Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)

Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)

Aksa Gege

5.0
Komentar
669
Penayangan
13
Bab

Nyaris tidak saling kenal, tiba-tiba Asoka melamar Riri untuk menikahinya. Ternyata niat baik Asoka tidak selancar jalan tol, banyak hambatan dan tantangan terlebih lagi orang tua mereka menolak keras hubungan percintaan mereka. Namun tekad Asoka sudah bulat, sebelum janur kuning melengkung dan bendera putih berkibar dia tidak akan gentar. Namun disaat Asoka tengah memperjuangkan cintanya, tiba-tiba Dia dimintai untuk berangkat ke London dan menetap tinggal disana untuk waktu yang cukup lama. Setelah Asoka kembali ke Indonesia dan akan memperjuangkan cintanya kembali ternyata Riri telah menikah dengan Kris. Bagaimana cerita selengkapnya tentang drama percintaan Asoka dan Riri dan bagaimana dengan Kris yang secara tidak langsung menjadi penengah antara hubungan mereka.

Bab 1 Interview

Di sebuah gedung pencakar langit dengan cat yang dominan berwarna putih, terlihat seorang wanita yang mengenakan setelan blazer krem tengah duduk di lobi perusahaan bernama Bramasta Group. Wanita tersebut ialah Riri, tujuan Dia datang kesini tidak lain dan tidak bukan untuk memenuhi panggilan interview kerja yang telah diumumkan kemarin siang dan beruntungnya pagi ini cuaca cukup cerah seakan menjadi pertanda baik untuk Riri.

"Saudari Amarilis Jelita," panggil seorang pria berkemeja abu-abu yang jaraknya hanya dua meter dari Riri.

"Iya betul," jawab Riri singkat.

"Silakan segera masuk dan langsung memperkenalkan diri anda," ajak pria berkemeja abu-abu sembari mendorong pintu ruangan di depannya.

Tanpa menjawab Riri segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mengekori Pria tersebut dari belakang.

"Silakan duduk disini," perintah pria berkemeja abu-abu sembari menunjuk kursi kosong yang telah di sediakan untuk para pelamar yang hendak interview.

Segera Riri duduk manis tanpa permisi di kursi tersebut dan tanpa disadari oleh Riri, Pria berkemeja abu-abu itu telah melenggang pergi dari ruangan tersebut.

Terlihat di depan Riri ada dua orang yang diyakini berbeda kelamin itu sedang sibuk membaca tumpukan berkas yang berada di mejanya. Tidak berselang lama mereka menyadari kehadiran Riri di sana dan pandangan mereka berdua segera teralihkan ke arah Riri yang hanya diam saja sedari pertama masuk ke ruangan itu.

Karena menyadari kalau dua orang di depannya telah fokus padanya, Riri pun langsung memperkenalkan diri dan mengatakan apa tujuannya melamar pekerjaan di perusahaan itu, bahkan Riri juga menyisipkan visi dan misi hidupnya agar lebih lengkap perkenalan dirinya.

Setelah selesai berbicara cukup panjang, Riri kembali diam menunggu respon dari orang yang ada di depannya. Namun, cukup lama Riri menunggu jawaban dari mereka, kira-kira sudah lebih dari sepuluh menit berlalu mereka masih setia diam sambil melihat ke arah Riri.

Namun Pria berjas navy yang tertuliskan nama Asoka B Kusuma terlihat dari name tag yang tertempel di dada bidangnya berdiri dan berjalan secara perlahan menghampiri Riri.

"Saya mau dengar kekurangan dan kelebihanmu apa?" tanya Asoka yang telah berada di hadapan Riri sembari duduk disana yang terlebih dahulu Dia menarik kursi disamping Riri.

"Kelebihan dari diri saya tidak banyak, kecuali kelebihan lemak di pipi. Namun kekurangan saya cukup banyak salah satunya kurang tinggi, kurang cantik, kurang berat badan, kurang uang, tapi saya tidak kurang ajar. Mungkin kurang lebih seperti itu. Sekian perkenalan singkat dari saya, terima kasih," terang Riri.

Asoka yang mendengarnya hanya mengulum senyum untuk menahan tawanya, Riri yang melihat gelagat Asoka pun spontan mengerutkan alisnya.

'Aneh.' satu kata itu yang berada di pikiran Riri untuk sosok Pria di depannya ini.

Disaat mereka sedang sibuk berbincang tanpa sadar Pandangan Asoka dan Pandangan Riri terkunci satu sama lain yang jaraknya hanya dua meter, "Aku suka kepribadianmu, Manis. Buat apa kamu melamar kerja di perusahaan saya, lebih baik kamu yang saya lamar untuk menjadi Ratuku."

Seketika Riri mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, "Bapak ini ternyata suka bercanda ya." Tanpa dipungkiri timbul rona merah di pipi tembem Riri.

Asoka yang mendengar perkataan itu langsung terkekeh-kekeh, melihat tingkah Wanita didepannya ditambah pipinya yang mulai merona membuat Asoka terpesona oleh kecantikan Wanita didepannya ini.

"Kenapa?" tanya Asoka terjeda sejenak dengan nada menggoda, "saya tidak pernah bercanda dengan ucapan saya. Bahkan jika perlu saya akan hari ini juga melamar ke rumahmu." Peryataannya itu sukses membuat kedua mata Riri membola sempurna dan detik berikutnya Riri melirik Asoka di hadapannya yang tengah tersenyum manis sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Eh," cicit Riri, "bapa serius?" sergahnya yang langsung di anggukki oleh Asoka yang di pastikan CEO Bramasta ini.

"Pa-bapak," ucap Riri gelagapan, "cukup, Pak. Saya kesini mencari kerja bukan mencari tambatan hati."

Asoka tidak mengindahkan perkataan Riri, Dia memilih berdiri dan berjalan menghampiri Wanita di belakangnya. Ada percakapan diantara mereka namun tidak cukup jelas terdengar oleh Riri, yang pasti setelah percakapan mereka berakhir Wanita itu segera melenggang pergi dari ruangan ini meninggalkan mereka berdua di dalam.

"Waktu jam makan siang akan segera dimulai," ucap Asoka sambil berjalan menghampiri Riri, "saya cukup terganggu dengan suara perutmu itu." Asoka melirik sekilas kearah perut Riri sebelum Dia berjalan perlahan keluar ruangan.

Riri yang mendengar perkataan itu langsung tertunduk malu sembari mengusap perutnya yang memang benar cacing-cacing didalam perutnya telah berdemo meminta asupan makanan.

"Tunggu apa lagi," ajak Asoka yang telah lebih dulu berjalan didepan.

"Tapi, Pak. Bagaimana dengan peserta lain yang telah menunggu di luar ruangan ini?" Riri berkilah untuk memenuhi ajakan dari atasannya tersebut.

Asoka yang mendengar perkataan Riri segera menghentikan langkahnya, "Kamu jangan pedulikan mereka, mereka bukan urusanmu. Urusanmu bersama dengan saya." Tanpa permisi Asoka berbalik berjalan menghampiri Riri untuk mengandeng tangannya.

"Eh," cicit Riri, "bapak ngapain main pegang-pegang tangan saya segala." Sekuat tenaga Riri mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman tangan kekar Asoka.

"Pak, lepas gak!" Riri menyalak galak.

"Gak," sahut Asoka singkat.

Dengan pasrah Riri mengiyakan ajakan Asoka karena jika Dia melawan pun akan percuma, yang membuat Riri sangat malu adalah disepanjang perjalanan tangan kiri Riri tidak terlepas dari gandengan tangan Asoka yang cukup menimbulkan keterkejutan dari karyawan yang berpapasan dengan mereka.

Disaat Asoka hendak berjalan keluar kantor yang tinggal lima langkah didepan diikuti oleh Riri di sampingnya, tiba-tiba gawai di saku jas mahalnya bergetar Dia langsung berjalan menjauh dari Riri untuk menerima panggilannya yang terlebih dahulu telah melepaskan genggaman tangannya.

Setelah selesai menerima panggilan dari gawainya, Asoka segera berlari kecil menghampiri Riri yang telah menunggunya diambang pintu keluar kantor.

"Maaf, sepertinya lain kali saja kita makan siang bareng, Manis," ucap Asoka terjeda sejenak dengan lirih, "karena saya besok ada metting ke luar kota untuk beberapa hari ke depan."

"Ya, itu terserah bapak. Yang jelas apa saya diterima kerja di perusahaan ini atau enggak?" Dengan tatapan tajam Riri hunuskan ke Asoka.

Asoka menyugar rambutnya sembari tersenyum menyeringai, "Apa masih kurang jelas," ucap Asoka terjeda sejenak, "kamu itu sudah diterima. Diterima menjadi Ratuku." Dengan mengedipkan sebelah matanya Dia tunjukkan ke Riri.

"Cukup, Pak. Saya sudah jengah dengan perlakuan aneh ditambah sifat pemaksa, bapak!" sergah Riri, "jika bapak tidak mau menerima saya bekerja disini. Ya sudah, jangan mempermainkan saya seperti ini."

Detik berikutnya Riri segera melenggang pergi tanpa permisi dari atasannya tersebut.

"Tunggu!" teriak Asoka sambil ikut berlari kecil, "kok kamu malah marah. Apa ada perkataan saya yang salah?" Asoka mencoba meraih tangan Riri namun segera Riri menepis kuat-kuat genggaman tangan Asoka.

"Tunggu, Manis," panggil Asoka namun lawan bicaranya terus berjalan tanpa mengindahkannya.

"BERHENTI!" Asoka tanpa sadar menaikan suaranya satu oktaf.

Seketika langkah kaki Riri terhenti setelah mendengar seruan Asoka di belakangnya tersebut yang membuat tubuhnya mendadak merinding ditempat.

Asoka segera berjalan menghampiri Riri, "Saya mohon apa ada salah dengan ucapan saya, saya butuh penjelasan. Ada apa denganmu?" Asoka menatap nanar punggung Riri.

"Apa yang harus dijelaskan. Mungkin seharusnya saya dari awal tidak datang ke perusahaan ini," jelas Riri tanpa melihat lawan bicaranya.

"Apa itu artinya kamu menolak ajakan nikah saya?"

"Kita baru bertemu beberapa jam yang lalu. Saya hanya mengenal anda sebatas CEO Bramasta ini tidak lebih," jelas Riri sambil melirik sekilas Asoka dibelakangnya.

Terdengar Asoka menghela nafasnya dengan kasar didepan wanita pujaan hatinya.

"Baiklah, tapi kamu jangan menolak kalau saya mau mengantarmu pulang," ucap Asoka dengan lirih.

Riri tidak mengindahkannya Dia memilih untuk melanjutkan langkahnya ke arah parkiran, namun disaat kakinya hendak melangkah tiba-tiba Dia merasakan kepalanya mendadak pusing, pandangannya pun lambat laun mengabur dan mengakibatkan tubuhnya langsung ambruk. Beruntungnya bagi Riri ada Asoka, Dia segera merangkul pundak Riri dan menggendong tubuh Riri ala bridal style yang sebelumnya Asoka telah menepuk pipinya untuk memanggil namun tak kunjung mendapati respon.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku