"Lakukan tanpa ragu! Aku akan membayarmu!"
Dalam keadaan mabuk, Samira tengah mengalungkan tangannya pada seorang pria misterius yang memapahnya.
Tubuh Samira tidak berhenti menggelinjang bak cacing kepanasan di musim kemarau, sebab perpaduan alkohol dan gairahnya yang membuncah.
Sebelumnya, Samira pergi ke sebuah bar karena kepalanya begitu pusing dengan masalah yang menerpanya.
Bagaimana tidak, Samira, meski usianya sudah 34 tahun, cantik, dan memiliki kedudukan bagus di salah satu kantor besar, ia belum juga memiliki pasangan.
Belum lagi ia harus selalu mendapatkan cercaan dari sang ibu dan keluarga besarnya, yang selalu mengatai dirinya perawan tua dan tidak laku. Samira ingin membuktikan bahwa dirinya bisa menarik perhatian pria.
"Aku lelah selalu dicela perawan tua!" racau Samira.
Sesaat tatapannya terpaku pada bola mata gelap, di bawah alis tebal sang pria yang tak henti menggeram penuh damba.
Kini matanya terpejam rapat, menikmati gairah liar pria itu, dia seperti binatang buas yang seolah ingin memangsa tubuhnya bulat-bulat.
Ujung kuku jari-jemari Samira menancap di punggung kekar sang pria, sampai bekas kukunya yang panjang tercetak jelas di sana.
Pria itu menekannya lebih dalam lagi, membuat Samira benar-benar telah kehilangan akal atas tubuh dan kesadarannya!
Desahan dan lenguhan panjang terdengar memenuhi ruangan kamar yang nyaris tidak ada cahaya, diakhiri pelepasan keduanya.
***
"Oh Tuhan! Kenapa ini bisa terjadi!"
Saat terbangun oleh alarm ponselnya, Samira kaget mendapati dirinya tanpa busana dengan seorang pria yang tidak ia kenal di dalam kamar.
Sulur surya yang memenuhi ruangan kamar, hingga dengan jelas ia bisa melihat wajah pria dengan tubuh polos tertidur pulas di sampingnya.
Samira mengerjap kedua matanya guna mengumpulkan kesadaran dan ingatannya, bisa sampai ke tempat itu.
Rasanya, tubuhnya remuk akibat serangan liar pria tak dikenalnya ini. Belum lagi, noda darah di seprai, benar-benar merasa dirinya seorang gadis murahan.
Otak cerdasnya memutar cepat merunutkan kejadian semalam. Segera tersadar kesalahan yang ia lakukan, Samira panik langsung memunguti pakaian dan mengenakannya. Ia harus cepat-cepat pergi sebelum pria itu terbangun.
Samira meletakkan setumpuk uang di atas meja sebelum meninggalkan kamar.
Beberapa saat kemudian, sesampainya di rumah, Silva- sang Ibu sudah berdiri menunggunya. Wajahnya berubah jadi gusar sesaat setelah melihatnya datang.
Silva mengernyit bingung memandangi Samira dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
"Kamu dari mana?" Dingin Silva bertanya.
Pertanyaan yang pasti terlontar melihat dirinya masih mengenakan seragam kerja kemarin.
Silva tentu bisa tahu dirinya tidak pulang semalaman hanya melihat pakaian, tas dan sepatu yang ia kenakan sekarang.
Pulang dengan penampilan acak-acakan. Pakaiannya basah dengan bau yang menyengat sebab perpaduan aroma alkohol dan keringat.
Padahal, Samira sudah menyemprotkan parfumnya sampai habis ke tubuhnya untuk menyamarkan bau alkohol semalam.
"Aku lembur di kantor tadi malam, Mam," sahut Samira menjauhkan mulutnya yang masih tercium aroma alkoholnya.
Awalnya Samira ingin mengakui saja apa yang sudah terjadi tadi malam. Namun, hati kecilnya belum siap mengungkapkan permainan gilanya itu. Bukan waktu yang tepat sekarang, yang ada Silva akan semakin menyudutkannya.
Kedua mata Silva menyipit menelisik di wajahnya. Silva yang gemar dunia kelab malam itu segera tahu apa yang sudah dilakukan Samira.
/0/26512/coverorgin.jpg?v=af2827c41ec076f199f1f6529fc039fc&imageMogr2/format/webp)
/0/16949/coverorgin.jpg?v=7e3b9e7a6ce7e81d5304f7071e96f64d&imageMogr2/format/webp)
/0/17236/coverorgin.jpg?v=bb04a1dcea1ed196effd3f0d60d64499&imageMogr2/format/webp)
/0/15831/coverorgin.jpg?v=0acf5d4ff51f5377a08ea3533dd47527&imageMogr2/format/webp)
/0/14914/coverorgin.jpg?v=c06b91a92410edccaee2387dc6f8d05b&imageMogr2/format/webp)
/0/19240/coverorgin.jpg?v=4679fe267bf6e8987784fa5d0f19f87c&imageMogr2/format/webp)
/0/10888/coverorgin.jpg?v=ccd514fa11a139b5e778c42626e65757&imageMogr2/format/webp)
/0/16548/coverorgin.jpg?v=bd0b5dc03a919af13be6269ac9c7390a&imageMogr2/format/webp)
/0/16214/coverorgin.jpg?v=bd3cc26a627eb974d7232f0cb9cd42dc&imageMogr2/format/webp)
/0/18334/coverorgin.jpg?v=db945eade520b56baff33476734b7333&imageMogr2/format/webp)
/0/18180/coverorgin.jpg?v=50bde00ea8f9f6849091efb21ba5ce23&imageMogr2/format/webp)
/0/19092/coverorgin.jpg?v=e5dfe54b49e546757ebf94e0e0fde06e&imageMogr2/format/webp)
/0/15671/coverorgin.jpg?v=74d2f39c3fb4e4db67973a2933f899b5&imageMogr2/format/webp)
/0/15368/coverorgin.jpg?v=199ea0e3a62e7a87c12cf428676dde62&imageMogr2/format/webp)
/0/3066/coverorgin.jpg?v=1968055e65003abae00f1e114a907847&imageMogr2/format/webp)
/0/4896/coverorgin.jpg?v=e4d73480546b66939e583eeaf04cb2d9&imageMogr2/format/webp)
/0/5888/coverorgin.jpg?v=88ed910bbcf55b640b1eb6eb4ed85c97&imageMogr2/format/webp)
/0/4290/coverorgin.jpg?v=f69af7fae1687f0e6c25f81bff95b97e&imageMogr2/format/webp)