Terjadi sebuah malapetaka ketika seorang anak di lahirkan di sebuah desa yang sangat terpencil . Anak itu adalah buah hati dari pasangan Arif dan Kinanti .Awalnya sama sekali tidak ada sesuatu yang mencurigakan dari kelahiran anak tersebut ,sampai Arif kembali mencari Mbah Asih . Seorang dukun beranak yang membantu Kinanti ketika ia hendak melahirkan . Namun , ketika sampai di sana Arif mendapatkan sebuah kabar yang sangat mengejutkan . Bukan lain kabar itu sangat berkaitan dengan keanehan yang selama ini dirasakan oleh para warga desa termasuk Arif dan Kinanti sebagai orang tuanya sendiri .
Hujan turun dengan sangat deras, petir terdengar menggelegar dari segala arah , suara angin juga terdengar sangat bergemuruh .Sebuah desa yang terletak di tengah tengah sebuah hutan yang sangat jauh dari pusat kota , bisa di bilang desa itu sangat terpencil . Bahkan sebagian dari mereka masih menggunakan lampu cempor dan juga obor untuk mereka gunakan sebagai lampu penerangan . Malam itu tidak ada seorang pun warga yang berani keluar dari dalam rumahnya , mereka memilih untuk berdiam diri .
Sebagian dari mereka melantunkan aya ayat suci untuk mengusir roh jahat , karena kebetulan malam itu bertepatan dengan tanggal satu suro. Sejak dulu , di desa itu di yakini adanya salah satu roh jahat . Para warga di sana menyebutnya dengan sebutan "Nyi Larang " .Dia adalah roh jahat yang selalu datang memakan korban pada malam satu suro . Lebih tepatnya anak anak kecil dan para wanita yang sedang hamil .
Akan tetapi ,salah satu warga di desa itu sama sekali tidak menyadari bahwa malam itu merupakan malam satu suro . Ia bernama Arif , saat ini ia sedang menemani istrinya yang tengah hamil besar . Arif begitu cemas karena melihat istrinya begitu kesakitan . Sesekali tangannya meremas kain yang menyelimutinya untuk menahan rasa sakit. Sepertinya malam ini ia akan segera melahirkan .
"Mas, perutku sakit sekali . Sepertinya aku akan segera melahirkan ". ucap Kinanti dengan lirih.
"Tunggu sebentar ya Nan , Mas tidak mungkin meninggalkanmu sendiri dalam keadaan seperti ini ".
"Tapi aku sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya Mas , cepat panggilkan Mbah Asih sekarang juga !!". teriakKinanti.
"Di luar hujannya masih sangat deras .Siapa juga yang akan menemanimu disini jika aku harus pergi ke rumah Mbah Asih ? lagi pula rumah Mbah Asih itu sangat jauh , aku tidak mungkin bisa mengendarai motor ku dalam kecepatan tinggi karena jalanannya pasti sangat licin ".
"Aku sudah tak tahan lagi, Mas. Cepat panggilkan Mbah Asih sekarang juga ".
Arif begitu terkejut ketika melihat istrinya itu telah mengeluarkan sebuah cairan yang di duga adalah air ketuban. Meski sangat khawatir , terpaksa ia harus meninggalkan istrinya seorang diri dan bergegas ke rumah Mbah Asih secepatnya .
"Baiklah kalau begitu ,aku akan panggilkan Mbah Asih sekarang juga . Kamu bertahan ya ,tunggu aku kembali , aku akan segera membawa Mbah Asih untuk membantu persalinanmu ".
"Iya , cepat Mas ".
"Iya Nan , tunggu sebentar ". ucapnya sambil mengenakkan jas hujan yang sudah terlihat robek
di beberapa bagian itu.
Kinanti masih terlihat mengerang kesakitan di atas tempat tidurnya. Sementara Arif , dengan cepat ia menyalakan motor bututnya , lalu tidak lama kemudian motor itu melaju ke arah selatan dengan sangat cepat . Ia tidak mempedulikan air hujan yang kini telah membasahi seluruh tubuhnya , ia juga tidak mempedulikan jalanan licin yang sedang di laluinya . Yang ada di dalam pikirannya hanyalah bisa sampai di rumah Mbah Asih secepatnya dan membawa Mbah Asih ke rumahnya karena anak yang selama ini di nantikannya itu akan segera lahir ke dunia .
Ya , selama lima tahun ini Arif dan juga Kinanti sangat mengharapkan seorang anak . Menurutnya , kehadiran seorang anak di tengah tengah keluarga kecilnya akan menyempurnakan kebahagiaannya .
Maka dari itu , Arif rela melaju di bawah guyuran air hujan yang membuatnya menggigil kedinginan .
Rumah Mbah Asih memang cukup jauh dari tempat tinggal Arif dan juga Kinanti . Perlu waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sana . Selain jalanannya yang terjal , ia juga harus berjalan beberapa menit untuk sampai di sana karena jalanannya sama sekali tidak dapat di lalui oleh kendaraan ,bahkan hanya dengan kendaraan roda dua seperti yang sedang digunakan oleh Arif pada saat ini .Ia juga harus melewati sebuah makam besar yang salah satu makamnya di yakini sebagai makam keramat oleh para warga di sana .
Setelah melewati jalanan yang penuh dengan lika liku, akhirnya Arif sampai juga di depan rumah Mbah Asih . Sebuah gubuk yang terlihat besar namun sama sekali tidak terawat. Bagaimana tidak ? Mbah Asih sudah sangat tua dan ia hanya tinggal sendiri di sana. Namun, kemampuannya untuk membantu persalinan, sangat tidak di ragukan lagi . Hampir semua Ibu hamil di desa itu di bantu persalinannya di bantu oleh Mbah Asih .
Namun anehnya , Arif meliat sebuah bendera kuning yang menempel di sebuah batang pohon yang berada dekat sekali dengan rumah Mbah Asih . Akan tetapi ,perasaannya yang mencemaskan istrinya membuatnya tidak menghiraukan bendera itu sama sekali .
Arif segera mengetuk pintu rumah itu , tapi tidak ada satu orang pun yang menjawab dan membukakan pintu untuknya .
Setelah beberapa saat , ia mencoba mengetuk pintunya dengan lebih keras lagi . Namun lagi lagi tidak ada orang yang membukakan pintu rumah itu untuknya . Ia mengingat bahwa sebelum ia pergi ke rumah Mbah Asih , saat itu jam sudah menunjukkan pukul 11 malam .Pikirnya , mungkin Mbah Asih sudah tertidur pulas dan tak mendengar suaranya karena suaranya terbawa suara hujan yang begitu deras .
Ia tidak tahu apa yang harus di lakukannya jika Mbah Asih tidak berhasil ia bawa ke rumahnya . Di depan rumah itu , Arif terduduk dengan sangat lemas . "Mbah , ku mohon tolong aku . Hanya kau yang bisa membantu istriku untuk melahirkan seorang anak yang selama ini kamu tungu tunggu ". ucapnya seraya air matanya itu jatuh membasahi pipinya .
Anehnya , tiba tiba Mbah Asih datang dari belakang rumahnya .Ia berjalan dengan memegang sebuah tongkat.
"Ada apa Nak ? kenapa kau terlihat begitu sedih ?". tanya Mbah Asih dengan suaranya yang khas.
"Mbah, akhirnya Mbah datang juga . Aku sangat membutuhkan bantuan mu sekarang juga . Istriku sedang hamil besar dan sepertinya ia akan segera melahirkan . Tolong bantu saya Mbah , datanglah ke rumah ku dan bantulah persalinannya ". ucap Arif memohon .
Seketika Mbah Asih terlihat tersenyum pada Arif . Akan tetapi , ada yang beda dengan senyumannya itu . Mbah Asih tersenyum dengan sangat sinis, tapi Arif sama sekali tidak menghiraukannya . Karena baginya , bertemu dengan Mbah Asih pada malam itu adalah sesuatu yang sangat ia syukuri . Karena Mbah Asih akan membantu istrinya untuk segera melahirkan .
Bersambung....
Buku lain oleh Bumi Ke Langit
Selebihnya