Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Wanita Simpanan  Kapten

Wanita Simpanan Kapten

Zigas!

5.0
Komentar
59
Penayangan
5
Bab

"Jika ingin jam terbangmu banyak, kamu harus menggaet salah satu pilot, atau kalau kau mau manajemen maskapai sekali pun." "Maksud kamu?" "Ya gitu deh kamu pasti paham lah." "Tidur dengan banyak pilot?" Jeni menganggukan kepalanya pada Clara, wanita itu menelan salivanya lalu menggelng

Bab 1 Tidur Bersama Kapten

Clara menghela napas panjang ketika langkahnya melewati lorong menuju kamar hotel sahabatnya, Jeni. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran dan pertanyaan yang tak terjawab. Ada sesuatu yang tidak biasa dalam nada suara Jeni ketika mereka berbicara malam sebelumnya. Sesuatu yang tidak diungkapkan, namun merayap di antara kata-kata yang diucapkan.

“Jika ingin job terbangmu banyak, kamu harus mendekati para pilot atau manajemen masakpai.”

Jeni tidak menjelaskan maksudnya lebih detail, karena pada saat itu seseorang menghubunginya.

Dengan tangan gemetar, Clara mengetuk pintu kamar Jeni, berharap dapat mengungkapkan kegelisahannya dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang memenuhi benaknya. Namun, saat pintu terbuka, dunianya berhenti sejenak.

Di dalam kamar, suasana terasa berbeda. Ada aroma parfum yang memenuhi udara, tapi yang lebih mengejutkan, Clara melihat Jeni berbaring di atas tempat tidur dengan seorang pria yang tidak asing lagi. Pria itu adalah seorang pilot, wajahnya tak asing bagi Clara, mungkin karena sering terlihat dalam penerbangan yang sama dengannya.

Ketika Clara memahami apa yang dia lihat, hatinya berdegup kencang, dan wajahnya memerah dalam kebingungan. Dia tidak bisa bergerak, terpaku di ambang pintu dengan pandangan terbelalak. Mereka berdua tampak tidak sadar akan keberadaannya di sana, tenggelam dalam momen intim yang mereka bagi.

“Mas...Lakukan lah” Keduanya bermain sedang bergumul Dan Clara tidak menyangka dengan apa yang dilakukan Jeni.

Pria itu tampak bersemangat lalu melepaskan pakaiannya dengan cepat. kembali memejamkan matanya. Membuat penyatuan dengan kecepatan tinggi mengantam dinding kenikm4tan, Jeni merintih menahan setiap sentuhan pria itu. dia adalah Dimas kapten Pilot yang saat ini terbang bersama dirinya.

Clara ingin menjerit, ingin berlari menjauh dari pemandangan itu yang terasa seperti mencoreng citra sahabatnya. Namun, kakinya seolah-olah terpaku pada lantai, dan suaranya tercekat di kerongkongannya.

Pandangannya terus terpaku pada adegan itu, meskipun pikirannya berusaha menolaknya. Rasanya seperti ada pukulan telak yang menghantamnya, memecah kepercayaan dan keyakinannya pada sahabatnya.

“Gila ini sungguh gila, aku pikir Jeni sudah gila!”

“Clara!”

Saat mereka akhirnya menyadari keberadaannya, Clara bisa melihat kejutan di wajah Jeni, diikuti dengan kepanikan yang hampir terlihat di matanya. Wanita itu, dengan cepat memperbaiki pakaiannya, mencoba menemukan kata-kata untuk menjelaskan apa yang mereka lihat.

"Shit!!" umpat pria itu kesal. karena dirinya tentu saja hampir saja menuju puncaknya namun gagal.

“Clara aku mohon berhenti!”

Jeni menghentikan langkah Clara dengan cara meraih tangannya dari belakang, sementara pilot tersebut berjalan dengan cepat melewati keduanya kembali ke kamar hotelnya setelah memakain pakaiannya kembali.

“Anggap saja aku tidak melihat adegan tadi, Jeni aku memang ceroboh aku pikir kau sedang beristirahat di kamar hotelmu.”

“Aku ingin bicara denganmu,” kata Jeni, sedikit menyeret tangan Clara agar masuk kembali ke dalam kamarnya. Clara mengikutinya dari belakang meski banyak sekali pikirian dalam benak wanita itu.

“Ini bukan rahasia umum lagi, Cla.”

“Apa maksudnya?” tanya Clara, tidak paham.

“Kau akan paham jika sudah lama menjadi pramugari, tapi ingat tidak semua pramugari sama, tapi dalam konteks ini, ini bukan rahasia umum lagi jika ada skandal pramugari dengan pilot.”

“Di- dia kapten Dimas bukan?”

“Ia, dia Dimas,” ucapnya lirih.

Clara memang termasuk baru menjadi seorang pramugari, Jeni termasuk senior karena sudah lama bekerja sebagai pramugari bahkan jam terbang Jeni banyak setiap bulannya, Clara sebagai junior tentunya sering bertanya kepada Jeni tentang masalah jam terbang, apalagi saat ini Jam terbang Clara masih terhitung jari, sebulan Clara hanya bisa terbang dengan dua kali penerbangan berbeda dengan teman-teman yang lainnya. Sehingga Clara banyak bertanya pada wanita itu, apakah pramugari memang bekerjanya hanya sekali atau dua kali dalam sebulan? Tapi kenapa beberapa temannya banyak sekali jam terbangnya tidak seperti dirinya.

“Ta_tapi bukanya dia sudah beristri ya Jen, aku lihat istrinya sering ikut terbang,” tanyanya sedikit gugup takut Jeni tersinggung.

Wanita itu pun tersenyum lalu mengangguk.

“Ini bukan hal yang tabu, Cla. Kau nanti akan paham sendiri, tanpa aku harus menjelaskan bahkan jika bukan terbang bersamaku hari ini kau akan melihat pramugari lain melakukan hal yang sama dengan pilotnya.”

“Itu artinya berselingkuh?”

“No, kita tidak pernah melakukan itu atas dasar suka sama suka, semua ini demi karir saja. Itu sih prinsipku aku tidak tahu dengan prinsip pramugari lain.”

Clara terdiam, mencerna semua perkataan yang kelaur dari mulut Jeni, dia mengerti apa maksud perkataan Jeni beberapa hari yang lalu tentang jam terbang.

“Jadi apa kita harus mengorbankan tubuh kita agar mendapatkan jam terbang banyak?” kata Clara. Dia jadi paham maksud jeni saat ini.

“Cla, memang itu yang dimaksud aku, Pilot akan nyaman terbang dengan tim yang mana termasuk salah satunya pramugari, jika kita mendapatkan jam terbang banyak kita juga harus memberikan servis yang baik pada sang pilot, ada istilah friend benefit.”

Clara kurang setuju akan hal itu, namun sepertinya memang benar bukan hal yang asing lagi dalam maksapai, dia teringat pada teman seangkatannya yang memang job terbangnya banyak, apa iya mereka melakukan hal yang sama, bagaiamana dengan dirinya nanti terdengar ngeri memang tapi apa iya dirinya harus merelakan sebuah keperawanan demi kariernya agar menjulang.

“Bagimana dengan Hans yang tahu ini nantinya,” kata Clara dalam hatinya.

“Hay kau tidak perlu melakukannya sekarang, tapi jika kau mau, aku banyak chanel pilot mana saja yang mudah diajak kerja sama.”

Jeni meninggalkan Clara terpaku mencerna semua yang mereka bicarakan. Jeni akan mandi karena tubuhnya lengket akibat tempur singkatnya bersama Dimas, pria itu pasti kecewa karena aktivitas percintaanya terganggu oleh Clara. Biasanya mereka akan melakukannya beberapa ronde namun karena ada junior mereka yang melihat itu, semuanya tampak seperti kacau.

“Bagaimana ini?” otak Clara sedang berpikir keras. Dia tidak tahu jika dunia penerbangan sekejam ini. Atau mungkin tidak semua seperti ini, hanya saja kebetulan dengan apa yang dia alami.

Pikirannya kembali berputar pada ingatan ibunya seminggu yang lalu yang bertanya tentang kurangnya kiriman uang. Sementara jam terbang Clara bulan ini hanya satu, dua saja. Itu artinya Clara hanya mendapatkan gaji pokok saja, ditambah jam terbang yang dihitung perjam. Jika Clara pikir, gaji pokok dirinya itu hanya cukup untuk menutupi kebutuhan hidup, sedangkan hidup di Jakarta sangatlah mahal.

“Apa yang kau pikirkan, Clara...tidak-tidak aku tidak ingin memberikan kehormatanku pada pria yang tidak aku cintai,” gumam Clara dalam lamunan.

“Kau sedang memikirkan apa Clara,” kata Jeni begitu keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang berbalut handuk, tentu saja Jeni memiliki postur tubuh yang cukup bagus. Kulitnya mulus wajahnya cantik tidak ada pilot yang tidak tertarik akan kecantikannya kecuali satu Mario. Pilot dingin sedingin salju.

“Ah, tidak Jen, aku tidak memikirkan apa pun. Hanya saja_”

“Ada apa, jangan sungkan, kau seperti tidak mengenal aku saja.”

Jeni memakai pakaiannya di hadapan Clara, mereka sebentar lagi akan kembali terbang bersama karena di hotel ini mereka dengan para pilot hanya transit beberapa jam saja, tujuan mereka ke luar negeri.

“Bisa enggak aku pinjam uangmu dulu Jen, bulan depan aku ganti, begitu aku gajian aku langsung bayar.”

Jeni mengerutkan keningnya menatap heran pada Clara bukankah dirinya dan Clara baru saja gajian, kenapa wanita itu meminjam uang lagi.

“Loh bukannya kamu habis gajian dua hari yang lalu, Cla?”

“Tidak cukup Jen, Ibuku di rumah mengatakan tidak cukup untuk biaya pengobatan, apalagi lusa Ibuku akan di operasi.”

Jeni mendekati Clara setelah dia selesai memakai baju, Jeni wanita yang tidak tegaan jika menyangkut orang tua, dia menatap Clara yang menunduk.

“Berapa yang kamu mau, aku ada sedikit tabungan.”

“Tidak banyak, aku hanya butuh sepuluh juta, aku bayar dua kali gajian ya Jen.”

“Dari mana kamu bisa bayar itu semua dalam waktu dua bulan sedangkan jam terbang kamu pun tidak banyak Clara.”

Clara memejamkan matanya lalu menggeleng.

“Oke, tidak perlu kamu memikirkan sekarang, katakan berapa nomor rekening kamu aku kirim.”

Clara pun mengirimkan nomor rekening dirinya pada Jeni, namun dalam benaknya terbesit apa dia ambil saja tawaran Jeni, sehingga dia tidak perlu lagi memikirkan hutang hutang ibunya bekas berobat

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Zigas!

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku