Release the Darkness

Release the Darkness

Dayu SA

5.0
Komentar
44
Penayangan
18
Bab

Heaven dan Kaylein, sepasang kekasih yang saling mencintai dan menaruh perhatian berlebih terhadap segala sesuatu yang berbau immortal. Pasangan itu bahkan rela berkeliling dunia hanya untuk memuaskan obsesi mereka untuk bisa bertemu secara langsung dengan sang immortal. Sekian lama mencari namun tak kunjung mendapatkan hasil membuat mereka nyaris menyerah dan mengganggap jika mahluk immortal itu sekedar dongeng dan sama sekali tak pernah ada. Namun ketika mereka mengunjungi sebuah kastil tua bergaya Victorian di kawasan New Orleans, akhirnya mereka menemukan segala yang selama ini mereka cari, namun dari sana juga sebuah malapetaka terjadi. Kaylein diubah secara paksa menjadi salah satu bagian dari klan mereka. Sementara di tengah rasa sakit yang mendera akibat virus Vampir yang mulai menjangkiti setiap relung tubuhnya, Kaylein harus menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, kekasihnya di nodai dengan begitu kejamnya oleh pimpinan klan itu sendiri. Sang iblis tampan yang terlampau kejam dan berhati dingin. Ketika takdir mulai menjalankan misinya, akankah kedua insan ini berhasil menjaga cinta mereka? Atau justru akan menemukan cinta yang baru, cinta yang mungkin telah takdir persiapkan bahkan jauh sebelum mereka terlahir ke dunia.

Bab 1 RTD - [Prolog]

Heaven berlari dengan langkah tercepat yang sanggup ia lakukan, tak perduli kaki telanjangnya berkali-kali tergores kerikil tajam ataupun ranting-ranting pohon yang berserakan di sepanjang permukaan tanah. Pakaian yang ia kenakan bahkan tampak compang-camping karena berkali-kali terkoyak semak belukar. Wanita itu sama sekali tak memperhatikan langkahnya, yang ia lakukan hanya berlari dan terus berlari.

Heaven sesekali melihat ke belakang, memastikan sosok yang sangat ingin ia hindari berada jauh atau bahkan memutuskan berhenti mengejarnya. Namun Heaven rasanya ingin menjerit frustasi saat itu juga ketika melihat orang itu -entah masih bisa disebut demikian atau tidak- masih dengan gigih mengejarnya. Bahkan jarak mereka saat ini begitu tipis.

Heaven memekik saat kakinya terantuk akar pohon sehingga membuat langkahnya goyah dan tubuhnya terjerembab ke atas tanah yang keras dengan suara berdebam kencang.

Memejamkan mata, Heaven hanya pasrah ketika sosok yang sejak tadi mengejarnya langsung menerjang dan menindih tubuhnya sedemikian rupa. Mencengkeram tangannya dengan kasar dan mengunci semua pergerakannya. Heaven merasa sekujur tubuhnya kaku karena himpitan pria di atasnya ini. Heaven bahkan merasa begitu sesak untuk sekedar bernafas.

Heaven menatap dengan takut mata pria itu, pupil yang selama ini berwarna biru penuh karisma, terlihat berubah merah penuh aura pembunuh. Tanpa kata pria itu langsung mencabik dada Heaven dengan kuku-kuku tajamnya.

Heaven langsung berteriak, menjerit sejadi-jadinya ketika rasa perih yang menyayat terasa di dadanya. Darah segar mengalir dengan cepat memenuhi permukaan dada dan perutnya, bahkan ada darah yang memercik membasahi wajah pria yang tampak kehilangan seluruh kendali dirinya itu.

"Tidak!" Heaven terpekik ketika melihat pria itu menjilati jarinya yang berlumuran darah dengan ekpresi kenikmatan. Membuat Heaven merasa takut dan jijik dalam waktu yang bersamaan.

Pria itu menyeringai, memperlihatkan dua taring panjang yang menambah kesan menakutkan dalam dirinya. Taring yang Heaven sadari sepenuhnya, dulu tidak pernah dimiliki oleh pria ini.

"Tidak! Kay, sadarlah! Ini aku Heaven! Kaylein!" Heaven terus berteriak. Menggelengkan kepalanya dengan keras, berusaha sebisa mungkin menghindari kepala Kaylein yang sudah melesak ke lehernya.

Suara 'krak' terdengar dengan nyaring di tengah malam yang sunyi ini, ketika taring Kaylein akhirnya menembus kulit Heaven, menusuk tepat di mana urat nadi wanita itu berada.

Heaven memejamkan mata, nafasnya terputus-putus akibat rasa sakit yang membuat sekujur tubuhnya terasa ngilu. Kaylein yang memang kehilangan kendali sepenuhnya justru terus menghisap darah gadis itu dengan beringas, seperti orang yang benar-benar kehausan. Mengambil sebanyak apapun yang bisa ia dapatkan.

Heaven merasakan tubuhnya kian melemah, kulitnya yang putih terlihat mulai memucat, nafasnya tersengal seiring kesadarannya yang mulai menghilang.

"Kaylein..." lirih gadis itu sebelum akhirnya menyerah pada kegelapan yang menyelimutinya.

Kaylein tersentak, dengan cepat pria itu mengangkat tubuhnya dari tubuh Heaven yang tak sadarkan diri. Matanya yang berwarna merah berangsur-angsur berubah menjadi biru, warna aslinya. Dia menatap Heaven, keadaan sekitar dan keadaan tubuhnya sendiri yang berlumuran darah dengan tatapan bingung bercampur nanar. Terlihat kehilangan orientasi untuk sesaat.

Lelaki itu kemudian menatap Heaven yang terbaring dengan wajah pucat, disentuhnya pipi wanita itu. Saat itulah Kaylein terpana melihat tangannya yang berlumuran darah. Dengan kuku-kuku panjang, meski tak sepanjang beberapa saat yang lalu.

Tubuh Kaylein langsung berubah dingin, tangan dan bibirnya bergetar, menolak dengan keras kenyataan pahit yang mungkin baru saja terjadi. Berulang kali menggelengkan kepala dengan frustasi, Kaylein langsung merengkuh tubuh Heaven ke dalam pelukannya. Menangis terisak-isak bagaikan anak kecil. Dikecupnya kening Heaven berkali-kali.

"Heaven, sayangku. Bangunlah... maafkan aku. Jangan pergi..." bisiknya di sela-sela isakan.

Kaylein bahkan sesekali tersedak dalam tangisnya. Bagaimana bisa ia melakukan hal sekeji ini terhadap wanita yang ia cintai? Dengan tangannya sendiri!

"Arrggghh!" dengan kecepatan di luar nalar, Kaylein bahkan perlu waktu untuk menyadari apa yang baru saja terjadi.

Tubuh pria itu terlempar sejauh empat meter dari tubuh Heaven dan terbentur dengan keras di sebuah pohon.

Di depan sana, terlihat Xavier, salah satu sosok yang membuat Kaylein berubah menjadi mahluk terkutuk seperti ini. Sosok pria bengis yang telah menghancurkan hidupnya. Pria yang juga dengan begitu kejam telah menodai Heaven tepat di depan matanya. Pria itu kini tengah berjalan ke arah Heaven, mengangkat wanita itu dengan mudah ke dalam gendongannya. Seakan tubuh wanita itu seringan bulu.

"Jangan... sen-tuh dia," lirih Kaylein sambil menyentuh dadanya yang sempat terbentur tadi.

Xavier menyeringai dengan ekspresi jahat, menatap Kaylein dengan tatapan merendahkan sebelum akhirnya mengecup bibir Heaven dengan mata yang sama sekali tak beralih dari Kaylein.

"Aku sudah pernah menyentuh seluruh tubuhnya, tepat di depanmu. Kau sama sekali tak bisa melakukan apa-apa. Jadi, apa kau pikir kali ini kau bisa melakukan sesuatu jika aku menyentuhnya?"

Xavier lagi-lagi menyeringai melihat sorot kebencian yang terlihat di mata Kaylein.

"Hahh... sudahlah, aku tak ingin berdebat denganmu lebih lama. Wanita ini akan mati jika tidak cepat diobati," ujar pria itu sambil memutar tubuhnya membelakangi Kaylein, "ah, satu lagi. Perubahanmu belum sempurna, aku masih bisa mencium bau manusia dari dalam tubuhmu. Ikut denganku sekarang jika kau tak ingin menjadi makan malam bagi semua hewan buas di luar sana."

Kaylein mengepalkan tangannya dengan erat. Andai saja waktu bisa diputar kembali. Ia tidak akan pernah datang ke tempat terkutuk ini. Heavennya tak akan menderita seperti ini dan yang paling penting, ia tak akan pernah berubah menjadi salah satu bagian dari clan sialan ini.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Dayu SA

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku