Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kakak Kelasku

Kakak Kelasku

Rheny

5.0
Komentar
145
Penayangan
5
Bab

Elang ketua OSIS yang tampan dan juga banyak di sukai oleh para gadis yang menatapnya tetapi sikapnya terlalu dingin melebihi kulkas dia pintu, dia pun di jodohkan dengan gadis yang menurutnya menyebalkan dan selalu membuat masalah. Rania namanya seorang gadis cantik yang selalu membuat masalah bagi Elang.

Bab 1 Datang terlambat

Alarm masih saja terus berdering tetapi gadis di dalam selimut masih saja enggan keluar dari persembunyiannya, lalu terdengar suara ketukan pintu berkali-kali dan suara menggelegar pun mulai terdengar. Dengan cepat ia bangun lalu mematikan jam wekernya dan melihat ke arah jam itu.

Matanya membulat saat jam sudah pagi dan dia pun bergegas menuju kamar mandi.

"Rania, cepat bangun nanti kamu terlambat lho." ucap wanita paruh baya di balik pintu.

"Iya Ma, aku udah bangun." jawabnya.

Dengan cepat ia bergegas ke kamar mandi, beberapa menit kemudian ia sudah rapi dengan pakaian seragam sekolahnya. Lalu menuruni anak tangga untuk sarapan tetapi waktunya tidak memungkinkan jadi ia hanya meminum susu dengan sekali tegukkan dan langsung berlari menaiki mobilnya.

"Rania kamu tidak sarapan dulu."

Tidak ada jawaban karena Rania sudah pergi ke sekolah, selama perjalanan Rania terus saja berkomat kamit agar tidak terlambat. Karena kalau terlambat maka habislah nasibnya pasti di suruh keliling lapangan basket, baru saja pintu gerbang sekolah akan di tutup dengan cepat Rania mengklakson agar gerbang tidak di tutup.

Kini mobil Rania sudah terpakir dengan aman tetapi nasibnya belum tentu aman karena sudah ada seseorang yang menunggunya dengan tatapan tajam serta tangan yang di lipat di dada.

"Niat sekolah apa nongkrong, jam segini baru dateng di tambah terlambat pula." ucapnya dingin.

"Sekolahlah, ini udah ngebut tahu." jawab Rania kesal.

Lalu salah satu temannya menggoda Rania dan membuat Rania tersenyum manis, tetapi tidak dengan ketua ketos ini ia masih menatap tajam ke arah Rania.

Ketua ketos ini terkenal dengan kejam dan juga dingin kaya kulkas empat pintu, belum ada yang berani mendekatinya. Jika ada keesokkan paginya pasti kejang-kejang karena tingkat dinginnya yang melebihi kutu utara.

"Rania cantik, jangan marah nanti cantiknya ilang lho." ucap temannya.

Salah satu temannya pun menjitak kepala sahabatnya itu tanpa rasa bersalah sedikitpun dan ia hanya meringis kesakitan.

"Aduh sakit, ngapain sih pake jitak segala 'kan malu di depan ayang Rania nih." ucapnya sambil mengusap kepalanya.

Sementara si ketos pun menyuruh kedua temannya untuk diam saja dan tidak ikut campur. Dia menatap tajam Rania dan menyuruhnya untuk lari keliling lapangan.

"Lebih baik lo kerjain hukumannya, jangan bikin sampah di sini." ucapnya sinis.

"Gue gak mau, lo aja yang lari." jawab Rania tak kalah sinis nya.

Elang adalah pria tampan dan juga ketua ketos di sekolahnya saat ini dia sedang menatap ke arah Rania si gadis cantik tetapi selalu membuat masalah di sekolahnya.

Tanpa pikir panjang lagi Elang langsung menarik tangan Rania ke lapangan basket lalu dia menarik tas Rania dan menyuruhnya untuk berlari. Sementara kedua teman Elang bergegas mengikutinya, mereka berdua hanya bisa menatap Rania yang sedang berlari di lapangan.

Lima putaran sudah Rania lewati, tetapi pandangannya mulai berkunang-kunang lalu kepalanya terasa sangat pusing. Rania mencoba bertahan agar dia bisa menyelesaikan semuanya dan bisa kembali ke kelas.

Tetapi sayang sekali di putaran ke enam Rania langsung jatuh pingsan membuat kedua teman Elang panik dan menghampiri Rania. Tetapi tidak dengan Elang ia malah berjalan dengan santainya menghampiri Rania.

"Lang, Rania pingsan ayo bawa ke UKS di tambah wajahnya juga pucet banget ini." ujar Dodi khawatir.

"Bawa aja." ucapnya datar.

Kedua temannya segera membawa Rania sementara Elang hanya mengikutinya saja dari belakang.

****

Jam pelajaran pun sudah berganti kini Rania pun sudah sadar dari pingsannya, dia dan kedua temannya sedang di kantin sedang menikmati makanannya.

Begitu juga dengan Rania, ia terlihat begitu lahap karena tadi pagi ia tidak sarapan dulu. Melihat itu kedua temannya hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Rania masih sibuk dengan makanannya.

"Ran, pasti lo telat lagi 'kan? Terus lo di hukum sama si ketos itu!" ucap Sherly menebak.

"Iya"

"Pasti lo gak sarapan terus lo pingsan deh."

"Iya"

Hanya itu yang bisa Rania jawab selebihnya dia fokus ke makanannya, setelah selesai dengan makanannya kini Rania dan kedua temannya pun kembali ke kelas. Sebelum ke kelas ia pun bertemu dengan geng Elang dan tatapan Rania pun semakin tajam menatap Elang.

"Eh, ada yayang Rania, yayang Rania udah makan belum?" tanya Dodi ramah.

"Udah, mendingan bawa temen lo jauh-jauh dari gue. Suram gue ngeliatnya." ucap Rania santai lalu masuk ke dalam kelasnya.

Mendegar ucapan Rania seperti itu Elang menatap sinis dan juga tajam, kedua temannya menahan tawa mereka lalu Elang menatap kedua temannya seketika temannya pun terdiam seperti patung.

Elang melangkahkan kakinya menuju kelas dengan perasaan kesalnya kepada Rania, baru kali ini ada yang berani bilang suram tentang dirinya. Biasanya para gadis akan terpesona dengan ketampanannya tetapi tidak dengan Rania.

Elang tersenyum sendiri lalu kedua temannya menghampiri Elang dengan cepat Elang memasang wajah datarnya kembali.

Bel sekolah pun berbunyi, yang menandakan jika jam pelajaran selesai seperti biasanya Rania dan kedua temannya selalu mampir dulu ke mall hanya untuk sekedar cuci mata. Tetapi kali ini rencananya gagal, karena Rania harus segera pulang dengan malas Rania pun melajukan mobil pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah kedua orang tua Rania sudah menunggu kedatangan Putri kesayangannya, lalu menyuruh Rania berganti pakaian dan makan terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian, Rania telah selesai ia pun segera menyusul dimana orang tuanya sudah menunggu kedatangannya.

"Pa, Ma ada apa sih? Kenapa Rania di suruh pulang cepet, padahal Rania mau main." keluh Rania, lalu duduk di sofa.

"Sayang, Mama sama Papa mau ajak kamu ketemu sama teman Papa, sudah lama Papa sama Mama tidak bertemu mereka." ucap Nyonya Irma.

"Bener sayang, Papa dengar mereka mau kenalin anak mereka sama kamu." sambung Tuan Aldi.

Rania menggeleng kecil mendengar ucapan kedua orang tuanya, entah apa lagi yang mereka rencakan kali ini. Rania benar-benar pusing jika mendengarnya, karena ujung-ujungnya Rania juga yang akan di jodohkan.

Rania menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, ia menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

"Mau jodohin Rania lagi, benerkan!" sahut Rania ketus.

"Kamu pinter banget sih sayang, Papa yakin pasti kamu setuju." ucap Tuan Aldi dengan wajah berbinar.

"Egois ya Papa."

Rania berlari menuju kamarnya sementara Nyonya Irma menatap sinis ke arah suaminya, sedangkan Tuan Aldi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bisa 'kan kamu jaga perasaan Rania. Dia masih butuh waktu untuk semua ini."

"Tetapi apa salahnya sayang, jika Rania menerima perjodohan ini."

Nyonya Irma menghembuskan napasnya, ia benar-benar tidak mengerti dengan otak suaminya itu daripada berdebat panjang lebar Nyonya Irma meninggalkan suaminya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rheny

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku