Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hazel Morgan : Candu Sang Perawan

Hazel Morgan : Candu Sang Perawan

Lona O'Sulivan

5.0
Komentar
303
Penayangan
2
Bab

Kesalahan masa lalu mendatangkan, penyesalan di masa sekarang. Cinta yang mustahil Michael Line Terius pada seorang Baby Hazel Morgan mendatangkan penyesalan yang mendalam.

Bab 1 Gadis Cantik Muara

Bab 1.

Michael Lane Terius usia 39 tahun, seorang dokter kandungan rumah sakit Wine Rosemelowe. Ia mengabdikan ilmunya untuk kemanusiaan, oleh sebab itu ia bergabung dengan rumah sakit Wine Rosemelowe dalam mewujudkan niat baiknya itu. Michael Terius adalah anak laki-laki satu-satunya dari keluarga Terius, meskipun kekayaan keluarganya berlimpah tidak membuatnya manja dan arogan.

Michael Terius membiasakan diri bergaul dengan segala lapisan masyarakat. Disetiap akhir pekan, merupakan hari khususnya untuk melakukan layanan sosial. Ia mengunjungi daerah pedesaan atau kota kecil untuk memeriksa kesehatan para wanita hamil dan anak-anak balita.

Ketika kuliah, ia berburu beasiswa hingga ke luar negeri, dan bekerja sampingan sebagai karyawan rumah makan atau tukang cat apartemen untuk mencukupi kebutuhan harian selama kuliah. Donnie Wine Rosemelowe adalah teman seperjuangannya dalam berburu beasiswa dan menjalakan misi sosial. Baginya lebih terhormat berjuang dengan tangan sendiri ketimbang mengandalkan kekayaan warisan keluarga.

Melihat watak keluarganya yang terlalu mengatur hidupnya, serta sifat ibunya yang dominan, ia memutuskan hidup mandiri tinggal di apartemen jauh dari aturan keluarga keluarga yang recok dan memusingkan. Di tambah lagi kesalahannya di waktu lalu terhadap Morgan Tanane wanita yang telah dilecehkannya, menyisakan rasa bersalah abadi bagi dirinya, Michael Terius menjadikan pekerjaan sebagai pelarian untuk meredakan rasa bersalah atas Morgan Tanane.

Michael Terius memacu mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kota St. Florenza di sekitar hutan Muara, tujuannya kali ini adalah memenuhi panggilan darurat seorang pasien yang hendak melahirkan. Karena wilayah hutan Muara hanya ada seorang dukun beranak, kemampuannya juga terbatas dalam menangani permasalahan persalinan.

"Selamat siang Nyonya, saya dokter Terius. Saat ini sudah berada di kota Deorosa, dalam waktu limabelas menit akan tiba St. Florenza, Tolong beri petunjuk arah yang akurat," kata Michael Terius kepada wanita yang menghubunginya tadi pagi, wanita itu adalah dukun beranak yang meminta pertolongan darurat untuk pengerja pertanian yang bermasalah dalam persalinan.

["Setiba di hutan Muara anda akan menjumpai sebuah jembatan. Berbeloklah ke kiri, ikutilan jalan pinggiran sungai, maka anda akan menjumpai pertanian HAZEL MORGAN," jawab wanita itu.]

"Terimakasih, Nyonya," jawab Michael Terius. Pria itu mengantongi ponselnya kembali. Begitu sampai di hutan Muara, Michael Terius sedikit bingung karena belum menemukan jembatan. Begitu melihat jalan kecil di sebelah kiri, ia membelokkan mobil.

Michael Terius memperlambat jalan mobilnya, hingga keluar hutan, ia tidak menemukan jembatan. sejenak Michael Terius terpukau dengan pemandangan di sekitarnya. Sejauh mata memandang tampak hamparan tanaman padi yang menguning.

"Hm? Di sini ada tanaman padi?" Michael Terius bersiul kagum. Ditepikan mobilnya, lalu berhenti. Ia keluar dari mobil, udara sejuk hutan jati menyambut tubuhnya, terasa nyaman menyegarkan. Michael Terius berjalan mengikuti jalan setapak, ia menghirup segarnya udara pedesaan sepuas-puasnya.

Sayup-sayup terdengar suara celoteh riang seorang gadis, Michael Terius mengerutkan kening memandang sekelilingnya mencari asal suara itu. Ia meneruskan langkahnya menyusuri jalan setapak. Beberapa menit ia berjalan, jalan setapak itu berakhir pada sebuah sungai.

Suatu pemandangan menakjubkan tampak seorang gadis dengan tubuh polos indahnya sedang berenang-renang di sungai bersama seekor anak gajah, dua ekor anjing herder dan sekumpulan angsa. Menyadari kehadirannya, dua anjing itu menggonggong memamerkan taringnya. Gadis itu terkejut, segera berenang bersembunyi di balik perahu.

"Siapa kau?" seru gadis itu gusar. "Berani sekali kau datang kemari! Ini adalah wilayah pribadi!"

"Maaf Nona, tidak ada papan peringatan jika ini adalah wilayah pribadi," jawab Michael Terius membela diri.

"Bukankah kau melewati batu pemujaan di ujung jalan setapak sana?" seru gadis itu lagi. "Itu adalah batu suci pemujaan penduduk Muara. Jika tidak ada kepentingan pemujaan atau memanen padi, kau tidak boleh melewatinya."

"Maafkan aku! Aku tidak mengetahui tradisi di desa ini," jawab Michael Terius merasa bersalah.

"Kembalilah ke batu pemujaan, dan tunggulah aku di sana. Aku akan memintakan pengampunan untukmu!" gadis itu kembali berseru.

"Baiklah!" balas Michael Terius berseru. Ia pun kembali ke tempat mobilnya berada Sesampai di tempat semula, ia mendapati tumpukan batu hitam setinggi dirinya berdiri anggun di pinggir jalan. Di atas batu itu ada senampan bunga dan tiga batang dupa harum yang hampir padam. Michael Terius menunggu kedatangan gadis itu di atas mobil.

Lima belas menit berlalu, tampak di kejauhan seorang gadis memakai kemben warna putih dengan kain tenun warna merah maroon khas penduduk Muara datang menghampirinya. Ia membawa senampan bunga, tiga batang dupa, dan air dalam sebuah mangkuk yang terbuat dari batok kelapa.

Gadis itu memercikkan air ke rambut Michael Terius, kemudian menyatukan telapak tangan dan menempelkannya di hidung, gadis itu memejamkan mata berdoa menghadap arah utara. Selesai berdoa ia meletakkan bunga dan dupa di atas batu hitam, lalu menuangkan air dalam batok kelapa di atas mobil Michael Terius "Sekarang kau boleh berlalu dengan selamat," kata gadis itu, "Apa yang membawamu ke kota St. Florenza Tuan? Apakah kau membutuhkan bantuan Tuan?"

"Aku mencari pertanian Hazael Morgan, ada pengerja wanita yang membutuhkan pertolongan persalinan. Bisakah kau menunjukkan di mana tempatnya untuk aku dapat segera melakukan pertolongan?" tanya Michael Terius.

"Jika kau berjalan lurus, kau akan menemukan jembatan. Di sanalah kau akan menemukan pertanian Hazael Morgan," jawab gadis itu.

"Terima kasih atas bantuanmu Nona," ucap Michael Terius, ia menatap wajah gadis itu. Rasanya gadis itu bukanlah orang asing, gadis itu sangat mirip dengan Morgan Tanane pujaan hatinya. Rambutnya hitam kecoklatan sebahu model bob berponi, kulitnya putih, bibirnya merah merekah. Sangat cantik, secantik Morgan Tanane.

Michael Terius memacu mobilnya kembali, sesuai arahan gadis itu. Sesampai di pertanian Hazael Morgan, Michael Terius melakukan pertolongan persalinan pada salah satu pengerja wanita yang hendak melahirkan. Persalinan itu berjalan dengan lancar, ada tanda merah di pantat bayi itu, mengingatkan ia pada Matthew Terius anaknya. Pria itu tersenyum sendiri.

Selama menjadi dokter di rumah sakit Wine Rosemelowe, Michael Terius tinggal di apartemen pribadinya di Green River berhadapan langsung dengan rumah sakit Wine Rosemelowe. Ah! Teman-temannya itu hidup bahagia bersama anak dan istri mereka. Ada sebersit perasaan iri terhadap mereka, perasaan cintanya yang menggantung pada Morgan Tanane, membuatnya malas menjalin hubungan dengan wanita lain.

Meski begitu, sahabat-sahabatnya itu tidak pamer akan kehidupan bahagia keluarga mereka. Mereka kompak menghiburnya dengan bercerita hal-hal konyol semasa muda dan bernostalgia semasa masih berjuang meraih sukses.

Selepas makan malam bersama sahabatnya, Michael Terius menyempatkan diri berjalan-jalan menikmati keindahan malam di sungai Green River. Ia teringat kembali akan gadis yang ia jumpai di St. Florenza siang tadi. Gadis itu sangat cantik mengesankan. Mengapa hatinya terasa dekat dengan gadis itu? Akankah ia bertemu kembali dengannya?

Sekoyong-konyong ia dikejutkan dengan sebuah batu yang meluncur secara tiba-tiba melewati depan hidungnya. Detik berikutnya terdengar pekik panik seorang gadis, disertai suara benda jatuh. Tampak agak jauh disana, seorang pria hendaj melakukan peecehan pada seorang gadis. Dengan cepat Michael Terius melompat menendang punggung pria yang hendak melakukan pelecehan pada seorang gadis dan memitingnya, serta menyeretnya ke pos polisi di perempatan jalan.

"Pria ini mabuk dan melakukan pelecehan di tempat umum, perbuatannya membahayakan orang lain," ujar Michael Terius pada petugas polisi.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Lona O'Sulivan

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku