Park Seokjin 25 tahun hidup dalam kegelapan karena dirinya terlahir dengan kebutaan. Dirinya ditinggal meninggal oleh ayah dan ditelantarkan oleh ibunya, membuat dirinya tumbuh menjadi pria egois,pendendam dan tidak bisa mengekspresikan perasaannya. Seokjin selalu mengasingkan diri dari dunia yang menurutnya sangat berisik hingga dirinya bertemu dengan Lee Eun Bi. Gadis yang entah darimana selalu mengikutinya, membuat Seokjin risih karena ocehannya.
Kegelapan adalah teman sejati ku. Setidaknya aku tidak perlu melihat dunia yang munafik ini dalam kegelapan.
(Park Seokjin)
***
๐ฆ๐ฒ๐ผ๐๐น, ๐๐ผ๐ฟ๐ฒ๐ฎ ๐ฆ๐ฒ๐น๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ญ๐ฐ ๐๐ฒ๐ฏ๐ฟ๐๐ฎ๐ฟ๐ ๐ฎ๐ฌ๐ฎ๐ฌ.
Aroma manis tercium bersama dengan terpaan hangat angin musim semi awal tahun ini. Bunga sakura yang berjejer di pinggir jalan menggoyangkan dahannya, mengirim kelopaknya turun menimpa para kekasih yang sedang memadu kasih di hari penuh cinta valentine. Menambah suasana romantis. Semua orang tertawa dan saling melemparkan candaan penuh cinta dihari yang spesial. Suasana kota yang biasanya sibuk, hari ini berubah menjadi romantis.
Tetapi semua keromantisan dan tawa kebahagiaan itu berbanding terbalik dengan ruangan yang didominasi dengan warna hitam di segala penjuru, bahkan sang pemilik tidak perlu repot untuk menyalakan lampu ataupun sekedar membuka tirai jendela membiarkan matahari masuk.
Seorang pria duduk di depan piano dan jarinya dengan lihai memainkan tuts-tuts diatasnya. Namun bukannya memainkan musik penuh cinta di hari valentine seperti ini, pria itu malah memainkan melodi kesedihan bahkan terkesan seperti melodi yang menyayat hati.
"Selamat hari valentine ๐๐ฆ๐ฐ๐ฌ๐ซ๐ช๐ฏ-๐ข,"ucap sebuah suara pria dari arah belakang.
Pria yang tadi memainkan pianonya,menghentikan permainannya dan mendengus mengejek.
"Jangan membuat ku tertawa, Yohan!"tegas Seokjin sembari meraba sekitar, berusaha menemukan tongkat bantu miliknya.
Pria yang baru datang bernama Yohan itu hanya menghela nafasnya melihat kepergian Seokjin. Dirinya tau jika teman sekaligus atasannya itu tidak menyukai hari valentine dan karena itu juga pria itu memainkan melodi penuh kesedihan dengan pianonya tadi.
***
Park Seokjin adalah pria yang tidak pernah tersenyum dan memiliki temperamen buruk. Dirinya terlahir dengan keterbatasan pada penglihatannya, membuatnya terlalu akrab dengan kegelapan. Seokjin tidak pernah penasaran dengan dunia yang kata orang sangat indah, dirinya merasa dunianya terlalu gelap dan tidak perlu mempercayai omong kosong seperti itu.
"Aku akan ke minimarket nanti, beberapa bahan di kulkas sudah habis,"ucap Yohan setelah memeriksa persediaan makanan di dalam kulkas.
"Tidak perlu terlalu repot,lagipula aku tidak bisa melihat untuk memasaknya." Seokjin menjawab dengan wajah datar tetapi Yohan dapat dengan jelas menangkap kegetiran dalam ucapan Seokjin.
"Tetap saja...."
"Aku ada jadwal di panti asuhan hari ini,"sela Seokjin memotong ucapan Yohan.
Yohan hanya mengangkat bahunya,sudah terbiasa dengan temperamen dari pria di depannya ini.
Seokjin datang ke panti asuhan dengan diantar asistennya Yohan. Kedatangan Seokjin disambut dengan meriah oleh anak-anak panti, membuat pria itu sedikit menarik ujung bibirnya.
"๐๐ฑ๐ฑ๐ข*,hari ini aku menggambar anak gajah yang lucu."
"๐๐บ๐ฆ๐ฐ๐ฏ๐จ*,ajari aku membuat origami yang seperti kemarin."
"๐๐ข๐ฎ๐ค๐ฉ๐ฐ๐ฏ*, aku mendapatkan nilai seratus dari ibu guru tadi."
"Bitna, jangan memanggil ๐ฐ๐ฑ๐ฑ๐ข Seokjin dengan sebutan ๐ด๐ข๐ฎ๐ค๐ฉ๐ฐ๐ฏ! Bukankah aku sudah mengatakannya?"bentak gadis kecil berkepang dua kepada temannya.
"Memangnya kenapa? ๐๐ข๐ฎ๐ค๐ฉ๐ฐ๐ฏ saja tidak keberatan, wlee." Gadis yang bernama Bitna menjulurkan lidahnya untuk mengejek gadi berkepang dua tadi. Membuat gadis berkepang dua itu mendengus kesal.
Mendengar keributan dari anak-anak yang mengelilinginya, membuat Seokjin berusaha menjadi penengah diantara mereka. Seokjin memang tidak menyukai dunia yang berisik tetapi dirinya juga tidak membenci berada di tengah-tengah anak kecil. Dirinya merasa jika nasibnya tak jauh berbeda dengan anak-anak manis ini.
"Bitna bisa memanggilku ๐ด๐ข๐ฎ๐ค๐ฉ๐ฐ๐ฏ dan Yuna juga bisa memanggilku ๐ฐ๐ฑ๐ฑ๐ข. Jadi kalian jangan bertengkar, oke?"ucap Seokjin mengelus puncak kepala kedua gadis kecil itu.
Bitna dan Yuna kompak menganggukkan kepala mereka dan tertawa.
Seokjin menemani anak-anak bermain selama beberapa saat ketika ibu panti datang menemuinya.
"Tuan Park datang lebih awal hari ini."
Mendengar suara dari Ibu Panti membuat Seokjin bangkit dari duduknya untuk berbincang.
"Saya tidak ada pekerjaan lain hari ini,jadi menemui anak-anak sebentar."
"Tuan Park terlalu sungkan,"ucap Ibu Panti sembari tertawa.
"Apakah ada orang lain disini, Nyonya Han?"
Karena keterbatasan penglihatannya membuat Seokjin memiliki indra perasa lebih baik dari orang normal lainnya. Dan kini dirinya merasakan kehadiran orang lain diantara mereka berdua tetapi dia tidak tau pasti siapa dan bagaimana penampakan orang itu.
Nyonya Han tertawa sekaligus kagum kepada insting Seokjin, "Perkenalkan, ini Lee Eun Bi. Sukarelawan yang akan membantu mengajar disini."
"Halo namaku Eun Bi."
Suara manis dan lembut namun sedikit manja itu menggelitik pendengaran Seokjin. Dia menebak jika gadis bernama Eun Bi ini berusia sekitar awal dua puluhan. Seokjin mengatakan hal seperti itu karena dirinya terbiasa secara otomatis menganalisis suara orang. Jadi dia sangat yakin dengan tebakannya.
Seokjin hanya membungkukkan badannya sedikit membalas sapaan dari Eun Bi, membuat Eun Bi yang awalnya mengulurkan tangannya terpaksa menarik tangannya dengan canggung. Nyonya Han yang melihat kejadian itu juga tidak bisa membantu banyak karena dirinya juga cukup mengerti kepribadian Seokjin.
"Baiklah, kalian silahkan mengobrol sebentar. Aku ada sedikit urusan,"ucap Nyonya Han meninggalkan mereka berdua.
***
"Tuan Park apakah sering datang kemari?"tanya Eun Bi berusaha mencairkan suasana yang canggung.
Sekarang mereka berdua sedang berjalan-jalan disekitar panti. Sedari tadi Eun Bi merasa terlalu canggung untuk mengajak bicara Seokjin karena selain tidak ada topik yang bisa dibicarakan, pria tinggi disampingnya ini selalu menampilkan wajah datar. Membuat Eun Bi takut salah ngomong dan malah menyinggungnya.
"Hmm." Hanya satu kata jawaban setelah beberapa saat pertanyaan Eun Bi terlontar.
Eun Bi mengusap belakang kepalanya, semakin merasa canggung.
Tiba-tiba saja sebuah lampu ide menyala dalam kepalanya.
"Tunggu Tuan Park!" Interupsi dari Eun Bi membuat Seokjin yang berjalan beberapa langkah di depan gadis itu menghentikan langkahnya.
"Setelah aku piki-pikir, aku tidak tau namamu,"lanjutnya menghampiri Seokjin dengan langkah lebar-lebar.
"Aku tidak mungkin memanggilmu dengan sebutan Tuan Park terus, bukan? apalagi katamu kamu sering datang kemari."
"Ke...."
"Bukankah nanti juga kita akan sering bertemu. Kamu tidak mungkin ingin terus dipanggil Tuan,kan? Apalagi aku merasa jika kita seumuran,"sela Eun Bi terus melanjutkan ocehannya tidak peduli dengan Seokjin yang telah mengerutkan kedua alisnya pertanda kesal.
Pria itu merasa jika gadis di depannya ini terlalu berisik dibandingkan dengan anak-anak yang tadi mengelilinginya.
"Tu..."
"Kenapa kamu terus bicara ๐ฃ๐ข๐ฏ๐ฎ๐ข๐ญ* kepadaku!"tegas Seokjin yang kesal dengan Eun Bi.
Eun Bi tercengang dengan nada tinggi dari Seokjin.
Apa salahnya?
Bukankah hal yang biasa untuk mereka menggunakan banmal saat mereka seumuran?
"Kita tidak akan saling bertemu lagi,"ucap Seokjin berlalu meninggalkan Eun Bi. Sementara Eun Bi menatap kepergian Seokjin dengan kerutan yang dalam.
Apakah pria itu mempunyai gangguan kepribadian?
Atau ini memang kesalahannya sendiri?
***
_to be continued_
*Oppa:kakak laki-laki untuk adik perempuan.
*Hyeong:kakak laki-laki untuk adik laki-laki.
*Samchon:paman.
*Banmal:bahasa informal (biasanya digunakan untuk teman seumuran atau sudah akrab).
Buku lain oleh Baby EL
Selebihnya