-benar sedang tidak bagus.

"Gue denger-denger, katanya ada dosen baru tau di kampus ini. Masih muda lah di banding sama dosen rata-rata yang ngajar di kampus kita. Lumayan, buat cuci mata. Kemarin itu hari pertama tu dosen masuk," katanya seraya duduk di sebelah Keisha dan memgeluarkan sarapan pagi yang selalu ia beli di jalan.

"Muda kalau jelek juga buat apa?"

"Iya sih."

Keisha kembali memainkan ponselnya dan membiarkan Arini sarapan dengan tenang. Perlahan-lahan, semua mahasiswa serta mahasiswi mulai hadir. Bahkan, seharusnya dosen yang mengajari mata pelajaran ini sudah masuk.

Memang, dosen tersebut sudah sangat tua. Bahkan, untuk berjalan ssja sudah sangat lambat. Mungkin karena itulah dosen tersebut belum menampakkan batang hidungnya.

"Kei ... Kei ... Itu dosen barunya. Dia ngajar di kelas kita duluan loh! Kayanya gantiin dosen lama." Arini begitu histeris ketika dose baru itu masuk. Sedangkan Keisha, masih tidak ingin peduli.

Baginya, semua dosen sama saja. Dosen itu akan spesial jika tidak tidak memberikan tugas apapun pada mahasiswa dan tidak membuat mahasiswa stress meskipun dengan tugas yang tidak ada putusnya.

"Selamat pagi semuanya ... Perkenalkan nama saya Edwin Pramana dan saya dosen oengganti dari dosen sebelumnya pada mata kuliah ini."

Sontak, mendengar itu Keisha menaikkan kepalanya dengan sangat spontan. Ia benar-benar terkejut saat mengetahui bahwa laki-laki rese yang ia temui kemarin adalah dosennya di kampus. Pantas saja ia mengetahui di mana Keisha berkuliah.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku