Hidup dengan bergelimang harta tanpa pernah mengetahui siapa identitasnya yang sebenarnya, membuat pria bertubuh atletis dengan manik mata biru sedalam lautan ini hanya mengetahui bagaimana caranya untuk bersenang-senang. Sergio Alexander, pria muda yang menjadi miliarder sejak berusia lima tahun ini tumbuh dengan tidak merasakan kasih sayang orang tua. Hal inilah yang membuatnya menjadi seorang pria yang mencari kasih sayang dari para wanita yang diinginkannya. Petualang cintanya terus saja berlanjut dengan terus bergonta-ganti wanita karena dia merasa belum bisa menemukan yang bisa memuaskan rasa penasarannya. Terkenal sebagai seorang casanova rupawan, akankah Sergio menemukan wanita yang bisa memenuhi hasratnya? Dan, bisakah dia sekaligus menemukan siapa orang yang membuatnya menjadi seorang miliarder? Source pict: Pexels Edit: Picsart
Remang cahaya rembulan tampak menyentuh lembut wajah dua insan yang sedang memadu kasih dalam pekatnya malam. Kehangatan yang tercipta perlahan-lahan berubah menjadi sebuah rasa yang memperdaya keduanya.
Angin malam yang meniup dedaunan menjadi teman yang hanya membelai singkat tubuh dua hati yang sedang menyatu dalam satu hembusan napas. Semua terasa indah malam ini. Bahkan lantunan sahut menyahut dari para binatang malam terdengar begitu merdu mengiringi rasa candu yang membuat keduanya terlena.
Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, sang pria dengan gagahnya membuat wanita yang berada dalam genggamannya ini hanya bisa mengeluarkan suara suara lemah dan sayu. Entah darimana datangnya semangat itu, yang pasti kenikmatan yang didapat sungguh membuat sang pria lupa diri.
"Kamu begitu sempurna malam ini, Sayang ...." Bisikan lembut sang pria semakin membuat degup jantung wanita cantik berkulit tan ini semakin tidak teratur.
Napasnya terengah seiring dengan permainan sang pria yang semakin membuatnya tidak bisa lagi berkata apa pun selain meracau yang tidak jelas. Dia begitu hanyut pada gelora yang tercipta dalam setiap sentuhan sang pria.
"Aku akan segera mencapai puncak! Kamu begitu hebat, Alicia!" Pria bermanik mata biru ini mempercepat gerakannya seiring dengan hasratnya yang begitu ingin meledak.
"Ser ... Sergio ...." desash wanita cantik yang dipanggil Alicia ini. Dia juga tidak bisa menahan diri lagi akan setiap hentakan yang dilakukan oleh sang pria tampan.
Keduanya mencapai puncak kenikmatan setelah satu hentakan keras dari Sergio yang membuyarkan semua rasa panas yang menjalar di tubuh mereka. Kini keduanya hanya terbaring lunglai tak berdaya. Tidak ada lagi racauan dan juga deru napas yang saling beradu di sudut gazebo di vila pribadi milik pria bernama Sergio ini.
"Kamu luar biasa!" ucap Sergio. Dia lalu bergulir dan merebahkan diri di sisi sang wanita. "Aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu! Dan, ambil ini!" Sergio menyerahkan sebuah kartu berwarna gold kepada wanita yang kini tengah memeluk tubuhnya.
"Apa maksudnya kartu ini, Sergio?" tanya wanita berambut coklat bergelombang ini. "Kenapa kamu mentransfer uang ke rekening dan memberikanku kartu ini juga?" tanyanya kembali.
Sergio tidak menoleh ke arah wanita itu. Dia mencoba menenangkan diri untuk mengatur napasnya yang masih terengah-engah.
"Tugasmu sudah selesai. Sekarang cepat pakai pakaianmu dan pergi dari tempat ini. Terima kasih atas pelayanannya, Alicia!" seru Sergio dengan nada bicara yang datar.
"Apa maksudnya? Kenapa kamu mengusirku seperti itu? Apa-apaan ini, kamu kira aku adalah seorang wanita murahan yang bisa kamu usir setelah kamu pakai begitu saja?" ujar wanita itu. Dia tidak bisa menerima begitu saja perlakuan Sergio kepadanya.
Sergio sama sekali tidak menggubris ucapan wanita itu. Dia kemudian mengangkat tangannya seraya memberikan kode kepada anak buahnya untuk segera datang ke tempat Sergio berada saat ini.
Seorang pria bertubuh besar dengan mengenakan setelan kemeja dan jas berwarna hitam, datang menghampiri gazebo tersebut dan menyeret wanita bernama Alica itu.
"Lepaskan, aku!" teriaknya. "Apa yang kamu lakukan kenapa kamu harus menyeretku seperti ini?!" Wanita ini terus memberontak.
Pria bertubuh besar itu lantas menutup badan Alicia menggunakan selimut besar dan menyeretnya untuk segera pergi dari sisi Sergio.
"Sergio Alexander Smith!" panggil wanita itu. "Aku tidak terima mendapat perlakuan seperti ini!" teriaknya. Dia kemudian mengumpat kepada Sergio. Berbagai macam kata-kata kasar keluar dari mulut wanita itu.
"Urus dia dengan baik, Julio! Aku tidak suka pada wanita yang suka membuat keributan!" perintah Sergio.
Julio hanya mengangguk mendengar perintah dari bosnya itu. Dia segera menyeret Alicia agar mengikutinya untuk keluar dari sana.
"Sialan kamu, Sergio! Awas saja kamu!" Wanita itu terus saja berteriak. Dia memberontak dan mencoba melepaskan diri dari cengkraman Julio.
"Alicia, sebaiknya kamu segera pergi dari sini semasih aku berbuat baik. Kalau kamu masih saja berteriak, maka aku akan membatalkan apa yang sudah kuberikan kepadamu tadi! Bahkan kartu itu pun tidak boleh kamu bawa pergi dari sini!" hardik Sergio. Rupanya dia sudah tidak tahan lagi mendengar teriakan dari wanita itu.
Alicia hanya mendengus kesal. Dia benar-benar sangat marah saat ini. Dia kemudian mengatur napasnya dan memakai pakaiannya setelah dia berhasil melepaskan diri dari Julio. Dia sama sekali tidak malu terlihat tanpa pakaian di hadapan Julio.
Wanita itu kemudian menatap lekat ke arah Sergio yang masih terbaring di gazebo. Dia mencoba menenangkan diri sehingga tidak akan memancing lagi kemarahan dari pria itu.
"Baiklah. Aku akan pergi baik-baik dari sini. Uang yang kamu kirimkan itu dan kartu ini akan kuanggap sebagai permintaan maafmu, Tuan Sergio Alexander Smith!" Wanita itu kemudian memutar badannya dan melangkah menjauhi tempat Sergio berada.
Sementara Julio masih mengawasi gerak-gerik wanita itu dan mengikutinya dari belakang.
"Hey, pria berengsek! Namaku Alexandra dan bukan Alicia!" Wanita itu berteriak sambil mengangkat jari tengahnya dan mengacungkan ke arah Sergio. Dia kemudian dipaksa pergi oleh Julio yang jengah melihat tingkahnya.
"Maafkan saya, Tuan Julio. Saya akan mengurus wanita ini!" Julio lantas menyerahkan wanita yang ternyata bernama Alexandra itu kepada para anak buahnya yang menunggu di ruangan lain.
Sergio hanya tersenyum simpul melihat tingkah laku wanita bernama Alexandra itu. Dia sama sekali tidak bisa mengingat siapa nama asli dari wanita itu karena Sergio tidak bisa mendapatkan kepuasaan apa pun darinya.
Bahkan tingkah laku wanita itu sudah bisa ditebak sepenuhnya oleh Sergio. Dia sudah hapal betul bagaimana perangai para wanita yang mendekatinya.
"Mereka semua sama saja! Tidak ada yang berbeda dan hanya menggilai uang! Mereka bahkan tidak bisa membuatku puas, tapi menuntut sesuatu yang lebih dari yang sudah ku berikan! Sialan!" batin Sergio.
Pria ini kemudian mengambil sehelai kain untuk menutupi tubuh bagian bawahnya yang saat ini terlihat polos. Dia mencoba untuk menenangkan sesuatu di bawah sana yang sama sekali belum bisa merasakan kepuasan setelah melakukan penyatuan yang panas bersama wanita tadi.
Hal ini benar-benar membuat Sergio sangat frustasi. Dia sudah tidur dengan berbagai macam jenis wanita selama bertahun-tahun. Namun, tidak ada satu pun dari para wanita itu yang bisa membuatnya merasa puas.
Semua hubungan cinta satu malam yang dijalaninya dengan para wanita itu, hanya membuatnya mengeluarkan benih-benihnya dengan percuma. Tidak ada kepuasan yang didapatnya dan dia selalu merasa kekurangan. Dia sendiri tidak mengetahui apa yang kurang dari setiap hubungan yang dijalaninya.
"Apakah aku harus mengembara sampai ke ujung dunia untuk bisa mendapatkan seorang wanita yang bisa menjawab semua tanyaku dan melegakan rasa haus yang kurasakan selama ini? Hah ...." Sergio tampak berpikir sejenak sambil menatap jernihnya air di kolam renang di taman belakang villanya ini.
Dalam remang cahaya lampu yang berpadu dengan cahaya rembulan, Sergio kemudian menjatuhkan dirinya ke dalam kolam renang. Dia ingin segera menetralkan rasa panas yang menjalari tubuhnya dengan dinginnya air kolam yang menusuk sampai ke tulang belulangnya.
Pikirannya ini terus saja menerawang jauh seraya tubuhnya terus bergerak dengan begitu lihai mengikuti lantunan suara kumbang yang begitu syahdu. Sergio dengan santai menikmati rasa mendayu biru dimalam yang dingin ini.
"Dunia ini begitu membosankan!" gumam Sergio, seorang pria muda yang hidup sendirian sejak berusia lima tahun dengan bergelimang harta.
*****
Buku lain oleh Larasati
Selebihnya