Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Cinta Sang Miliarder

Gairah Cinta Sang Miliarder

Queen Love

5.0
Komentar
149
Penayangan
5
Bab

Devan baru saja menerima kenyataan bahwa ia tengah diselingkuhi oleh tunangannya. Dengan perasaan yang kacau, Devan pergi ke sebuah club malam. Devan menabrak seorang wanita cantik dan seksi, Devan yang sedang mabuk langsung mencium bibir wanita itu dengan ganas. Namun, hal yang tak pernah Devan duga, wanita itu berusaha menjauhkan diri, kemudian menampar Devan. Devan yang diperlakukan seperti itu, mulai mencari semua tentang wanita itu. Devan sangat tertarik karena ini pertama kalinya ada wanita yang menolak sentuhannya.

Bab 1 Pandangan Pertama

Devan masuk ke sebuah club malam dalam keadaan mabuk, hatinya sangat hancur begitu mengetahui bahwa tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Beruntung ada sekretarisnya yang mengawasi.

Ketika masuk, Devan menabrak seorang wanita. Devan terdiam sejenak melihat wanita cantik dan seksi di depannya. Pada pandangan pertama, Devan sudah tertarik pada wanita itu. karena dalam keadaan mabuk, Devan langsung mencium bibir wanita itu dengan ganas. Wanita itu berusaha untuk melepaskan diri, tapi apa daya tenaganya tidak bisa melawan Devan. Devan begitu merasakan sensasi ciuman yang penuh gairah. Sampai saat Devan lengah, wanita itu langsung melepaskan diri, beberapa detik langsung menampar Devan.

"Jangan kurang ajar, ya, Om! Anda pikir Saha wanita seperti apa?!" tegas Naya.

Devan yang masih dalam keadaan mabuk, menjawab tanpa merasa marah sama sekali.

"Memang wanita seperti apa yang masuk ke club malam dengan pakaian seksi seperti ini?"

Naya semakin kesal dengan Devan. "Memang apa urusannya sama pakaianku, Om."

"Om katamu? Aku setampan dan semalam ini tidak pantas menjadi ommu, pantasnya jadi suami."

"Cih, mimpi!"

Bayu, sekretaris Devan terkejut mendengar jawaban wanita itu. Dengan angkuh wanita itu pergi meninggalkan Devan.

"Ikuti wanita itu, kumpulkan semua data tentangnya," titah Devan. Senyum tercetak jelas di wajahnya, membayangkan wajah wanita itu membuat gairahnya bergejolak.

***

"Namanya Naya, Tuan. Keluarganya baru saja bangkrut, sehingga ia bekerja di sebuah club malam untuk membiayai keluarganya."

"Kapan dia mulai bekerja?"

"Malam kemarin adalah yang pertama kali, Tuan."

Devan mengangguk, ia sangat yakin jika wanita itu bukanlah wanita murahan seperti yang ia kenal sebelumnya.

"Tetap awasi wanita itu, jangan biarkan ada laki-laki lain yang menyentuhnya. Dia milikku," tukas Devan.

Bayu mengangguk dan segera melaksanakan perintah bosnya.

***

Devan tidak bisa menghilangkan bayangan wajah Naya dari pikirannya. Tatapan tajamnya, sikapnya yang berani, dan terutama caranya melawan membuat Devan merasa tertantang. Ia sudah terlalu lama dikelilingi oleh wanita-wanita yang menurut dan tunduk padanya, sehingga Naya menjadi sebuah anomali yang tidak biasa.

Sementara itu, di apartemennya yang sederhana, Naya melepaskan sepatu hak tingginya dengan kasar. Ia masih kesal dengan kejadian di klub malam tadi.

"Dasar pria tua kurang ajar!" gerutunya sambil menjatuhkan tubuh ke sofa kecil di ruang tamu.

Ia tidak pernah menyangka malam pertamanya bekerja di klub malam untuk mendapatkan uang tambahan malah membawa petaka. Seharusnya ia tidak menanggapi pria seperti itu, tetapi arogansi pria bernama Devan itu benar-benar membuat darahnya mendidih.

"Aku hanya perlu bertahan beberapa bulan lagi, lalu keluar dari pekerjaan ini," gumam Naya untuk menenangkan diri.

Namun, ia tidak tahu bahwa malam itu menjadi awal dari serangkaian kejadian yang akan mengubah hidupnya.

***

Pagi harinya, Devan sudah duduk di kantornya dengan map laporan tentang Naya di tangannya. Ia membaca setiap detail dengan teliti. Bayu telah melampirkan informasi lengkap, termasuk latar belakang keluarga Naya dan situasi keuangannya yang sulit.

"Jadi dia bekerja di klub malam hanya untuk membantu keluarganya, huh?" gumam Devan sambil menyandarkan punggung di kursi kulit mahalnya.

Bayu yang berdiri di depan meja kerja Devan hanya mengangguk. "Sepertinya begitu, Tuan. Keluarganya memiliki banyak hutang setelah perusahaan ayahnya bangkrut tahun lalu."

Devan tersenyum tipis. "Dia menarik. Dia bukan tipe wanita yang hanya mengandalkan penampilan. Aku suka itu."

Bayu mengerutkan kening, ragu-ragu sebelum akhirnya berbicara. "Tuan, saya tahu ini bukan urusan saya, tapi-"

"Bayu," potong Devan sambil menatapnya tajam. "Jangan lupa siapa yang membayarmu. Aku tidak butuh saran."

Bayu langsung terdiam. Ia tahu tidak ada gunanya mencoba menghentikan bosnya jika sudah membuat keputusan.

"Pastikan dia tidak mengalami kesulitan lagi. Jika keluarganya butuh sesuatu, selesaikan." Devan menutup map itu dengan bunyi keras, lalu berdiri.

"Dan awasi dia. Aku ingin tahu semua gerak-geriknya," tambahnya sebelum melangkah keluar dari ruang kerjanya.

***

Naya baru saja selesai dengan pekerjaan utamanya sebagai resepsionis hotel ketika seorang pria berpakaian rapi mendatanginya.

"Permisi, Anda Nona Naya?" tanyanya sopan.

"Iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?" balas Naya dengan bingung.

"Saya diminta untuk menyampaikan ini kepada Anda," pria itu menyerahkan sebuah amplop cokelat.

Naya menerimanya dengan ragu. "Dari siapa?"

"Bos saya, Nona. Itu saja yang bisa saya katakan," jawab pria itu sebelum pergi meninggalkannya.

Dengan penasaran, Naya membuka amplop itu dan menemukan surat yang berisi pemberitahuan bahwa hutang keluarganya telah lunas. Matanya membelalak tidak percaya, dan tangannya gemetar saat membaca detail transfer dana yang jumlahnya sangat besar.

"Apa-apaan ini?" desisnya.

Ia tahu siapa yang ada di balik ini. Tidak mungkin ini kebetulan.

Tanpa membuang waktu, Naya meraih ponselnya dan mencari nomor pria yang bertanggung jawab atas semua ini.

"Devan!" serunya ketika telepon diangkat.

"Ah, Naya. Aku sudah menunggu panggilan darimu," jawab Devan dengan nada puas.

"Apa maksudmu melunasi hutang keluargaku?!" Naya hampir berteriak di telepon.

"Itu sederhana. Aku ingin membantumu," jawab Devan santai.

"Aku tidak butuh bantuanmu! Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri," balas Naya, suaranya dipenuhi kemarahan.

Devan tertawa kecil di ujung telepon. "Oh, aku yakin kamu bisa, Naya. Tapi aku tidak suka menunggu. Aku ingin melihatmu bebas dari beban itu sekarang."

"Jangan main-main dengan hidupku, Om!"

"Percayalah, aku tidak bermain-main, Naya. Aku hanya ingin membuat hidupmu lebih mudah."

"Dan dengan ini, kau pikir aku akan berterima kasih? Menjadi tunduk padamu?" tantang Naya.

"Tidak, aku tidak butuh rasa terima kasihmu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, dan aku tidak akan pergi sampai kamu mengakui perasaanku," jawab Devan, nadanya berubah serius.

Naya memutuskan panggilan itu dengan geram. Hatinya berdebar-debar, bukan hanya karena marah, tetapi juga karena rasa takut akan apa yang akan dilakukan pria itu selanjutnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku