kejadian yang tidak terduga-duga selama ini, yang membuat kedua insan berprofesi sebagai dokter bernama Cantika dengan mahasiswa bernama Fransissco, yang menimbulkan sebuah kisah panjang. Cantika yang sudah memiliki pacar, tiba-tiba tertarik dengan pasiennya yang umurnya sama dengan sang pacar, umurnya dengan mereka berbeda dua tahun lebih muda. Rasa bersalah kian hinggap dan membesar saat ia terus menerus bersama sang kekasih, karena ia sudah dengan lancang mengkhianati cinta lelaki itu, ia sudah hilang rasa dengan sang kekasih, dan berganti menyukai pasiennya sendiri. Kedatangan mantan pacar pasien yang di sukai oleh Cantika datang membawa petaka besar. Lantas, apa langkah yang di ambil oleh dokter yang memiliki rupa ayu tersebut?
*Farrah Zhalifa*, dokter muda yang bekerja di *rumah sakit Shofiara*. *Umur Dokter muda ini, adalah dua puluh lima tahun*, tentunya Farrah banyak di dekati oleh dokter- dokter muda, tampan di rumah sakit ini.
Berjalan dengan langkah yang santai, menyusuri lorong demi lorong rumah sakit, masih menggunakan jas dokter kebanggaan-nya.
"Dok," panggil seseorang, Farrah menoleh ke arah belakang, mencari tau siapa, dan ada apa orang itu memanggilnya. Ah, ternyata dia. Omair frasiska, perawat sekaligus teman satu kamarnya.
Omair berjalan mendekat ke arah Farrah, "Iya? Ada apa?" tanya dokter Farrah, menaruh kedua tangannya di saku jas kanan dan kiri-nya.
Omair berpikir sejenak, berpikir pasti ajakan-nya akan di tolak oleh teman-nya yang satu ini,
Farrah mengerut-kan kening-nya, melambaikan tangan-nya membuyarkan lamunan Omair.
"Eh, woy kok malah melamun, sih?" decak Farrah, Omair menyengir mendengar decak- an yang keluar dari bibir teman-nya itu.
"Eh, sorry- sorry! Jadi tuh gini, em saya tau Bu dokter pasti menolak ajak-an saya, tapi please bu! Sekali ini aja! Setelah ini tidak lagi deh bu," bujuk perawat Omair, Farrah kembali di buat berpikir oleh kata- kata yang terlontar dari teman-nya itu.
"Aduh, maaf nih suster, bisa ngomong yang jelas, tidak? Saya bingung, serius deh saya sama sekali tidak paham!" pinta dokter Farrah, Omair menggaruk tengkuk- nya yang tidak gatal dan tidak lupa pasti- nya cengiran- nya.
"Oke- oke, dokter. Tenang jangan emosi dulu, jadi tuh saya mau mengajak, bu dokter yang cantik, jelita ini, untuk makan malam di restoran!" ajak suster Omair, Farrah menoleh cepat ke arah suster Omair.
"Kenapa tidak makan di rumah, saja? Menghabiskan waktu, dan uang saja ke restoran." tanya Farrah duduk di sebelah suster Omair.
"Ini beda, dok. Ayo dong ibu dokter, teman kan saya, saya, di ajak sama teman- teman saya untuk makan malam di restoran. Nah saya tidak punya pasangan, jadi lah saya ngajak, ibu dokter." bujuk suster Omair
Farrah membelalak kan kedua mata- nya terkejut, lalu memukul pundak suster Omair, "Gila kamu, ya?! Jangan begini, Istighfar! Istighfar! Dosa! Saya masih normal, ya sus! Jangan membuat saya takut begini!"
Suster Omair terkejut mendapat kan serangan tiba- tiba seperti ini, diri- nya bahkan tidak paham dengan ucapan dokter Farrah dengan ajakan- nya. Pakai di suruh Istighfar, memang dirinya sedang atau telah melakukan apa?
Okey baik, mari mengucap Istighfar, sesuai apa yang di perintah kan oleh bu dokter baru saja. Astaghfirullah al'adziim.
"Maksud bu dokter apa? Memang saya salah? Ada yang salah dengan ucapan saya, bu?" tanya suster Omair dengan tatapan polos bak seorang anak kecil.
Farrah menggeleng- geleng kan kepala-nya, dirinya tidak paham dengan kelakuan teman-nya ini, "Kamu jangan ngada- Ngada deh, kamu tidak boleh menyimpang! Dosa! Itu dosa besar, suster!" tegur dokter Farrah salah paham, sontak Omair terkejut dan tersedak air liur diri-nya sendiri.
"Tidak, bu! Ibu salah tangkap! Heh apa- apa an tidak begitu! Sumpah demi apa pun!" serga suster Omair, dokter Farrah bernapas lega mendengar sergaan teman-nya itu.
"Huufh, syukur deh, awas ya! kalau suster sampai belok! Saya tidak akan segan- segan untuk bilang ke atasan untuk memecat suster!" ancam dokter Farrah, suster Omair bu dokter dengan tatapan ngeri.
"Iya, Bu dokter cantik! Jadi bu, boleh kan? Mau kan? Please, kapan lagi coba iya kan, bu? Seumur- umur belum pernah, saya makan- makan di restoran bersama ibu yang cantik ini,"
Dokter Farrah akhirnya mengangguk menyetujui, tidak apa mungkin, sekali- kali, toh. ini dorongan dari teman-nya ini, yang artinya ini adalah paksaan!
"Yes!" girang suster Omair senang, dokter Farrah berdiri, "Ya sudah, saya pulang, mau bareng?" tawar Bu Farrah, namun tawaran itu di tolak oleh Omair.
"Tidak, bu. Saya masih ada jadwal nanti," tolak suster Omair halus, dokter Farrah mengangguk kan kepala-nya mengerti.
"Okey kalau begitu, saya pamit duluan ya suster!"
"Hati- hati di jalan, ya, bu." pesan suster Omair
Dokter Farrah kembali berjalan keluar gedung rumah sakit, setelah sampai ke dalam wilayah parkiran khusus dokter, Farrah menghidup- kan mobil-nya.
"Eh bu dokter! Sebentar!" panggil seorang dokter laki- laki, Farrah mematikan mesin mobil-nya, dirinya tidak keluar dari kendaraan-nya karena dokter laki- laki itu menghampiri-nya.
"Iya, ada apa, ya, dok?" tanya dokter Farrah tersenyum, dokter laki- laki tampan ini salah satu dokter yang menyukai dokter Farrah, seluruh tim rumah sakit juga mengetahui hal itu, karena dokter laki- laki ini pernah menyatakan cinta-nya tetapi sayang seribu sayang, cinta-nya di tolak halus oleh dokter Farrah, untung-nya dokter laki- laki tampan ini tidak dendam.
"Ehe, nanti ada acara kah, bu? Tenang, saya hanya ingin mengajak ibu ke bioskop untuk menonton film. Kebetulan, saya memiliki dua tiket yang sengaja saya pesan untuk kita berdua," ajak dokter laki-laki tampan tersebut
Farrah Tersenyum tipis, "Maaf, dok. Kalau boleh tau nanti-nya kapan, ya? Karena, nanti malam saya sudah di ajak oleh suster Omair,"
"Ah, tidak bisa berarti, ya. Dok. Karena saya mengajak anda nanti malam juga, tidak apa. Apa besok bisa? Atau dokter mempunyai jadwal lebih besok?"
Dokter laki- laki itu bukanlah bapak- bapak, dokter itu adalah dokter muda, memiliki rupa tampan, dan tentunya memiliki banyak harta. Jelas menjadi banyak incaran wanita- wanita di luar sana, atau bahkan gadis belia(?)
Dokter Farrah berpikir, "Seperti-nya tidak, dok. Saya memiliki waktu luang, seperti-nya. Itu pun kalau tidak masa- masa sibuk rumah sakit-nya," balas dokter Farrah, dokter laki- laki tersebut menghembuskan napas lega-nya. Sempat tadi khawatir karena takut dokter Farrah kembali menolak ajakan-nya, tetapi untung-nya dokter Farrah menerima ajakan-nya, akhirnya.
"Okey, dok, nanti saya kabari, ya! Terima kasih, dan sampai jumpa!" pamit dokter laki- laki itu dengan perasaan senang-nya
Perkenal kan, nama dokter laki- laki itu adalah Catra. Catra Chandika nama kepanjangan-nya.
* * * * *
Dokter Farrah tengah di riasi oleh suster Omair, entah manfaat-nya apa, membuat lama saja, pikir dokter Farrah.
"Kamu ngapain, sih. Ngerias in muka aku begini?" tanya dokter Farrah kembali, entah untuk keberapa kali-nya Farrah bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Kok kamu nanya segala, sih? Di rias in itu biar tambah cantik, canci, gemoy, imut. Atuh mbak-nya, pake nanya lagi!" kesal Omair, mereka berdua tidak kaku dalam berbahasa, ya karena mereka sedang ada di luar rumah sakit, di luar pekerjaan.
Farrah merotasi kan kedua mata-nya, "Iya tau, tapi fungsi-nya, biar apa memang kalau udah cantik?"