icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kupu-kupu Sang Miliarder

Kupu-kupu Sang Miliarder

Fitri Laxmita

5.0
Komentar
57.7K
Penayangan
95
Bab

Draniela Grizelle, orang memanggilnya Niela, dia adalah seorang gadis yang tinggal di salah satu daerah pesisian kota Jakarta, di sana terkenal dengan gemerlap kehidupan malamnya, walaupun begitu, tidak pernah terlintas sedikit pun di dalam pikiran Niela untuk melakukan pekerjaan seperti kebanyakan wanita di sana, namun tak jarang orang-orang memperlakukan Niela layaknya seorang wanita panggilan. Hingga keadaan yang sangat mendesak membuat Niela harus rela melakukan pekerjaan terlarang itu karena desakan sang ibu, namun apa yang Niela lakukan ternyata membawa Niela bertemu dengan seorang pria bernama Darren Alvaro Prayudha. Darren adalah seorang pria dari keluarga miliarder yang cukup terkenal, Darren menjadikan Niela sebagai tawanannya karena Darren mengelak jika sebenarnya dia mencintai Niela sejak mereka pertama kali bertemu. Pertemuan Niela dan Darren membawa Niela ke dalam sebuah kenyataan yang selama ini ingin dia ketahui tentang jati dirinya. Apakah yang Niela ketahui sebenarnya? Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta Darren dan Niela, akankah Darren mengungkapkan perasaannya kepada Niela?

Bab 1 Balas Budi

“Dasar anak gak berguna, uang segini mana cukup buat memenuhi kebutuhan sebulan!” maki seorang wanita paruh baya bernama Elma kepada putrinya yang bernama Niela.

“Ada apa lagi sih ini?” tanya Ferdi yang baru saja pulang bekerja, dia adalah ayahnya Niela.

“Anak kamu ini gak berguna, dari dulu sudah aku katakan tinggalkan dia di tempat sampah itu kenapa kamu membawa dia pulang!” jawab Elma dengan berapi-api.

“Cukup Elma! Semakin hari kamu semakin melampaui batas semenjak aku membawa Niela ke sini sikapmu tidak pernah berubah!” ucap Ferdi tak kalah sengitnya.

“Terus aja bela dia, dia itu bukan anak kandung kita!” bentak Elma lagi.

“KAU ....”

“Ayah udah, jangan bertengkar lagi sama Ibu lebih baik sekarang Ayah istirahat aku bikinin teh buat Ayah ya,” ucap Niela mencoba untuk meredam amarah sang ayah.

Ferdi hanya mengepalkan tangannya dengan kuat menahan amarah kepada Elma. Memang bukan rahasia lagi jika Draniela Grizelle atau Niela, bukanlah anak kandung mereka bahkan sampai saat ini Ferdi dan Elma tidak memiliki anak kandung.

“Ayo Yah!” ajak Niela lagi sambil menggamit lengan ayahnya menuju dapur sederhana rumah mereka.

“Ayah mau aku siapin air hangat buat mandi?” tanya Niela yang mulai memasak air untuk menyeduh teh.

“Gak usah, kamu juga pasti capek pulang kuliah langsung kerja sampai di rumah harus masak kerjain lagi pekerjaan rumah gara-gara ibu kamu,” jawab Ferdi.

“Aku gak capek kok Yah, aku malah senang bisa masakin buat Ayah sama ibu, nanti kalau aku udah menikah aku gak mungkin kan tinggal di sini lagi,” ucapan Niela membuat kening Ferdi berkerut karena tak biasanya sang putri membahas soal pernikahan.

“Menikah? Hmm apa putri Ayah ini udah punya pacar dan siap untuk menikah?” tanya Ferdi menggoda sang putri.

“Eh ... bu-bukan gitu Yah, aku gak punya pacar,” jawab Niela dengan gugup dan wajah yang mulai memerah.

“Terus selama ini kamu jalan sama Tian gak ada hubungan apa-apa gitu?” tanya Ferdi.

“Aku sama Tian Cuma temenan Yah, gak ada hubungan apa-apa,” jawab Niela.

“Gak ada hubungan apa-apa, tapi kencan setiap hari,” ucap Ferdi yang semakin gencar menggoda Niela.

“Ayah udah ah, sekarang Ayah mandi aku mau masak,” ucap Niela.

“Oke, Ayah mandi dulu.” Ferdi segera berlalu ke kamarnya, sedangkan Niela langsung mengambil bahan untuk memasak makan malam mereka.

Niela menyiangi sayuran sambil mengingat lagi kejadian saat dia di kampus tadi, Niela hampir saja dilecehkan oleh temannya hanya karena Niela tinggal di daerah pesisian kota Jakarta yang terkenal dengan hingar bingar kehidupan malamnya. Bahkan sebelum Elma menikah dengan Ferdi, Elma pernah menjalani pekerjaan sebagai wanita panggilan di sana mungkin sekarang juga dia masih melakukan pekerjaan itu tanpa sepengetahuan Ferdi.

“Ayolah jangan munafik Niela, aku tau kamu lagi butuh uang buat biaya kuliah, ayahmu pasti tidak bisa membayar biaya kuliahmu, jadi kita bersenang-senang malam ini,” ucap Arvan teman kuliah Niela yang selalu berbuat seenaknya kepada mahasiswi dan mahasiswa di kampus mereka.

“Cih ... aku bukan wanita panggilan!” maki Niela dengan tatapan nyalangnya.

“Hahaha that so funny, kau pikir aku tidak tau apa pekerjaan ibumu, kau pun tinggal di tempat yang terkenal penuh dengan kesenangan malam jadi kau sama dengan mereka, ayahmu tidak akan keberatan jika kau tidur denganku malam ini dia pasti senang karena anaknya bisa menghasilkan uang yang sangat banyak dalam satu malam,” ejek Arvan.

PLAAK

Satu tamparan dari tangan mulus Niela mendarat di pipi Arvan, tamparan yang cukup keras hingga membuat pipi Arvan terasa sangat panas. Arvan mengepalkan tangannya dan menatap Niela dengan nyalang.

“Jangan pernah menghina ayah dan ibuku!” maki Niela.

“Kamu!” pekik Arvan dengan jari yang menunjuk tepat di hadapan wajah Niela.

“APA? KAMU PIKIR AKU TAKUT, HUH?” tanya Niela dengan sengit hal itu membuat Arvan semakin naik pitam karena ini sudah yang ke sekian kalinya dia ditolak oleh Niela.

“Wanita murahan tidak tau diri!” jawab Arvan dengan nyalang tangannya terangkat siap untuk menampar Niela, namun ....

“Hei Bung, lo gak malu mau mukul cewek!” ucap Tian dengan tubuh yang dia bentengi di hadapan Niela, dia adalah sahabat Niela.

“Minggir, gak usah ikut campur urusan gue sama wanita murahan ini,” ucap Arvan sambil menepiskan lengan Tian.

“Siapa? Wanita murahan?” tanya Tian dengan tatapan tajamnya.

“Dia itu memang wanita murahan, tapi dia ....”

BUGH

Kini satu tinju dari Tian yang melayang mengenai wajah Arvan hingga darah segar keluar dari sudut bibir pria itu.

“Sebelum lo hina Niela, lo ngaca dulu kelakuan lo itu sangat bejat dan murahan dasar manusia sampah!” maki Tian lalu menarik lengan Niela agar dia ikut pergi dengan Tian.

“Tian sialan! Gue bakalan bales perbuatan lo!” pekik Arvan.

“Gue gak takut!” ucap Tian dengan tatapan menantang setelah itu Tian dan Niela pun pergi.

Niela menghela nafasnya dengan panjang, kenapa kebanyakan orang selalu mengatakan hal yang menurut mereka benar tanpa tau apa yang terjadi sebenarnya.

Walaupun Niela tinggal di lingkungan seperti yang mereka tau, sedikit pun Niela tidak ingin mengikuti jejak mereka untuk bekerja di rumah yang sangat mewah itu.

Ya, rumah mewah tempat para wanita menjajakan tubuhnya kepada para pria hidung belang.

“Wanita murahan,” gumam Niela.

“Kenapa mereka selalu menganggap aku seperti itu,” ucap Niela lirih.

“Ya ampun Niela hati-hati, Nak,” ucap Ferdi yang kembali ke dapur dan melihat Niela hampir mengiris jarinya.

“Ayah!” ucap Niela.

“Kamu mikirin apa?” tanya Ferdi.

“Gak mikirin apa-apa, Yah,” jawab Niela.

“Sini biar Ayah yang lanjutin,” ucap Ferdi.

“Gak usah Yah, Ayah duduk aja ini tehnya,” ucap Niela.

“Tapi kamu jangan ngelamun,” ucap Ferdi.

“Iya Ayah,” ucap Niela.

“Manjain terus dia,” ucap Elma dengan sinis saat dia datang ke dapur.

Ferdi menghela nafasnya dengan panjang saat mendengar ucapan Elma, dia tidak ingin menghiraukan ucapan sang istri dengan perlahan dia menikmati teh buatan Niela.

“Setidaknya kamu itu harus menjadi anak yang berguna dan bisa balas budi kepada kami yang sudah membesarkan kamu,” ucap Elma.

“Dari pada kamu terus ngoceh gak karuan lebih baik kamu bantu Niela masak,” ucap Ferdi.

“Aku, masak? Kau tidak lihat aku baru selesai mengecat kuku?” tanya Elma sambil menyodorkan kukunya yang masih basah.

“Kamu melakukan pekerjaan yang tidak berguna dari pada Niela, jadi berhenti menyalahkan Niela terus menerus,” jawab Ferdi.

“Bela lagi anakmu itu, dia harus menghasilkan uang yang lebih banyak agar dia tidak menyusahkan kita terus,” ucapan Elma membuat emosi Ferdi kembali memuncak.

“Besok aku akan mencari pekerjaan tambahan, Bu,” ucap Niela.

“Bagus lah, seharusnya kau memang sadar diri,” ucap Elma.

“Tidak perlu Niela, Ayah masih mampu untuk membiayai kuliah kamu dan biaya kehidupan sehari-hari kita,” ucap Ferdi.

“Kau bilang mampu? Apa kau tidak pernah berpikir semua uang yang kau berikan selalu tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhanku?” tanya Elma dengan sengit.

“Uang yang aku berikan setiap bulannya cukup besar Elma, kau yang tidak bisa bersyukur dan mengelola uang itu dengan baik!” jawab Ferdi.

“Besar katamu? Cih nasibku benar-benar sial, dulu aku pikir saat menikah denganmu aku bisa hidup enak dan bergelimang harta karena kau anak seorang pengusaha kaya, tapi ternyata semuanya hanya bualan,” ucap Elma.

“Aku rela meninggalkan keluargaku untuk menikah denganmu, ternyata aku juga salah sudah melakukan ini!” ucap Ferdi.

“Jika kau menyesali itu juga, maka biarkan aku membawa Niela agar dia bekerja seperti para wanita di sini!” ucapan Elma membuat mata Ferdi dan Niela membulat sempurna.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku