Renita Susanto adalah menantu yang dianggap sebagai sampah oleh Nyonya Juliana Utomo, ibu mertuanya yang super kaya dan terhormat. Walaupun seorang janda, dia bukan janda yang genit dan mandiri. Nyonya Juliana adalah CEO dari salah satu jaringan perusahaan besar di negara ini yang bergerak di bidang fashion. Sedangkan Ren "hanya" seorang wanita yang sangat fokus mengurus suami dan anak-anaknya di rumah. Nyonya Juliana sangat membenci Ren sejak pertama kali putranya, Gala Utomo, memperkenalkan wanita itu kepadanya. Tapi... Tanpa sepengetahuan suami dan ibu mertuanya, dan siapapun juga. Sebetulnya... Ren adalah seorang superhero yang selalu dibutuhkan oleh dunia ini! Penasaran? Silakan dibaca sampai tamat ya...! Terima kasih 🥰🙏
Sebuah sinar berwarna hijau lemon hampir saja membelah tubuhku, jika saja aku tidak gesit melompat ke atas menara jam di dekatku untuk menghindarinya.
"Jangan menghindar, Super Housewife!" seru musuhku, Manusia Tokek, dengan sengit. Aku hanya diam sembari mengatur napas serta detak jantungku yang amburadul gara-gara kaget diserang mendadak olehnya barusan.
'Sialan si Tokek! Untung saja aku bisa menghindar tepat waktu.' batinku.
Aku memperhatikan sosok mengerikan sekaligus menjijikkan di kejauhan sana. Dari wujudnya saja sudah ketahuan jika dia tokek jadi-jadian.
"Terima ini!" teriakku tak kalah sengitnya dari monster jahat itu. Dia sudah main banyak ilmu hitam sehingga memakan banyak korban sebagai tumbalnya.
Ku arahkan tanganku mengacung lurus pada Manusia Tokek, dan ku keluarkan jurus andalanku, 'Sinar Pencerahan Penghancur Kegelapan'. Seberkas cahaya berwarna merah muda terpancar dari telapak tanganku itu. Semakin membesar, dan membesar. Menyilaukan pandangan musuhku pastinya. Buktinya dia menutupi wajahnya di bagian mata sambil mengumpat.
"Dengan kekuatan alam semesta, biarlah keadilanNya saja yang menghakimimu!" pekikku menyebutkan jargonku setiap kali bertempur dengan pelaku kriminal dengan suara sekeras mungkin seraya melemparkan bola sinar berwarna merah muda tadi ke arah Manusia Tokek.
"Hahaha!" Si Manusia Tokek masih bisa tertawa pongah, padahal sepersekian detik kemudian dia langsung lenyap tak berbekas ditabrak jurusku.
Lenyapnya ke mana?
Entahlah. Mungkin ke luar angkasa? Mungkin juga ke planet lain? Atau ke galaksi lain? Atau ke dimensi lain? Aku tak tahu. Karena itu sudah bagian dari rahasia Tuhan yang tak Dia bagikan kepadaku. Yang aku tahu, Manusia Tokek sudah sukses masuk ke sistem peradilan Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Cakep!" Mendadak ada sebuah suara yang menyoraki kemenanganku tersebut. Seorang pria tampan memakai jas rapi dan potongan rambut kelimis macam bos mafia di film-film yang pernah ku tonton bertepuk tangan dengan bersemangat.
"Inilah aku. Memang cakep selalu," timpalku sok datar tapi ujung-ujungnya hanya ingin narsis.
"Iya, iya. Dasar, wanita narsis! Untung saja waktu itu kamu menolak lamaranku. Jadi aku tak perlu muak dengan sifat narsismu itu," kata Mr. D, supervisor yang bertugas mengawasiku dalam memberantas kejahatan di muka Bumi ini.
Kenapa seorang superhero sepertiku harus ada supervisor yang mendampingi?
Jawabannya simpel.
Karena superhero pun bisa berbalik menjadi penjahat kapan saja. Seperti penjahat bisa bertobat kapanpun.
"Minumlah. Kamu bakal tepar lagi seperti hari itu kalau kamu tidak minum suplemen superhero ramuan terbaru X-Zack. Bila-bila wanita tua itu bakal mengomelimu habis-habisan lagi. Padahal dia itu tahu apa tentang pekerjaanmu ini, hmm? Apa dia peduli dunia ini hampir saja hancur seandainya Sang Sumber tidak mengirimmu bertugas di sini?!"
Aku melirik Mr. D yang tampak berapi-api merutuki ibu mertuaku dengan ekspresi wajah geli sembari membuka tutup botol berisi cairan berwarna ungu kehitaman di dalamnya.
"Segarrr...!" kataku setelah meneguk ramuan itu sampai tandas tak bersisa dengan geraman puas.
"Kamu kok bisa sabar sekali sih menghadapi ibu mertuamu yang sombong itu? Kalau aku jadi kamu, mungkin sudah ku kirim dia ke dimensi lain begitu melihat mulutnya terbuka," celetuk Mr. D gemas.
Aku tertawa garing, "Ha-ha-ha! Kamu bisa saja, Mr. D! Mana mungkin aku boleh sembarangan mengirim makhluk ke dimensi lain? Itu bukan ranahku. Kamu tahu itu, 'kan? Sudahlah, jangan ngaco. Aku balik dulu, ya. Selamat beristirahat."
Plashhh!
Dengan sekali jentikan jari-jemari lentikku yang kapalan ini, aku kembali ke dunia realita. Maksudku... Dunia di mana aku hanyalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua orang anak.
BERSAMBUNG