/0/23359/coverorgin.jpg?v=6cc1c8db761967eeaa4c45bc90ba2de5&imageMogr2/format/webp)
Dea menghampiri sang papa yang tak kunjung keluar dari kamar. Gadis itu terlihat bersemangat untuk mengajak papanya makan bersama.
Di dalam kamar Dea mendapati sang papa yang hanya mengenakan sebuah handuk. Lelaki paruh baya itu tengah memandangi sebuah foto sambil bertelepon dengan mesra.
"Papa!" teriak Dea dengan wajah yang sudah memerah.
Mendengar teriakan dari Dea, lelaki itu segera memutuskan panggilan dan meletakkan ponselnya di sembarang tempat. Namun ia terlambat menyembunyikan foto yang masih tergenggam di tangan kirinya.
"De–Dea," ujar sang papa terbata dan merasa malu.
Dea segera merebut foto itu. Ia pandangi foto kemesraan papanya dengan Mawar di tepi pantai. Di belakangnya terdapat tanggal yang menyatakan bahwa hubungan mereka terjalin sebelum papa dan mama Dea bercerai.
Dea menatap sang papa dengan penuh amarah. Ia pegangi foto itu tepat di depan wajah papanya.
"Pantesan Papa selalu membela Mawar. Ternyata dia simpanan Papa. Bodohnya Dea yang tidak pernah mempercayai ucapan Mama waktu itu."
"Jaga ucapanmu, Dea!" bentak lelaki paruh baya itu.
"Kenapa? Papa tidak terima? Lihat saja. Dea akan melabrak pelakor itu. Dan mulai detik ini Dea pergi dari rumah ini!" tegas Dea seraya membawa pergi foto perselingkuhan papanya.
"Dea tunggu! Dengarkan dulu penjelasan papa."
Dea pergi tanpa mempedulikan teriakan papanya. Gadis itu membawa sebuah ransel. Ia berniat pergi ke rumah Mawar dengan menaiki motor matic pemberian tunangannya.
"Lihat saja Mawar. Apa yang akan aku lakukan nanti kepadamu. Kamu telah mengkhianati persahabatan kita. Ternyata selama ini kamu jadi sugar baby papaku. Tidak tahu malu!"
Dea mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Matanya telah basah. Hatinya terasa sakit seolah hancur berkeping-keping.
Selama ini Dea menganggap jika sang mama yang telah selingkuh. Hingga ia memilih tinggal bersama sang papa semenjak kedua orang tuanya bercerai. Namun nyatanya ia salah. Justru papanya yang main belakang.
Gadis itu menghentikan motornya di depan sebuah rumah kontrakan yang ditempati Mawar beberapa bulan ini.
"Rumah kontrakan yang mewah. Pasti Papa yang telah memilihkan rumah ini untuknya."
Dea melangkah dengan cepat. Ia yakin jika Mawar berada di rumahnya. Namun langkahnya terhenti seketika.
Gadis itu menaikkan sebelah alisnya ketika mendapati sebuah mobil yang mirip dengan mobil milik tunangannya tengah terparkir indah di halaman rumah Mawar.
"Jangan-jangan mereka—"
Gadis bertubuh kecil itu segera membuka pintu rumah Mawar yang tidak terkunci. Bahkan dengan mudah Dea berhasil memasukinya.
Dea mengedarkan pandangannya. Sepi dan kosong. Tidak ada seorang pun di ruang tamu. Gadis itu meneruskan langkahnya. Ia memutuskan untuk naik ke lantai atas.
Dea berjalan mendekati sebuah ruangan yang ia yakini adalah kamar Mawar.
"Iya, begitu. Terus sayang ...."
Terdengar suara menjijikkan yang masuk ke indera pendengaran milik Dea.
"Sungguh keterlaluan!"
Dea sangat mengenali suara itu. Ia yakin tidak salah dengar.
Dea semakin mempercepat langkahnya. Tiba-tiba tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Dengan sekuat tenaga gadis itu membanting pintu kamar sahabatnya. Rupanya dugaannya memang benar.
Mawar tengah melakukan perbuatan yang sangat Dea benci. Terlebih lagi sahabatnya itu melakukannya dengan seorang lelaki yang merupakan kekasih Dea. Bahkan mereka sudah hampir satu tahun bertunangan.
"Kamu! Dasar gadis murahan!"
Tanpa rasa kasihan Dea segera menjambak rambut panjang milik Mawar. Membuat sahabatnya itu meringis menahan sakit.
"Auh! Sakit, Dea! Ampun!" rintihnya.
Dea menumpahkan segala emosinya dengan menyakiti fisik Mawar.
"Hentikan Dea! Mawar itu pacar baruku! Kamu tidak berhak menyakitinya. Selama ini kamu terlalu kaku dan tidak pernah menuruti permintaanku!" sahut kekasih Dea.
Dea melempar tubuh Mawar ke atas ranjang. Ia menatap sahabatnya itu dengan kedua mata yang seolah hendak ke luar.
"Ternyata selain merebut Papaku, kamu juga merebut kekasihku."
Dea menatap Mawar dengan penuh kebencian. Sahabat yang sangat ia percaya dan selalu ia bangga-banggakan, ternyata berkhianat.
Gadis itu mendekati kekasihnya yang tidak merasa bersalah sama sekali.
"Dan untuk kamu. Hubungan kita selesai! Asal kamu tahu saja. Mawar juga memiliki hubungan spesial dengan Papaku!"
Setelah mengatakan kalimat itu, Dea segera keluar dari kamar Mawar. Ia melemparkan kunci motornya dan meninggalkan motor itu di halaman rumah Mawar.
Dea memesan sebuah taksi. Ia mencoba mengirim pesan kepada Amelia—mamanya. Selama ini sang mama tinggal seorang diri di rumah yang dulu pernah mereka tinggali bersama.
"Ma ... Dea ke rumah Mama ya, sekarang? Dea kangen sama Mama."
Tak butuh waktu lama pesan itu dibalas oleh mama Dea.
[Mama menunggumu, Sayang. Mama juga mau ngenalin Dea sama seseorang.]
Dea memegangi ponselnya dengan resah. Mendengar balasan dari mama, membuatnya teringat akan sesuatu hal.
Selama ini sang mama selalu meminta Dea untuk segera menikah. Padahal gadis itu masih belum siap. Mengingat kedua orangtuanya yang telah berpisah, membuat Dea sedikit trauma. Apalagi sekarang tunangannya itu ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya Dea tiba di rumah mamanya. Gadis itu langsung masuk begitu saja ke rumah wanita yang telah melahirkannya.
"Dea, pulang ...."
/0/17105/coverorgin.jpg?v=40e37bfaac1da73a3d48e518acb5037d&imageMogr2/format/webp)
/0/22465/coverorgin.jpg?v=28fe4085e0960e9273335ed267288bc5&imageMogr2/format/webp)
/0/22211/coverorgin.jpg?v=db1a02172383472971f67db12c755abe&imageMogr2/format/webp)
/0/23223/coverorgin.jpg?v=13fafc757166bcc33aaec03226211df6&imageMogr2/format/webp)
/0/13947/coverorgin.jpg?v=20250123145704&imageMogr2/format/webp)
/0/12530/coverorgin.jpg?v=be0f830b602d8f97ae5e967e9f4006f4&imageMogr2/format/webp)
/0/8979/coverorgin.jpg?v=3085bd68c195178d7936477ecca1a1a1&imageMogr2/format/webp)
/0/26006/coverorgin.jpg?v=62d2f5b610b3e13298f86ac8016537c9&imageMogr2/format/webp)
/0/16427/coverorgin.jpg?v=20240306094629&imageMogr2/format/webp)
/0/23830/coverorgin.jpg?v=20250607090803&imageMogr2/format/webp)
/0/15994/coverorgin.jpg?v=20240327141414&imageMogr2/format/webp)
/0/2923/coverorgin.jpg?v=68d2838c3ce6df5b17da8ebe41d681e7&imageMogr2/format/webp)
/0/18041/coverorgin.jpg?v=20240502081533&imageMogr2/format/webp)
/0/30255/coverorgin.jpg?v=01fcf3790ceef9e2d8d8c4f39f934836&imageMogr2/format/webp)
/0/16637/coverorgin.jpg?v=20240331130014&imageMogr2/format/webp)
/0/4254/coverorgin.jpg?v=d84a0741127769f3d57e79c54cb9eefb&imageMogr2/format/webp)
/0/19016/coverorgin.jpg?v=20241005131106&imageMogr2/format/webp)
/0/13488/coverorgin.jpg?v=20250123145308&imageMogr2/format/webp)
/0/29746/coverorgin.jpg?v=02439e70d753c1aa67a31cccd02d1ab7&imageMogr2/format/webp)
/0/16751/coverorgin.jpg?v=f612d8dba1185a003f2be71447074c8c&imageMogr2/format/webp)