/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
Embusan napas tertahan yang terdengar begitu menyesakan, menguar melalui celah antara bingkai birai milik Sagara Tyson Murphy yang sedikit berjarak juga tampak gemetar, karena tengah mencoba mati-matian untuk menahan tangisan.
Manik mata jelaganya yang dikelilingi iris yang memerah, menyalang tajam, dibiarkan menatap lamat pada pusara yang ada di hadapannya.
Berdiri tegap kendati dengan seluruh persendian di seluruh tubuh sebenarnya sudah merasa begitu lemas, Saga - begitu singkatnya pria berusia tiga puluh tahun itu biasa di sapa, sudah sekitar tiga puluh menit memaku di sana.
Mengabaikan derasnya air hujan yang mengguyur tubuh, juga gelegar guntur yang seakan memberi cambukan pada relung yang tengah didera asa, Saga masih belum memiliki keinginan untuk beranjak.
Hati Saga saat ini sebenarnya sedang remuk redam. Dunianya runtuh, sebab baru saja ditinggalkan oleh Salsabila - sang ibu, untuk selamanya.
Beberapa jam yang lalu, tepatnya saat Saga baru sekali tiba di bandara selepas melakukan perjalanan bisnis, pria pemilik paras tampan itu dikagetkan dengan sebuah kabar yang berhasil membuat dunianya seperti berhenti berputar.
Saga yang ingin bergegas kembali ke Mansionnya, berjalan begitu antusias dengan senyuman yang memeta indah, menghiasi bibir, menambah pesona yang ia miliki.
Ia merasa bahagia bukan main, karena pikirnya ... saat itu akhirnya ia bisa melepas rindu yang sudah begitu menggebu dalam relung pada sang kekasih dan sang ibunda yang menunggu kedatangannya.
Dua minggu terasa waktu berjalan begitu lambat bagi Saga, karena harus berjauhan dengan orang-orang terkasihnya. Namun, begitu dirinya tiba, bukannya ia disambut oleh pelukan hangat atau pun senyum senang dari mereka, Saga mendapati Julian - orang kepercayaannya, menerima telpon dari Sesil yang kepala pelayan di mansionnya membawa kabar menyedihkan.
"Tuan?" Julian ragu-ragu menyeru begitu dirinya menghentikan langkah dan menutup panggilan dengan Sesil.
Dengan perasaan heran, Saga melakukan hal yang sama, yakni menghentikan ayunan tungkai dan menoleh ke arah Julian.
"Ada apa?" Saga bertanya dengan suara bariton bernada dingin, sedikit jengkel.
Pandangan Julian seketika tertunduk, menatap jemari yang ia tautkan di depan badan. "Ada hal yang ha-harus saya sampaikan, Tuan."
Kerutan samar muncul di kening Saga. "Apa? Katakan. Jangan membuang waktu. Aku harus segera pergi menemui Jane dan juga ibuku." Saga memendarkan pandangan, menatap keadaan sekitar dengan nanar. "Kenapa tidak ada satupun dari mereka datang ke bandara seperti biasanya? Apa mereka lupa, jika hari ini aku pulang?" gumamnya.
"Ini tentang Nyonya Besar dan Nona Janesaa, Tu-Tuan."
"Ada apa dengan mereka?"
Julian menelan ludahnya dengan susah payah. "Me-mereka ... me-mereka mengalami ke-kecelakaan, Tu-Tuan."
Mata Saga membelalak. Terkejut, tentu sangat. Jantung Saga saat itu seketika bekerja lebih keras daripada biasanya, berdebar dalam tempo yang begitu cepat, ayalnya orang yang baru selesai melakukan lari marathon.
Rasa bahagia yang sebelumnya hampir membuncah dalam relung, seketika diambil alih oleh rasa cemas yang begitu mengungkung.
"Ke-Kecelakaan? Lalu bagaimana keadaan mereka sekarang? Di mana mereka?"
Sungguh, tak sampai hati Julian menyampaikan kebenaran yang harus Saga dengar saat itu, karena ia mengetahui pasti, jika berita yang hendak ia sampaikan, mampu menghancurkan perasaan orang yang saat ini berdiri di hadapannya itu.
Julian yang bisa dibilang sebagai tangan kanan Saga, orang yang paling mengenal Saga di antara para pekerja lainnya, tahu ... jika Saga sangat menyayangi sang ibu dan Janessa Kennedy Jordan - kekasihnya, lebih dari apa pun, bahkan dirinya sendiri.
"Tiga hari yang lalu mereka mengalami kecelakaan, Tuan. Nona Janessa tidak memberi anda kabar sejak saat itu, karena dia sebenarnya telah meninggal dunia."
Sebagaimana ada ribuan pisau belati yang tepat mengarah pada dada dan menancab dalam relungnya, Saga sungguh merasa dadanya sesak bukan main.
Saga bergeming, membiarkan perasaannya perlahan mengambil alih. Dirinya yang selama ini dikenal dengan pria berhati batu dan tidak memiliki rasa empati, tidak sanggup menerima berita yang baru saja ia dengar.
"Dan Nyonya besar-" Julian menjeda perkataannya, karena terasa berat sekali bagi dirinya untuk berucap. Hatinya tidak menginjinkan, sementara lidahnya enggan, karena tiba-tiba menjadi kelu.
"Damn just say it!" Saga berteriak, penuh emosi.
Julian terhenyak. "Bi Sesil tadi menelponku untuk memberi kabar, jika Nyonya Besar telah mengembuskan napas terakhirnya hari ini."
Belum sempat hatinya bisa menerima berita terkait sang kekasih dan sang ibu mengalami kecelakaan, bahkan Jane telah tiada, kini seolah ada sambaran petir yang membawa badai, membuat hatinya porak-poranda seketika.
Dunia dan perasaan Saga hancur, tak tersisa. Namun, pria tampan itu sama sekali tidak meneteskan air mata, meskipun manik jelaganya sudah gemetar dan berkaca-kaca.
"Tiga hari yang lalu? Kecelakaan itu terjadi tiga hari yang lalu? Lantas kenapa tidak ada yang memberitahuku?!" Suara Saga meninggi di penghujung kalimat.
Dicengkramnya kerah pakaian yang Julian kenakan saat itu, membuat Julian terkejut bukan main, karena kedua tungkainya hampir tidak lagi menapak di lantai.
Pandangan Julian masih tertunduk, tak berani balas menatap Saga yang sudah menatapnya penuh kemarahan. "Tuan B-Besar memintaku untuk memberitahumu, sa-saat anda sudah kembali, Tu-Tuan."
Saga menghempas tubuh Julian, membuat Julian jatuh terjerambab. Namun, daripada marah, Julian lebih merasa sedih, karena melihat atasannya terluka.
Saga mencengkram geram rambutnya dengan telapak tangan sembari memejam dan membungkukan tubuhnya, sesaat. "Antarkan aku pada ibuku, sekarang!"
/0/16463/coverorgin.jpg?v=83f6dd3af71ea3068b6d2868bc1debf9&imageMogr2/format/webp)
/0/21507/coverorgin.jpg?v=4938f9cd41b484cc12812c3416ca92fa&imageMogr2/format/webp)
/0/21617/coverorgin.jpg?v=d83e73ead6cd0559dde32b5af84cbd83&imageMogr2/format/webp)
/0/2762/coverorgin.jpg?v=455ef8175b3775ae86393a4ddc9b8c6d&imageMogr2/format/webp)
/0/21521/coverorgin.jpg?v=949f724aa518bedbacb3226a7a839c89&imageMogr2/format/webp)
/0/5568/coverorgin.jpg?v=8003d9a209d09a79020781c190e17ef8&imageMogr2/format/webp)
/0/5473/coverorgin.jpg?v=7d7f596c03bc4022435fb342953ea158&imageMogr2/format/webp)
/0/22405/coverorgin.jpg?v=51f48758e88c4bcd40d9c3f7e5563a82&imageMogr2/format/webp)
/0/20420/coverorgin.jpg?v=f3f8e9d646b8c8f4ed851d99feb9418c&imageMogr2/format/webp)
/0/7651/coverorgin.jpg?v=4c2f9a954961dfe599635b3d8f1e787d&imageMogr2/format/webp)
/0/20433/coverorgin.jpg?v=db3f9e27a89789e456713cd4e92c1571&imageMogr2/format/webp)
/0/17417/coverorgin.jpg?v=e881884a6bb9067a07ed89da094bfa22&imageMogr2/format/webp)
/0/7259/coverorgin.jpg?v=43b34832028bef817477500c65accbf5&imageMogr2/format/webp)
/0/12863/coverorgin.jpg?v=01781a4c11a73d5c2378bb441d2543b1&imageMogr2/format/webp)
/0/19038/coverorgin.jpg?v=bc8737a1657af9debfad6717df8020f0&imageMogr2/format/webp)
/0/20158/coverorgin.jpg?v=e31fedc9b2e92637058c64cfe6927527&imageMogr2/format/webp)
/0/17738/coverorgin.jpg?v=94abbd137374562cd68cb4d231d746e6&imageMogr2/format/webp)
/0/16824/coverorgin.jpg?v=ede1f76b400f3cfd57bd9b253e5f1fd4&imageMogr2/format/webp)