Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Siang ini, cuaca di kota Yogyakarta mendadak mendung. Padahal pagi ini matahari tampak cerah bersinar dan langit tampak bersih dari awan putih. Namun, cuaca seketika berubah. Angin bertiup ribut menggoyangkan dedahanan sampai menggugurkan daun-daun yang tampak kecoklatan. Ini masih musim panas. Sangat jarang terjadi hujan di bulan Juni.
Jalanan yang tampak ramai itu mulai sepi karena cuaca yang mendadak berubah. Mereka berpindah ke rumah makan beratap atau bahkan segera pulang ke rumah. Beberapa pekerja memilih diam di kantor dan menggunakan layanan pesan antar untuk makan siang mereka.
Langit yang harusnya terang benderang seketika gelap. Seperti jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Begitu gelap dan dingin. Mungkin karena akan hujan, jadi udara terasa makin dingin.
Suasana juga entah kenapa terasa sendu. Membuat siapapun merenung sesaat saat berdiam diri. Termasuk seorang pemuda berusia 20 tahun yang tengah duduk di cafe. Dia seorang mahasiswa jurusan IT di Universitas Gajah Mada.
Setiap selesai kuliah dia akan pergi nongkrong bersama temannya. Tapi, hari ini dia sendirian menikmati kopi expresso di dalam cafe. Laptopnya masih menyala menampilakan laporan yang belum selesai ia kerjakan. Itu adalah laporan akhir. Targetnya dia akan lulus tahun ini. Cukup tiga tahun ia kuliah, jangan bertambah menjadi empat tahun.
Otak cerdasnya yang membuatnya mampu menyelesaikan studinya di tahun ketiga. Meninggalkan teman-temannya yang dulu sama-sama masuk dengannya. Sejak kecil dia selalu mendapat juara satu dalam banyak bidang. Seni, atletik, sains, bahasa, bahkan agama.
Dia bahkan berkuliah di UGM berkat beasiswa yang ia dapatkan. Hanya ada beberapa orang yang diundang oleh kampus untuk menjadi mahasiswa mereka, dan dari sedikitnya orang pilihan UGM dia termasuk di dalamnya. Dia sebenarnya asli orang Semarang, tapi karena UGM termasuk kampus impiannya dia rela tinggal jauh dari keluarganya.
Bahkan satu tahun belakang dia tidak pulang karena keinginannya sendiri. Kebanyakan orang akan segera kembali ke tempat tinggalnya saat liburan akhir semester. Tapi, tidak bagi pemuda bernama lengkap Ageng Pratama. Dia lebih suka tinggal di daerah istimewa ini. Baginya kehidupannya yang sekarang begitu baik.
Selain karena dia suka suasana di Jogja dia juga menghindari adiknya. Adiknya yang usianya hanya terpaut empat tahun itu. Baginya adiknya adalah sebuah hama besar yang mengganggunya.
Tama tidak pernah suka pada adiknya yang memiliki keterbatasan mental itu. Dia berisik dan mempermalukannya berkali-kali. Kalau bisa memilih dia hanya ingin tinggal bersama adik kembarnya saja. Dia terlahir kembar dengan Fajar Dwi Prasetyo.
Mendadak ponselnya berdering. Baru saja dipikirkan, sekarang adik kembarnya meneleponnya. Dia segera menerima panggilan telepon tersebut.
["Tama, ke Singapura sekarang! Operasi Elang gagal, Elang udah nggak ada ..."]
Matanya hilang fokus sampai dia menjatuhkan ponselnya ke lantai marmer cafe. Beberapa pengunjung cafe menatapnya heran. Tama segera memungut ponselnya dan memasukkannya tergesa ke saku celananya.
Tangannya bergerak terburu-buru membereskan barang-barangnya di atas meja bahkan menutup laptop tersebut tanpa mematikannya terlebih dulu. Pikirannya kalut, masih beruntung ada sedikit akal sehat untuk mengemas semuanya dengan baik.
Dia berjalan cepat keluar cafe dan menerobos hujan yang entah sejak kapan turun membasahi bumi. Aroma petrikor memenuhi indra penciumannya. Membuatnya merasa begitu benci aroma yang tengah memenuhi rongga paru-parunya.
Dia pergi ke bandara segera dengan menaiki taksi. Dalam taksi dia segera menyalakan ponselnya yang mati akibat jatuh. Membeli tiket ke Kota Singa. Bagusnya ada keberangkatan hari ini. Tapi apakah langit mengizinkannya pergi ke negara tersebut?
Dia mendongak menatap langit dari jendela taksi. Menatapnya sembari merafalkan doa agar langit segera cerah dan pesawat diizinkan lepas landas tanpa pemunduran waktu. Harusnya dua jam lagi pesawat berangkat.