Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hasrat Tuan Muda

Hasrat Tuan Muda

Wafa F

5.0
Komentar
732
Penayangan
12
Bab

Satu-satunya hal yang tak bisa Leon terima dari pilihannya sendiri adalah istrinya Attaya harus melayani semua pria. Dan, dia sendiri bahkan tak bisa menyentuhnya. Karena itulah, berbekal kecemburuan yang tak lagi terbendung, Leon mengunci Attaya di kamarnya, dan memaksanya melayani secara penuh.

Bab 1 Kamu Adalah Milikku

Gairah Tuan Muda

"Tu –tuan?" Mata bulat Attaya melebar. Ia tampak terkejut melihatku ada di kamarnya.

"Masuklah!" perintahku sambil menelan saliva. Gadis itu paling tertutup di rumah ini, tapi mampu membuatku tak berdaya menginginkannya.

Bukannya lekas masuk menuruti perintah, Attaya malah membeku. Tak ingin kehilangan kesempatan yang mungkin saja tak kudapatkan lagi nanti, lekas kuraih tangannya dan menariknya masuk. Menutup pintu kemudian dan menguncinya.

"Tuan, tolong jangan lakukan ini." Suara Attaya menghiba.

"Aku akan mengambil hakku sebagai seorang suami sekarang!" tekanku sembari mendorong tubuh Athiyah dengan kasar ke ranjang.

Aku benar-benar kesal dan tak bisa menyembunyikan kecemburuan saat Riu menyentuhnya. Sampai-sampai aku sangat ingin merenggut semua milik Athiyah hari ini. Dengan begitu, Athiyah tak akan lagi berani sekadar memandang apalagi jatuh cinta pada pria lain.

Wanita itu pun terjatuh keras, hingga tubuhnya sempat memantul di ranjang. Cepat ia mengangkat kepala, menatap nyalang ke arahku.

"Hentikan, Tuan!" teriaknya. "Apa Tuan lupa perjanjian kita sebelum menikah? Tuan tak akan pernah menyentuhku sampai Anda berani mengatakan pada semua orang kalau kita sudah menikah?!"

Aku mengembus kasar. Dalam sekejap apa yang terjadi sebelum akad pernikahan berlangsung berputar dalam benak. Bagaimana aku menyeringai pada gadis yang bercucuran air mata di samping ranjang pasien di rumah sakit.

"Kita hanya perlu menikah. Dan kita menyembunyikan dari semua orang," ucapku hari itu.

Sambil menangis gadis itu menyetujui keinginanku. "Sampai saat itu tiba, Tuan juga tak boleh menyentuh saya."

"Apa maksudmu? Tak boleh menyentuhmu? Aku sudah membayarmu. Aku sudah membelimu. Kamu milikku. Kenapa aku tak boleh menyentuhmu?" protesku.

"Lalu ... saya adalah istri Tuan, kenapa saya harus menyembunyikannya. Bukankah setelah menikah, keluarga Tuan adalah keluarga saya, Nyonya dan Tuan Bimantara adalah mertua dan orang tua saya?" Gadis itu malah balik protes dan membuatku tak bisa berkata apa-apa.

Mana siap aku mengatakan pada keluargaku dalam waktu dekat mengenai pernikahan kami?

"Jika Tuan ingin memiliki saya sepenuhnya, umumkan pernikahan kita. Itu perjanjiannya." Attaya menambahkan keinginan dalam kontrak pernikahan kami dan pengobatan Bapaknya.

Aku menggeleng. Menepis semua itu. Meski hari itu aku mengiyakan. Tapi aku tak bisa menerimanya.

"Tidak! Aku tak mau melakukan itu Attaya. Ini juga bukan sepenuhnya salahku," ucapku menggeleng, seiring tangan melepas kancing kemeja.

"Apa salah saya Tuan?" Perempuan itu bangkit dan beringsut sampai ke ujung ranjang hingga tubuhnya terantuk dinding.

"Kamu tak tahu salahmu?" tanyaku sambil melempar pakaianku asal, hingga hanya menyisakan celana melekat di tubuhku. Aku tak mengerti apa yang membuat Attaya menolakku.

Apa selama ini dia tak memiliki ketertarikan pada pria dengan penampilan sempurna sepertiku? Tampan, bersih dan kaya raya. Aku bisa memberikan apa pun untuknya, selain keinginannya mengumumkan pernikahan kami. Karena ini adalah pernikahan haram bagi keluarga Bimantara.

Sambil memegangi pakaian di bagian depan, seolah tak ingin orang lain menyentuh, Attaya menggeleng. "Tidak, Tuan!"

"Jangan melihat pria lain selain aku, Attaya!" tekanku sembari mendekat dan memaksanya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Wafa F

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku