/0/13690/coverorgin.jpg?v=34d407bff7def1b62c3b6d9da1a2d824&imageMogr2/format/webp)
Di dalam rumah yang sama, dengan kamar berbeda. Walaupun mentari masih enggan untuk menampakkan dirinya. Namun, apapun yang ada di ruangan itu sudah dapat dilihat dengan sangat jelas. Suara gemericik air hujan masih terdengar sangat deras, udara dingin masih menyelimuti seluruh kota di pagi ini. Sehingga, hal ini membuat sebagian umat manusia masih enggan untuk keluar dari selimutnya.
Sepasang anak manusia yang ada di dalam salah satu kamar di dalam rumah besar itu, tampak tertidur pulas dengan wajah lelah masing-masing di antara mereka. Menghabiskan waktu semalaman untuk bertempur mengakibatkan tenaga mereka sangat terkuras. Lelah? ya ... itu lah yang dirasakan oleh mereka saat ini.
"Hoam," Maya menguap, dan menggeliatkan tubuhnya.
Intimnya terasa sangat perih saat dia menggeliat tadi, tulang di sekujur tubuhnya terasa remuk.
"Aah ... sakit sekali." Maya sedikit meraba bagian luar guanya yang terasa perih.
"Suamiku benar-benar perkasa," ucap Maya kagum, dengan mata berbinar-binar. "Sampai intim ku terasa robek akibat ulahnya semalam." Maya mengelus rambut pria yang tertidur tengkurap di sampingnya.
Maya menoleh ke arah jendela yang masih tertutup oleh gorden. "Hujan, pantesan sangat dingin." Maya menarik selimutnya hingga leher, tidak lupa juga untuk menyelimuti lelaki perkasa di sampingnya.
Maya merangkul tubuh kekar itu dalam dekapannya. Tubuh mereka yang sama-sama polos berada di dalam satu selimut yang sama. Hawa di dalam selimut menjadi hangat mengalahkan udara dingin di pagi ini. Apalagi, Maya yang mendekat ke posisi Daffin tidur, tidak memberikan jarak sedikitpun. Hal itu membuat kulit mereka saling menempel. Maya menggoda lelaki yang dianggap sebagai suaminya itu dengan berbagai cara, tapi yang digoda tidak bangun dari tidurnya. Dia tetap setia berada di posisi awal tanpa bergeming sedikitpun.
Maya menjilati daun telinga orang yang dianggap sebagai suaminya, dan menggigit kecil daun telinga pria yang tidur telungkup itu, hingga beralih posisi ke atas punggung lelaki yang masih setia di dalam alam mimpi tersebut. Maya menggesek-gesekkan inti tubuhnya di atas bokong pria yang masih tertidur telungkup di bawahnya. Tidak sampai di situ. Maya juga menempelkan gundukan daging kenyalnya ke punggung pria di bawahnya. Namun, anehnya sang pria tidak memberi reaksi apapun, dia masih tetap setia dengan posisinya.
Maya sudah mulai gerah dengan step by step yang dia praktekan untuk membangunkan lelaki kekar yang tidur satu ranjang dengannya. Rasa bosan, dan putus asa menghampiri hatinya. Maya turun dari posisinya, dan mendudukkan bokongnya di atas kasur dekat pria itu tertidur. "Yang. Bangun donk." Maya menggoyang-goyangkan tubuh pria di hadapannya.
"Sayang …." Maya memeluk tubuh pria itu, dan berbisik di telinganya. "Kamu gak mau mengulangi olah raga kita semalam?" pancing Maya.
"Sayaaang! Ayolah, kenapa kamu tidurnya seperti orang mati?" rengek Maya di dekat telinganya. Namun, lelaki itu tetap setia telungkup dengan wajah di atas bantal.
"Awas, ya! Nanti giliran kamu yang minta jatah, aku juga gak bakal mau," rajuk Maya memonyongkan bibirnya.
Sebenarnya lelaki itu sudah bangun dari tadi, semenjak Maya menaiki tubuhnya. Akan tetapi, dia tidak tahu harus berbuat apa untuk Maya. Dia juga mulai dilanda kebingungan untuk menjelaskan kejadian semalam kepada Maya. Dari tadi, dia memikirkan kata-kata, dan bagaimana cara mengatakan hal yang sesungguhnya telah terjadi kepada Maya. Dia senang telah mendapatkan Maya. Apalagi telah berhasil mendapatkan mahkota Maya, tapi disisi lain, dia juga tidak tega menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi kepada Maya.
Daffin dilema, rasa cintanya kepada Maya membuat dia buta. Dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Posisinya saat ini sangat sulit untuk dimengerti. Dia bukanlah pria yang menikahi Maya. Melainkan dia hanya pria yang tiba-tiba mengawini Maya begitu saja. Saat ini, Daffin tidak ubahnya dari seorang bajingan yang sangat tidak punya harga diri.
"Maafkan aku, May" batinnya lirih. rasa sesal mulai berdatangan menghampirinya.
"Aku tahu, setelah ini kamu akan sangat membenciku." Air matanya menetes membasahi bantal di bawah wajahnya.
"Aku melakukan ini karena aku sangat mencintaimu, May! Aku tidak rela jika orang lain menidurimu untuk yang pertama kalinya." batinnya lagi.
"Semoga setelah ini, kamu mau menerimaku di kehidupanmu kedepannya," harap Daffin yang masih setia dengan posisinya.
"Biarkan Arthur bersama Sella, dan aku berjanji akan menjadi pasangan yang terbaik untukmu. Aku akan membahagiakan kamu, dan memuaskanmu!" ucapnya dalam hati. Sedangkan Maya terus menggodanya di atas sana membuat libidonya naik kembali.
Maya menciumi leher belakang Daffin, menghisapnya penuh semangat, hingga meninggalkan bekas kemerahan di kulit kuning langsat itu. Maya terbakar gairah oleh ulahnya sendiri. Tadinya dia hanya ingin menggoda lelaki yang dianggap sebagai suaminya itu. Akan tetapi, nyatanya kini dialah yang termakan oleh godaannya sendiri. Maya gerah dengan sikap lelaki yang di bawah tubuhnya, yang dia rasa sedang mempermainkannya. Dengan birahi yang menggelora, bercampur kesal yang menggebu-gebu, Maya turun dari punggung Daffin, dan menarik tubuh itu dengan kasar, sehingga tubuh orang yang ada di depannya terbalik menghadap Maya.
Seketika Maya terlonjak kaget. Matanya membulat sempurna, seakan mau copot dari pelupuknya. Maya memundurkan dirinya beberapa jengkal ke belakang menjauhi lelaki yang berada di hadapannya sekarang. Dengan gerakan cepat, Maya menarik selimut untuk menutupi dirinya yang polos, tidak terbalut oleh satu helai benang pun dinkulitnya.
Setelah mengumpulkan semua kesadarannya. Maya mengucek matanya, memastikan kalau dia telah salah lihat. Dia berharap, itu hanya mimpi. Ternyata harapan Maya hanya sebatas harapan. Orang yang ada di hadapannya, memang betul bukan suaminya, tetapi itu adalah orang lain yang sudah dia anggap sebagai seorang kakak selama ini. Maya pun berteriak histeris setelah menyadari kalau dia telah berada di satu kasur yang sama dengan orang lain dalam keadaan telanjang bulat. Maya terus berteriak histeris dengan mengeluarkan semua level suaranya, hal itu membuat Daffin kelimpungan.
/0/12737/coverorgin.jpg?v=47c887ad192be9faebf19ea232c9b11d&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/14152/coverorgin.jpg?v=20250123115727&imageMogr2/format/webp)
/0/8507/coverorgin.jpg?v=47c5cad4298ef62c045d02d9ea6946d5&imageMogr2/format/webp)
/0/24611/coverorgin.jpg?v=ec8a20c274b82dd9df63cf3f627d9889&imageMogr2/format/webp)
/0/4036/coverorgin.jpg?v=473a27fc43596af9b2a65155816e42d9&imageMogr2/format/webp)
/0/16118/coverorgin.jpg?v=61df76f0c80f4df0e0ee298af4a6a102&imageMogr2/format/webp)
/0/23523/coverorgin.jpg?v=d78b52dcff17c3f3d6d6d0a8cea41a47&imageMogr2/format/webp)
/0/27986/coverorgin.jpg?v=9eba3a339aec35f2ef31734d7b87a830&imageMogr2/format/webp)
/0/8954/coverorgin.jpg?v=01563f5e95e67a006cad0986e0903e43&imageMogr2/format/webp)
/0/5411/coverorgin.jpg?v=26066b1e186cf3a7055c7839dabf3401&imageMogr2/format/webp)
/0/18153/coverorgin.jpg?v=f78fa773721ad8b0372ca9fa8cb631a7&imageMogr2/format/webp)
/0/5215/coverorgin.jpg?v=39958dcbcb0c5b4484b6761a5dcb8525&imageMogr2/format/webp)
/0/20412/coverorgin.jpg?v=2c495306c7fd2f60c3276826592aeffd&imageMogr2/format/webp)
/0/3047/coverorgin.jpg?v=73c715d6159b4899960b1c005f4c0ab6&imageMogr2/format/webp)
/0/15568/coverorgin.jpg?v=40d7d9b09aac8bb8daca7351dbf5c6a9&imageMogr2/format/webp)
/0/2412/coverorgin.jpg?v=2f2d934aececc23f4d4e08a87a49b954&imageMogr2/format/webp)
/0/4878/coverorgin.jpg?v=20250121182816&imageMogr2/format/webp)