Senja sudah menjalin hubungan dengan Awan selama kurang lebih dua tahun, namun selama dua tahun itu pula Senja tidak merasakan arti pacaran yang sesungguhnya karena Awan selalu mementingkan Raya, sahabat perempuan yang dia miliki di bandingkan dengan Senja di setiap keadaan.
Sepanjang Senja menjalin hubungan dengan Awan, Senja tidak pernah menjadi hal yang Awan prioritaskan, karena yang Awan prioritaskan hanyalah Raya sahabat kecil Awan. Seperti halnya saat ini, sejak bel istirahat berdering Senja sudah menunggu cowok itu di depan kelas Senja karena Awan tadi pagi mengetakan akan pergi ke kantin bersama dengan Senja, namun sampai sekarang batang hitung Awanpun tak terlihat.
Hal itu membuah Senja ahkirnya menutuskan mengirimkan Awan pesan lewat ponselnya.
Senja : Awan kamu dimana? kita jadi kan ke kantin bareng?
Awan : Maaf senja aku gak bisa sekarang, aku harus pulang
Senja : Kenapa pulang? kamu sakit?
Awan : Bukan aku tapi Raya, yaudah ya aku tinggal dulu kasihan Raya dia pucet banget
Senja : Iya Awan, Awan jangan lupa makan juga ya
Setelah itu Senja tidak menerima lagi pesan balasan dari Awan. gadis itu membuang nafas kasar, meski hal seperti ini sangat sering terjadi nyatanya hatinya tidak sekuat itu. Ahkirnya Senja berjalan sendirian ke kantin menyusul Bella, sahabat Senja yang sudah lebih dahulu ke kantin tadi.
"Gue tebak, pasti Awan sama Raya. Iya kan?" Tebak Bella saat Senja menyusulnya ke kantin, Bella sudah sangat hafal bagaimana sifat Awan kepada Senja.
"Iya," jawab Senja.
"Kan udah gue ajakin tadi ke kantin, lo-nya aja yang gak mau! kalo lo sakit hati Awan lebih pilih Raya harusnya lo bilang Ja, jangan diem terus, diem lo ga berguna yang ada Awan makin seenaknya sama lo," ujar Bella menasehati Senja.
"Gak papa kok, lagian kan Raya yang duluan kenal Awan dan mereka udah sahabatan dari kecil," jawab Senja, setiap Bella memberikan nasehat untuk Senja, Senja selalu menjawab itu mulu.
"Gak cowoknya gak ceweknya, sama-sama ga ada yang kreatif, lo gak ada kalimat lainnya gitu? gue sampek bosen sama kalian berdua, untung lo sahabat gue ja!"
"ya kan emang begitu adanya," tambah senja.
"Iye emang begitu, kata gak papa yang selalu lo ucapin itu bulshit ja! ga ada yang mau jadi kedua, meski Raya sahabat Awan tapi lo pacarnya!"
"Udah ah! Bella udah mirip banget sama Bu Sri guru sejarah kalo ngomel terus!"
"Eh, eh, eh, enak aja gue yang glowing, shaining, gini disamain kayak Bu sri sejarah."
"hahahaha habisnya sama sih sukanya ngomel-ngomel."
//////
Bel pualng sekolah sudah berbunyi, langit sore ini juga di tutupi awan kehitaman yang menandakan sebentar lagi hujan akan turun, hari ini Senja juga tidak bisa pulang sekolah bersama dengan Bella karena tadi pagi Bella di antar oleh papanya dan tentu pulangya juga di jemut oleh papa Bella.
Senja menghela nafas sambil berjalan ke arah pintu gerbang, ia akan menunggu angkot di halte sekolah. Namun siapa sangaka ternyata sebuah motor yang sangat Senja kenali terhanti di depan sana.
"Awan," panggil Senja.
Membuat Awan menengok ke arah Senja.
"Kamu ngapain disini?" tanya Senja.
"Ya jemput pacar aku lah, " kata Awan.
"Tapi katanya tadi nunguin Raya?" tanya senja.
"Jadi ga kamu nih di jemput pacar sendiri?" kata Awan balik bertanya, "Mama Raya udah pualng tadi, jadi aku bisa tinggal," tambah Awan.
Senja menggeleng, "Bukan gitu maksudnya Senja, Senja suka kok Awan jemput di sekolah, tapi Awan ga mau tadi bolos pulang sekarang balik lagi ke sekolah? apa kata temen-temen lain?"
"Ngapain malu? kan aku keseini buat jemput pacar aku, gih naik keburu hujan."
"Iya," jawab Senja yang lekas memakai helm yang Awan berikan dan naik ke atas motor Awan.
Setekah Senja naik ke atas motornya, Awan segera menjalankan motor itu menembus ramainya jalanan ibu kota dan langit yang maulai menggelap tertutup oleh mendung yang menghitam.
"Besok berangkat bareng mau?" Tawar Awan saat Senja sudah turun dari motornya, kini mereka berada di depan rumah Senja.
Senja sepontan menggeleng, "gak usah," jawab senja.
Membuat Awan mengerutkan keningnya, "Emang kenapa gak usah?" tanya Awan.
"Kamu ga berangkat bareng Raya?" balik tanya Senja.
"Kan aku ajak kamu berari aku ga bareng sama dia."
"yaudah terserah Awan aja, tapi kalo mau bareng jangan siang-siang ya berangkatnya besok Senja ada piket kelas," jujur saja sebenarnya Senja takut kembali kecewa, jika tiba-tiba Awan membatalkan itu dan lebih memilih berangkat bersama dengan Raya.
"Siap cantik!" jawab Awan sambil mengacak- acak puncak kepala Senja.
"kalo gitu aku pulang ya," pamit Awan yang mendapatkan anggukan dari Senja. Awan memakai lagi helm full facenya dan lekas menghidupkan kembali meskin motornya.
Senja menatap kepergian Awan hingga mobil itu tidak terlihat opeh pandangan matanya, baru setelah itu Senja masuk ke dalam rumahnya.
/////////
Setelah menganti bajunya dan istirahat sebentar, kini Senja akan berangkat ke cafe tempatnya bekerja part time. Setelah kepergian Ayah Senja, keadaan ekonomi Senja dan Bundanya memang tergolong menurun, itu yang membuat setiap pulang sekolah Senja harus bekerja part time di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumahnya, hanya sekitar satu setengah kilometer.
Senja selalu berjalan kaki berangkat ke tempatnya bekerja itu, Cafe Lavender nama cafe tempatnya bekerja dari hari senin sampai jumat pukul 4 sampai 9 malam.
"Langsung ke belakang ya ja, cafe rame banget sore ini," ujar mas wawan kasir di Cafe itu.
"iya mas," jawab Senja.
Senja pergi ke lokernya dahulu untuk memakai celemek apronnya, setelah itu ia pergi ke arah dapur untuk mengambil makanan yang sudah siap, dan mengantarkanya pada pengunjung Cafe.
"Ini buat meja mana aja kak?" tanya Senja pada Sinta, Chef cafe lavender.
"2 Spageti, jus alpukat sama milkshake strawberry itu buat di meja 5, terus 1 piza, 2 Es jeruk sama satu chicken katsu buat meja nomor 8," terang Sinta.
"siap kak," jawab Senja. ia lantas mengambil napan dan mengantarkan pesanan untuk meja 5 dahulu, baru setelh itu ia kembali ke dapur lagi untuk mengantarkan pesanan meja 5.
Tidak hanya sampai di situ saja, Senja selanjutnya mengambil gelas dan piring- piring kotor yang sudah di tinggalkan pembelinya dan membawanya ke belakang, malam ini pengunjung cafe terbilang rame padahal ini bukan malam minggu, membuat Senja sedikit merasa berlelah berjalan bolak-balik.
Di malam minggu sebenarnya Senja libur, namun kadang jika pekerja di cafe ini kualahan, Senja akan dihubungi untuk datang ke Cafe membantu mengantarkan makanan.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, Cafe sudah di utup juga dan kini saatnya Senja untuk pulang.
"Gak mau bareng kakak Ja?" tawar Sinta.
Senja menggeleng, "Gak usah kak, kita kan beda arah, Senja jalan kaki aja," jawab Senja.
"Ya gak papa kaka anterin kamu dulu."
"engga kak, Senja berani kok pulang jalan kaki sendiri, biasanya kan juga gitu."
"yaudah kalo gitu kaka pulang dulu ya Ja, sampai ketemu besok," pamit Sinta.
Buku lain oleh Grescansy
Selebihnya