Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pedihnya Luka Yang Kau Berikan

Pedihnya Luka Yang Kau Berikan

Nienoll

5.0
Komentar
59
Penayangan
5
Bab

Area 21++ (Harap lebih bijak memilih bacaan) Jika hati seorang wanita terluka karena diselingkuhi, tentu sangat menyakitkan. Namun, bagaimana dengan sosok pria yang tulus mencintai wanita yang berselingkuh di belakangnya? Pasti juga merasa sangat sakit! Damar berhasil bangkit dari masa-masa terpuruknya berkah Luna setelah kehilangan calon istrinya. Ia akhirnya akan segera menikah dengan Luna, orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Namun, menjelang hari pernikahan, Luna terlihat sangat sibuk mengurus bisnisnya. Damar mulai merasa curiga, apakah benar-benar bisnis yang mengganggu Luna atau ada sesuatu yang lain? Bagaimana akhir dari pernikahan mereka? Apakah Damar akan menemukan kebenaran di balik kesibukan Luna?

Bab 1 Tolong Lepas

"Jangan lompat, kumohon!" teriaknya, tak memberikan cela untuk Damar terlepas dari dekapannya.

"Siapa kamu?! Lepas! Lepaskan aku! Biarkan aku mati! Biarkan aku matii!!" Damar berontak dalam pelukan erat wanita yang mengenakan blazer dan cardigan itu. Sementara si wanita menggelengkan kepalanya dengan kuat bertanda isyarat membantah perintah Damar.

"Siapa aku, itu gak penting. Tapi sebagai manusia, aku merasa tidak tega membiarkan kamu mati sia-sia di jurang itu." Bersuara lembut membuat siapa pun yang mendengar dapat merasakan ketulusan wanita itu.

Kendaraan yang lewat sudah terhitung jari. Apalagi daerah itu curam berliku, berhiasakan tebing dan jurang serta penerangan jalan sangat minim.

"Apa pedulimu Hah?! Aku saja sudah menyerah dengan hidupku sendiri," bentak Damar kemudian diakhiri dengan suara lirih diujung kalimatnya.

"Seperti kataku, aku tidak tega melihat manusia mati konyol, apalagi kamu mati di depan mataku." Kalimat yang terdengar tajam namun bernada candaan. Dia yakin bahwa lelaki yang dipelukannya ini pasti sedang memasang raut putus asa, jelas sekali dari nada suaranya.

"Lepas! Aku tidak butuh belas kasihanmu!" Wajah Damar berubah semakin masam mendengar ucapan itu.

"Aku tidak akan melepaskanmu!" Pelukan yang semakin erat dan terlihat wanita itu masih bersikeras pada keputusannya.

"Lepaaass!!" Damar menjerit sekali berharap wanita itu mau melepasakannya. Namun jeritan demi jeritan yang terus- menerus sampai akhirnya kelelahan sendiri lantas menangis. Perempuan itu mendekap kepala Damar penuh iba.

"Namaku Luna. Aku bukan pendeta atau pun biksu. Hanya wanita suka pergi clubbing, minum alkohol dan melakukan hal maksiat lainnya. Tapi aku tahu bahwa bunuh diri itu sangat dibenci oleh Tuhan kita. Bukan menyelesaikan masalah, tapi malah sebaliknya. menurut legenda konon, Katanya rohnya nggak akan terima oleh langit dan bumi. Jadi hantu penasaran." Nada yang diselingi candaan saat memperkenalkan dirinya untuk me cairkan suasana sembari memberi nasihat. Namun hal itu malah terdengar seperti lelucon ditelinga Damar.

Raut wajah Damar nampak acuh tak acuh. "Lepaskan aku, kumohon ...!" serak pelan suaranya.

"Aku tidak akan melepasmu sebelum kamu berjanji untuk berubah pikiran." Luna menengaskan setiap kalimat yang meluncur dari mulutnya.

"Ya. Aku tidak akan bunuh diri malam ini. Tapi tidak tau kalau besok malam." Damar menyahut lelah, sembari tersenyum getir.

Luna menangkap ucapan Damar sontak tersentak tak percaya. "Jika bagitu, mari kita seperti ini saja, sampai besok malam aku akan terus memelukmu di sini." Mungkin itu terdengar gurauan bagi Damar. Akan tetapi, Luna sebenarnya tidak main-main dengan perkataannya.

"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu!" Damar tengadah menatap tajam wajah Luna yang ternyata terlihat seperti seorang wanita blasteran Sunda.

Tanpa Luna sadari jari jemari miliknya menyapu lembut tepi wajah Damar yang halus. "Biar kita sama-sama gila." Dia lantas tersenyum tipis.

Damar tertegun sejenak merasa kelembutan yang diberikan Luna padanya seolah perasaan sama ketika bersama mendiang calon istrinya. Kemudian ia tertunduk dan menangis lagi di dalam dekapan Luna.

Sejak malam itu, Damar dan Luna menjadi dekat, apalagi setelah Damar dipindahkan tugaskan dari Tarout ke Madano untuk mengisi jabatan CEO di PT Setosa. Hingga akhirnya di satu hari, keduanya sepakat mengikat cinta dan janji saling setia. Bahkan Damar telah melamar Luna. Pernikahan mereka digelar dua bulan kemudian sejak pertemuan itu.

***

Jumat siang selepas sholat Jumat. Seorang pria berusia dua puluh empat tahun duduk di singgasana-nya. Di lantai tertinggi PT Setosa, ruang kerjanya berada, dari luar jendela terlihat pemandangan kota Minahasa yang padat dan mulai didominasi gedung-gedung pencakar langit. Pria itu mengenakan vest dengan kemeja polos dilengkapi dengan dasi. Di atas mejanya yang terbuat dari kayu jati tertera sebuah papan nama kecil bertuliskan Damar Malik.

Arnol, sekrestarisnya, menyodorkan sebuah map hijau yang berisi surat persetujuan dari Damar yang baru dibuat untuk menjadi sponsor dalam sebuah projek baru yang akan digelar megah di Hotel Minahasa Manado.

Damar membubuhkan tanda tangan dengan cepat. "Hari ini jadwal saya apa saja?" tanya Damar seraya menyodorkan map itu pada Arnol.

Arnol membuka Note dalam tabletnya. "Nanti sore jam tiga, ada meeting dengan salah satu CEO yang merupakan calon investor dari PT Indara."

"Oke. Untuk jadwal minggu depan, ingat kamu atur ulang semuanya!"

Arnol manggut-manggut paham. Kemudian pamit keluar dari ruang pimpinan. Damar kembali sibuk berkutat dengan puluhan berkas yang harus dievaluasi. Jarum jam pun seakan-akan bergerak dengan cepat sehingga tak terasa sudah menunjukan jam pulang.

*****

Minggu selanjutnya. Siang menjelang dhuzur, di sebuah kafe romantis dengan langit-langit kayu tinggi dan desain semi-terbuka mereka masuki. Bila Damar berceloteh dengan kekonyolan rekannya ketika masih bertugas di Tarout, maka Luna berceloteh tentang persahabatan di masa kecilnya.

"Dia kerja di mana selain jadi pemain band kafe?" tanya Damar. Kemudian ia meneguk nutello chocolate yang tinggal separuh, sedangkan Luna memakan snack.

"Cuma jadi OB gitu."

"Ohh... Gajinya lumayan, lah," kata Damar, sambil menggerakan gelas yang ada digenggamannya.

"Aku sudah menawari dia untuk ikut kerja di bangkelku dan mau kukasih gaji lima juta, tapi dia nggak mau. Alasannya nggak bisa servis gituan. Tapi suatu saat nanti, aku harus bisa membuat dia gabung denganku. Asyik orangnya, Ulet kerjanya." Luna menyedot taro milk tea-nya

Damar hanya diam, tak berkomentar. Ia mengangguk. Lalu menanggapi calon istirnya. "Ya, setiap orang punya pilihan masing-masing."

"Iya aku juga tau. Tapi... yaudalah."

Damar tertawa melihat mimik lucu Luna.

"Besok aku ke Jakarta. Ada peresmian proyek baru."

"Lama nggak?"

"Nggak. Kamis malam juga udah di Manado. Mau titip oleh-oleh nggak?"

"Mau dong, Apa saja deh! Asal jangan kamu bawa oleh-oleh perempuan baru sepulang dari sana." Luna sedikit mencibir.

"Nggak, lah. Ngawur kamu."

Luna melirik jenaka. "Bisa jadi."

Damar tersenyum geli seraya mengusap kepala Kiki lembut dengan sayang. "Tunggu disini, ya sayang. Aku ke toilet bentar," ucap Damar yang membuat alis Luna langsung terangkat sebagai isyarat mengiyangkan.

Setelah itu, Damar meninggalkan Luna yang menunggu di meja nomor tujuh. Wanita itu mengeluarkan handphone dan headset yang tersambung dari tas selempangnya. Dia memasang headset di sebelah kanan telinganya. Beberapa menit kemudian ia mendengar lagu First Love yang mengalun. Matanya pun memejam menikmati lagu tersebut.

Disisi lain, setelah keluar dari toilet. Damar mampir ke kasir untuk memesan es krim favorit Luna. Sementara itu disisi lainnya terlihat seorang wanita yang bernama Nikita yang tengah asyik bermain sosial media, hingga tanpa sadar....

BRUUUKKK!!

Nikita menabrak tubuh seorang pria hingga menumpahkan minuman Ice matcha boba latte, tepat mengenai kemeja polos pria itu.

Bersambung....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nienoll

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku