Daren, Pengusaha Properti yang terkenal bukan karena usahanya yang melejit. Namun, karena prestasinya meniduri wanita cantik. Semua wanita akan menyerahkan diri untuk tidur dengannya. Prestasi inilah yang membuat beberapa orang kesal dan mencoba menjebaknya. Sebuah jebakan yang membuatnya harus menikahi Kayana--wanita dengan wajah penuh jerawat serta bopeng di seluruh wajahnya. Apa jadinya kehidupan Daren yang setiap hari harus berhadapan dengan wanita yang ia benci? Bukahkah ini lebih dari neraka baginya? Atau malah sebaliknya--neraka untuk Kayana? Penasaran? Yuk lanjut!
"Ah, sakit... ." rintih wanita bersurai kecoklatan itu saat menyadari hampir seluruh tubuhnya rengup bagaikan dipukul dengan rotan saat digerakkan. Kepalanya masih terasa berat. Matanya belum sadar sepenuhnya.
Saat matanya terbuka dengan sempurna, sebuah pemandangan aneh langsung menerpa dirinya, bagaimana tidak, kamar kecil dan sumpek miliknya berubah menjadi sebuah kamar yang mewah dan luas, matanya berkeliling mencari kebenaran.
Bahkan dia beberapa kali mencubit pipinya, untuk membangunkannya dari mimpi.
"Aww, sakit," keluhnya dan menyadari bahwa dia sedang tidak bermimpi. Lalu jika tidak mimpi... .
Sebuah kebenaran kembali membuatnya tersentak. Manik matanya jatuh pada sebuah punggung. Pungung? Ya sebuah pungung tanpa pakaian sedang membelakanginya, punggung yang kokoh, putih, bersih dan besar.
"Tidak mungkin... ."
Dia mengatup mulutnya yang menganga terlalu besar, menyibak selimut yang menutup hampir seluruh tubuhnya, dan mendapati tubuhnya yang telanjang tanpa sehelai benang pun, jantungnya berdebar bukan main, sebuah fakta kembali membuat matanya tak berhenti untuk melotot.
"A-aaapa yang terjadi?" ucapnya tergagap.
"Berisik!"
Suara bariton milik orang asing itu membuatnya terdiam, mungkinkah tadi malam mereka melakukan sesuatu? Apa saat ini kesucian yang selama ini dia jaga dengan baik telah terenggut?
"Hei, kamu... ."
Lelaki itu membalikkan tubuhnya, menampakkan pemandangan yang tak kalah indah dan membuat wanita di depannya menarik saliva dengan susah payah. Desiran hangat mengalir di dalam dadanya, membangkitkan kembali hasrat dari tubuhnya.
Wanita itu berusaha untuk mengontrol dirinya, jangan sampai pria itu tahu apa yang tengah dia pikirkan.
Lelaki itu mengerjapkan matanya, dengan tatapan horor dia menatap wanita yang sedang mematung di depannya itu.
"Siapa kamu? Dan... Apa yang kamu lakukan di sini? Aku tidak membookingmu tadi malam."
Merasa terhina dilontarkan kata-kata seperti itu membuat wanita pemilik bulu mata lentik itu mengepalkan tangan.
"Kamu bilang apa? Booking? Kamu kira aku wanita murahan? Kamu pikir aku wanita yang dibayar untuk memuaskan kamu? Harusnya aku yang tanya, kamu itu siapa dan kenapa aku bisa tidur denganmu? Kamu mengambil kesucianku."
Pria bernama Daren tertawa keras, perempuan di depannya ini memang pintar bersandiwara, seorang Daren tidak akan mau tidur dengan sembarang wanita, apa lagi wanita itu-jelek.
Wanita di depannya ini jelek, jelek dalam kategori Daren adalah saat wajahnya tidak mulus, putih dan bersih.
Dia membenci wanita yang memiliki jerawat di wajahnya. Dia menganggap wanita seperti itu tidak pintar mengurus wajahnya. Memang dangkal pemikiran Daren, tapi itulah Daren si pria yang suka tidur dengan banyak wanita cantik tanpa cela. Dia akan membatalkan bookingannya jika dia menemukan cacat pada wanitanya. Namun... apa ini? dia tidak memboking wanita dengan wanita penuh jerawat di wajahnya. Lagi pula... Daren memijat keningnya yang agak berat. Efek minuman keras yang dia tenggak tadi malam, juga... Ah sial. sepertinya dia diberi obat perangsang, hingga otaknya tidak bisa bekerja saat dia meniduri wanita sialan di depannya ini.
Daren mendecakkan lidahnya. "Kau dibayar siapa? Aku tida membooking wanita jelek sepertimu. Pasti kau memasukkan obat di minumanku, kan?"
Kayana-wanita yang ditiduri Daren tadi malam. Kayana mengerutkan keningnya. "Bayar? Bayar apaan?"
"Sudahlah, aku tahu wanita sepertimu pasti dibayar mahal untuk tidur denganku, harusnya aku tidur dengan wanita cantik bukan dengan wanita jelek sepertimu. Kau bukan levelku."
Plak!
Deru jantung Kayana memompa begitu cepat. Jika tadi dia terkejut dengan keadaannya yang sudah tidak perawan lagi. Kini dia sebal setengah mati karena mendapati dirinya dihina oleh lelaki brengsek yang mengambil kesuciannya. "Kau... Kau ambil kesucianku dan kau hina aku? Kau pikir, kau itu siapa? Hah?!"
Daren tertawa mengejek, dan kembali menatap wanita di depannya itu dengan tatapan menghina. "Kau jelek. Pergilah dari sini!"
Plak! Plak!
Kayana menjambak rambut Daren dengan keras membuat lelaki itu meringis kesakitan. "Kau... Akan menyesal telah melakukan ini, kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan padaku!"
Kayana melepaskan tangannya dari rambut Daren, kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan berjalan dengan susah payah ke kamar mandi, sebelumnya dia juga memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai.
Daren masih mematung menatap punggung Kanaya yang telah hilang di balik pintu kamar mandi. Dia mengusap kepalanya yang masih terasa perih akibat jambakan tadi. Lalu manik matanya tak sengaja jatuh pada seprei alas tidur mereka tadi malam, bercak darah tertinggal di sana.
"Dia sungguh perawan?"
***
Kucuran air mengucuri tubuh Kayana yang remuk, bukan hanya tubuhnya yang remuk, namun hatinya lebih remuk, dia merasa jijik dengan tubuhnya, Dua puluh tahun dia menjaga dirinya untuk tetap suci dan hanya akan menyerahkan mahkota berharga itu kepada sang suaminya kelak. Namun, apa yang terjadi tadi malam. Harusnya... .
Harusnya dia tidak mengiyakan ajakan kedua sahabatnya itu, harusnya dia tidak pernah menginjakkan kakinya ke dalam bar itu. Harusnya... .
Terlalu banyak harusnya, dan sekarang tersisa sebuah penyelasan yang membuat hatinya menangis. Air mata yang sejak tadi meleleh tak mampu menghapus jejak yang telah diukir di ceruk leher dan dadanya, menatap bekas merah-merah itu membuatnya sangat marah. Sekeras apa pun dia menggosok dengan tangannya, bekas itu masih utuh dan itu yang membuatnya semakin benci. Benci pada lelaki itu, benci pada kedua sahabatnya dan juga... benci pada dirinya sendiri.
"Aku akan minta tanggung jawab. Enak saja dia mengambil kesucianku. Awas kau," ucapnya dengan kesungguhan hati. Dia tidak akan melepaskan lelaki brengsek yang berani menggagahinya. Entah itu sengaja atau tidak. Yang jelas lelaki itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tekatnya bulat setelah ini dia harus bicara tegas.
Kayana memakai bathrobe dan keluar dengan rambut yang digulung dengan handuk kecil.
Netranya berkeliling, lelaki tadi? Kemana dia?
Dia mencari kesemua sudut, percuma. Lelaki itu telah pergi. Saat dia mendekati tempat tidur. Dia menemukan amplop coklat, dia pikir itu sebuah surat, matanya terbelalak saat mengetahui isi di dalam amplop itu segepok uang. Rahangnya mengeras dan matanya menyala. Dia benar-benar dipermainkan lelaki itu.
"Kurang ajar, dia benar-benar membayarku. Liatlah! Aku akan membuatmu membayar semua ini."
Emosinya menggebu, dia dihina berkali-kali, tidak saja mulut lelaki itu yang kasar, sikapnya juga tidak punya etika sama sekali. andai saat ini lelaki itu ada di hadapannya, dia tidak segan-segan untuk melancarkan tendangannya untuk membuat lelaki itu terjengkal.
"Kita liat saja, aku wanita yang kau hina dan aku yang akan membuatmu bertekuk lutut di depanku."
Kayana mengambil uang itu dan memasukkan ke dalam tasnya. Memakai kembali pakaiannya dan meninggalkan kamar hotel yang penuh dengan aura kelam itu. Tekatnya saat melangkah keluar dari kamar hotel tersebut adalah mencari lelaki yang telah mengambil kesuciannya.
***
Daren membanting pintu lamborghini black miliknya. Melajukan mobil tersebut ke jalanan. Seingatnya dia membooking seorang wanita cantik untuk tidur dengannya, namun entah apa yang terjadi, likuid yang dia teguk membuat kepalanya berat dan pusing. Dan setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.
Parahnya lagi, ini pertama kalinya dia tidur dengan wanita tanpa pengaman. Benihnya tertinggal di dalam tubuh wanita jelek itu. Benar-benar haari yang sial.
Beberapa kali dia memukul stir. Mengumpat dan memaki tidak akan menyelesaikan masalah, tubuhnya masih lengket. Dia sengaja meninggalkan uang dan pergi lebih dahulu dari kamar hotel, tak ingin kembali bertemu dengan wanita jelek seperti itu. Dia membenci wanita jelek.
Sebuah panggilan dari ponselnya membuatnya tersentak. Menatap layar ponsel dengan malas, siapa lagi yang setiap pagi akan menanyakan keberadaanya jika bukan itu papanya-Rayyan.
Papa yang selalu mengkhawatirkan dirinya, terlebih lagi mengkhawatirkan kapan dia akan menikah.
Menikah? Mendengar kata itu saja sudah membuatnya bergidik. Tidak ada konsep pernikahan yang dia rancang. Hidupnya hanya untuk bersenang-senang. Memuaskan wanita-wanita yang takluk di bawah kekuasaannya.
Baginya semua wanita itu sama. Sama-sama menyebalkan. Bagaimana dia punya ibu yang punya track record janda dua kali. Benar-benar memalukan.
"Hm, Pa. Kenapa?"
"Kamu dimana? Pulang sekarang, kami sedang di rumah sakit. Kakakmu masuk rumah sakit lagi!"
Tut
Daren mematikan panggilan itu secara sepihak.
"Wanita menyebalkan. Kenapa nggak mati saja sih?" gerutunya menyumpahi kakaknya yang sejak kecil selalu keluar masuk rumah sakit.
Bab 1 Dijebak dengan Wanita Jelek
11/06/2022
Bab 2 Kapan Aku Bebas
11/06/2022