/0/24416/coverorgin.jpg?v=3f42961cc95c0f05100f937190aa6aeb&imageMogr2/format/webp)
"Mereka hanya merekrut perempuan-perempuan cantik yang nggak punya otak."
Perkataan itu menggema, terdengar meremehkan.
Selama sepuluh tahun bekerja, pontang-panting melompat dari satu agensi ke agensi lain, baru kali ini aku merasa direndahkan di hari pertama bekerja.
Tapi itu tidak mengherankan, sebab yang berkata adalah Gun Saliba, seorang celebrity Chef yang terkenal perfeksionis. Miris karena dari semua hal, pria itu terdengar masih sama, suaranya menggelegar, otoriter dan tidak bisa dibantah, meski belum resmi bertemu, aku sudah bisa membayangkan wajah Gun yang terdiri dari tiga J: judes, julid, jumawa.
"Siapa lagi kali ini yang kalian bawa Ed? Saya nggak membutuhkan manajer, yang saya butuhkan adalah asisten yang bisa bekerja."
"Bapak berniat menggantikan posisi saya?" Seorang pria yang dipanggil Ed itu terdengar menyahut. Aku merasa salut, meski sedari tadi sudah dibentak, suara laki-laki itu tetap tenang, tidak terpancing sang atasan.
Gun mendengus. "Kamu lihat saya memiliki asisten di kitchen sekarang?"
"Kalau itu, kami akan segera merekrutkan-"
"I said right now, did you not hear me?"
Mau tidak mau, aku kembali memejamkan mata, bukan aku yang dibentak, tapi aku ikut berjengit, tanpa sadar ludahku tertelan, pahit. Bagaimana Mba Niken berharap aku akan menjinakkan laki-laki semengerikan ini?
"Tolong Mit, lo tau kan dia tuh terkenal rewel, selama ini nggak ada yang betah jadi manajernya, tapi Pak Punjab suka banget sama dia. Bagi dia, Gun itu ATM berjalan, program Dapur Ceria yang tayang tiap hari selalu tembus rating dua digit, trending X, FYP TokTik, mana mau dia melepas Gun gitu aja, makanya apapun yang dia minta pasti diturutin, dan sekarang Pak Punjab mau lo yang jadi manajer dia."
Itulah yang dikatakan Mba Niken pagi tadi, sesaat setelah aku memperkenalkan diri sebagai pegawai baru di Lumeno Entertainment, anak perusahaan dari LO Group, yang menaungi para selebritis papan atas Ibu kota.
Masalahnya, kenapa harus aku?
Di antara semua orang, kenapa justru aku yang terpilih untuk menjadi manajernya?
"Program dia yang weekend, King Chef mulai berjalan, dan lo tau tanggapan pemirsa juga nggak main-main, hari pertama tayang aja, ratusan iklan langsung masuk, dia butuh orang buat handle jadwalnya dengan teratur."
Benar, program tersebut memang viral, ditayangkan di segmen siaran day time dengan kode rating SU, bertajuk survival show, bahkan Hiro dan Naga yang tidak pernah menonton TV saja sampai tertarik. Setiap sore di hari weekend mereka sudah standby di living room apartemen kecil kami, duduk di sofa dengan semangkuk popcorn untuk menyaksikan tayangan tersebut. Sesuatu yang membuatku meringis tiap memperhatikan euforia itu.
Sialan.
"Tenang Mit, ada bayaran yang sepadan buat pengabdian lo, gajinya sesuai rating acara, jadi bisa dipastiin lo bakal dibayar berkali-kali lipat dibandingkan manajer lain di agensi ini." Seolah tahu aku akan menolak, Mba Niken kembali menjelaskan, membuatku akhirnya tidak memiliki pilihan.
Aku membutuhkan uang, sebagai single parent yang harus menghidupi baik diri sendiri maupun dua orang bocil, aku harus menjadi palu gada, ibaratnya semua jenis pekerjaan apapun pasti akan aku ambil asalkan ada duitnya, yang penting halal dan tidak minta-minta.
Pantang untukku mengharap belas kasihan orang lain, lebih baik aku bekerja siang malam, kepala di kaki, kaki di kepala kalau perlu daripada harus mengharap uluran tangan dermawan.
"Nah, sekarang tolong banget ya, terima pekerjaan dari Pak Punjab ini, atau mungkin lo bakalan didepak lagi."
Dan di sinilah aku akhirnya, berdiri di balik pintu yang bertuliskan Chef Only, sebuah ruang kekuasaan milik seseorang yang sebentar lagi akan menjadi atasanku.
"Di mana manajer sialan itu sekarang? Baru hari pertama dia bahkan sudah terlambat, kamu yakin dia kompeten?"
"Dari portofolionya perempuan itu cukup meyakinkan, dan dia sudah di sini, silakan masuk." Pintu kemudian mengayun terbuka.
Jantungku berdegup kencang, ketika perlahan melangkah memasuki ruangan tersebut. Gun sedang duduk di kursi kebesarannya, membelakangi kami sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya.
"Siang Pak, saya-"
"Berhenti basa-basi busuk perkenalan, katakan apa kelebihan kamu?"
Kutelan ludah susah payah, ini adalah pertanyaan yang mudah. Harusnya aku bisa menjawab lancar, tapi karena tidak siap dengan pertanyaan itu, otakku mendadak beku.
Tak kunjung mendapat sahutan, Gun terdengar mendengus. "Kamu nggak memiliki kelebihan? Untuk apa mereka merekrut kamu kalau begitu?"
"Saya cekatan, disiplin dan berkemauan keras, Pak," balasku akhirnya.
"Nah, sekarang saya tahu apa kekurangan kamu." Suara itu terdengar mengejek. "Kamu pandai berbohong. Dari mana kamu mengklaim cekatan kalau menjawab pertanyaan saya saja kamu gagu?"
Ga-gu?
Astaga.
Aku hanya terlambat menjawab beberapa detik saja, dia langsung menyimpulkan dengan kejam. Jelas aku tidak terima!
"Bapak nggak bisa asal berkomentar hanya dari satu sudut pandang, sedangkan Bapak belum pernah bekerja bersama saya."
"Jadi kamu menganggap diri kamu kompeten?
"Sebaik yang Bapak harapkan."
"Bagaimana jika saya kecewa?"
"Bapak bisa mengganti saya dengan yang lain."
"Kamu tahu saya nggak memiliki waktu?"
/0/27041/coverorgin.jpg?v=7b74931a9c037a360dd277c6141a658b&imageMogr2/format/webp)
/0/18348/coverorgin.jpg?v=1729054788651b817a74fd99fd5a9ea1&imageMogr2/format/webp)
/0/12594/coverorgin.jpg?v=f8b750192ac445b9d9c4e3d44ed27a7c&imageMogr2/format/webp)
/0/18395/coverorgin.jpg?v=1acc05f84ce585c9ec06b91e4ba4e4ee&imageMogr2/format/webp)
/0/22074/coverorgin.jpg?v=e6b46ac5ab16233aaabafa2e85524ace&imageMogr2/format/webp)
/0/27008/coverorgin.jpg?v=02ee01e1d99c926ccd91f8bd5d094393&imageMogr2/format/webp)
/0/20413/coverorgin.jpg?v=ec86fab74cc2046f1ea680264dba5204&imageMogr2/format/webp)
/0/12242/coverorgin.jpg?v=3f4c35df759a421233796731ef9d1aa0&imageMogr2/format/webp)
/0/27411/coverorgin.jpg?v=5fc7b6e8bd1b022fe188a86f0dc6fc5b&imageMogr2/format/webp)
/0/20199/coverorgin.jpg?v=e0c0b20a45916a73035c20ed8e50f00b&imageMogr2/format/webp)
/0/12562/coverorgin.jpg?v=c0ade4e0c940d63800efbd08c63b4f1f&imageMogr2/format/webp)
/0/12751/coverorgin.jpg?v=3d559870144183f4c2c82f394714df9f&imageMogr2/format/webp)
/0/14846/coverorgin.jpg?v=cbac79be890416caac333268017476ca&imageMogr2/format/webp)
/0/14522/coverorgin.jpg?v=02d11d14dbe1cf8041fa5b4bd4cc1800&imageMogr2/format/webp)
/0/21447/coverorgin.jpg?v=2bae48a320ec295bdd25136279d814da&imageMogr2/format/webp)
/0/29109/coverorgin.jpg?v=7f95516994c52b9f66f4b0e3a35af050&imageMogr2/format/webp)
/0/16861/coverorgin.jpg?v=1d79d5c8d1067177e47366859cdb07d3&imageMogr2/format/webp)
/0/17406/coverorgin.jpg?v=ecdbd3b33f2e6747d9b6e81e9516ae3a&imageMogr2/format/webp)
/0/9032/coverorgin.jpg?v=af82c028e05a3d631f95c27baef6fff6&imageMogr2/format/webp)