Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
14
Penayangan
6
Bab

Sahara tak pernah menyangka bahwa pria yang menikahi sang kakak adalah mantan kekasihnya tiga tahun lalu. Saat melihat pernikahan sang mantan dan Kakak tercinta, Sahara hanya mampu berdiam diri. Namun, satu rahasia yang dia sembunyikan akhirnya terbongkar. Naura sang anak merupakan anak dari Wahyu, pria yang menikahi kakaknya. Bagaimana Sahara menghadapi masalah hidupnya? Akankah dia menyembunyikan kebenaran soal Naura dan Wahyu?

Bab 1 Kakak Ipar

Sahara berjalan beriringan dengan Kamila menuju tempat akad nikah Kamila dan calon suaminya. Semakin dekat semakin dekat semakin terlihat mempelai pria sudah menunggu.

Deg

Saat mempelai pria berbalik melihat ke arah Sahara dan Kamila, Sahara merasakan dunia berhenti berputar.

"Dika," ucap Sahara dalam hati.

Ya, mempelai pria di depannya merupakan Dika mantan kekasih Sahara yang saat ini masih menjadi kenangan bagi Sahara.

Acara ijab qobul segera di mulai, Sahara tak menyangka jika Dika akan menjadi kakak iparnya. Selama ini dia tidak tinggal bersama kedua orang tuanya.

Dua tahun lalu, dia kabur dari rumah karena suatu masalah pribadi. Dan kini baru kembali hanya untuk menghadiri pernikahan Kamila.

"Sahara, kamu kenapa?" tanya Ara sepupu Sahara. "Ku lihat dari tadi kamu terus melihat ke arah Mas Wahyu, kamu pernah kenal dia?" tanya Ara seakan tahu apa yang Sahara rasakan.

Sahara menggeleng, dia tak berani jujur siapa sebenarnya Dika itu. Jika dia jujur bisa jadi pernikahan Kamila tak akan terlaksana.

Setelah ijab qobul, Kamila dan Wahyu duduk di pelaminan. Mereka tampak serasi sekali bahkan banyak tamu yang memuji keserasian mereka.

Nama lengkap Dika adalah Wahyu putra Maharadika. Sahara biasa memanggil Dika namun keluarganya memanggil dengan sebutan Wahyu. Maka dari itu Sahara tak tahu jika Dika dan Wahyu adalah orang yang sama.

"Sahara, aku lihat sejak tadi Mas Wahyu melihat ke arah kamu, ku rasa kalian sudah saling kenal," kata Ara.

"Ah perasaan kamu saja kali," sanggah Sahara.

Acara pernikahan Kamila dan Wahyu berjalan lancar. Kini mereka sudah masuk ke dalam kamar karena acara sudah selesai.

Beberapa keluarga dekat masih banyak yang menginap, Ara dan Sahara tidur satu kamar. Ara banyak bercerita soal hubungan Wahyu dan Kamila.

**

Tengah malam Sahara belum bisa tidur, dia ke dapur untuk mengambil minum. Tiba-tiba di belakangnya ada orang. Dia terkejut saat melihat Wahyu di belakangnya.

"Aku gak tahu kalau Kamila itu kakakmu. Bagaimana kabarmu?" tanya Wahyu.

"Baik," jawab Sahara singkat. Sahara menolah ke sana ke mari takut jika ada yang bangun dan melihat mereka sedang berduaan.

"Andai aku tahu semua sebelum acara pernikahan, aku tak akan meneruskan pernikahan ini. Jujur aku masih mencintaimu," ucap Wahyu.

Sahara tak menjawab, dia hendak pergi tapi lengannya dipegang oleh Wahyu. Ada desiran yang berbeda yang Sahara rasakan. Namun, mengingat siapa Wahyu sekarang dia menepis semua.

Di tariknya lengannya hingga terlepas dari tangan Wahyu lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar dia menangis, tentu tanpa menimbulkan suara agar Ara tak bangun.

Luka tiga tahun lalu kini kembali terjadi. Sahara sudah berusaha melupakan Dika, namun Dika meninggalkan sebuah kenangan besar yang tak akan bisa di lupakan.

"Sahara, kenapa menangis?" Pertanyaan Ara mengejutkan Sahara sehingga dia buru-buru mengusap air matanya. "Sepertinya ada masalah yang kamu sembunyikan, coba cerita padaku. Siapa tahu aku bisa bantu?" tanya Ara sambil duduk di samping Sahara.

"Tidak ada. Ayo kita tidur lagi!" ajak Sahara lalu berdiri dan naik ke atas ranjang dengan posisi memunggungi Ara.

Ara semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada Sahara. Tiga tahun menghilang, setelah kembali dia hanya sebentar saja.

**

Pagi itu sangat cerah, keluarga Sahara tampak bahagia sekali termasuk kedua orang tua Sahara. Namun, Kamila terlihat murung sekali saat berada di meja makan.

"Pengantin baru kenapa murung? Bagaimana malam pertamanya?" tanya Lusi membuka obrolan.

Tak ada jawaban dari Kamila maupun Wahyu. Mereka fokus pada pasangan masing-masing. Sesekali Wahyu malah melirik ke arah Sahara.

"Sahara, kamu jadi balik hari ini?" tanya Salman. Rasa rindunya pada anak bungsunya belum terobati tapi Sahara sudah ingin balik lagi ke tempat dia selama ini tinggal.

"Iya, Pa. Sahara tidak bisa meninggalkan pekerjaan di sana," jawab Sahara.

"Yah, padahal papa inginnya kamu tinggal di sini. Sebenarnya apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kamu pergi tanpa pamit dengan kami," tanya Salman.

Pertanyaan Salman tak mendapatkan jawaban. Bagaimana bisa Sahara menceritakan semua jika kisah masa lalunya berkaitan dengan Wahyu sang kakak ipar.

Suasana meja makan menjadi hening. Tak ada yang berbicara lagi sampai acara sarapan selesai. Sahara akan kembali sore nanti, jadi masih ada waktu buat dia bersama keluarga.

"Sahara, boleh aku berbicara?" tanya Kamila membuka pintu kamar Sahara. Sahara mengangguk, Kamila duduk di tepi ranjang dengan Sahara. "Kamu tinggal di sini saja ya," kata Kamila.

"Maaf, Kak. Aku tidak bisa pekerjaanku tidak bisa ditinggalkan," jawab Sahara. "Aku janji akan kemari lagi nanti," kata Sahara.

"Boleh aku meminta alamat kamu? Biar kami bisa menjumpai kamu di sana saat libur," kata Kamila.

Sahara tak mungkin memberikan alamatnya pada keluarganya. Dia tak mau semua orang tahu kehidupannya sekarang. Tiga tahun dia menyimpan rapat semua dan dia belum siap untuk jujur.

"Bagaimana malam pertama kakak? Sukses, kan?" tanya Sahara yang justru mengalihkan pembicaraan. Entah mengapa Sahara malah menanyakan hal pribadi pada Kamila.

"Aku merasa Mas Wahyu berubah. Dia tak menyentuhku semalam. Padahal aku sudah memberi dia kode kalau aku sudah siap," jawab Kamila tanpa rasa malu.

Bagi Kamila, Sahara bukan orang lain. Jadi dia tak perlu merasa malu atau sungkan untuk bercerita.

Sahara merasa bersalah, pasti Wahyu begitu karena kehadirannya. Kehadiran Sahara mengganggu hubungan Wahyu dan Kamila. Sahara menyesal telah pulang dan menghadiri pernikahan mereka.

Kamila melihat wajah sedih Sahara. Dia tampak bingung karena mata Sahara berkaca-kaca.

"Kenapa kamu sedih? Kan aku yang punya masalah kenapa kamu yang mau menangis?" tanya Kamila. "aku yakin Mas Wahyu mungkin hanya capek saja sehingga menunda malam pertama kita," sambung Kamila.

"Semoga saja begitu, maklum kan kemarin banyak tamu yang datang," kata Sahara.

Sahara pamit ke kamar mandi karena kebelet. Sementara Kamila masih di kamar Sahara. Kamila melihat ponsel Sahara ada di atas meja. Dia mengambil ponsel Sahara dan ternyata di kunci.

Kamila hanya bisa melihat wallpapernya saja. Kamila melihat Sahara tengah berfoto dengan anak kecil berusia dua tahunan. Wajah mereka tampak mirip sekali, bahkan senyum mereka pun sangat mirip.

Sahara terkejut melihat Kamila memegang ponselnya.

"Sahara, siapa anak kecil yang foto bersamamu ini?" tanya Kamila sambil memperlihatkan wallpaper di ponsel Sahara. "Wajahnya mirip sekali dengan kamu," sambungnya.

Sahara terdiam, namun tiba-tiba Lusi datang.

"Wajah siapa yang mirip dengan Sahara?" tanya Lusi. Kamila memperlihatkan foto wallpaper di ponsel Sahara pada Lusi. "Iya, mirip kamu Sahara. Siapa dia?" tanya Lusi.

"Dia itu...," Ucapan Sahara terhenti karena Salman memanggil mereka untuk berkumpul.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Ida Nur Khasanah

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku