Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TETANGGA MAFIA [Affair]

TETANGGA MAFIA [Affair]

simbaradiffa

5.0
Komentar
2.5K
Penayangan
4
Bab

21+ Disaat malam pertama yang seharusnya menjadi malam terindah bagi sepasang pengantin yang baru saja menikah, justru malah menjadi malam paling menyakitkan bagi Stefanie Zanetti. Terenggut dengan begitu mudahnya oleh pria tak dikenal di dalam kegelapan malam. Stefanie mengira orang itu adalah suaminya, tetapi sayangnya itu bukanlah suaminya melainkan orang yang tidak di kenal nya. Malam itu menjadi malam paling mengerikan dalam hidup Stefanie. Ia harus rela menerima konsekuensi nya yang begitu menyakitkan sampai detik ini juga. Akankah semuanya berakhir?

Bab 1 Kehilangan keperawanan

Balutan lingerie seksi melekat di tubuh Stefanie Zanetti, yang sudah siap menanti malam pertama yang akan segera dimulai.

Stefanie baru saja selesai menikah pada sore tadi, dengan acara besar-besaran. Mereka baru bisa bersantai pada malam hari. Namun beberapa menit yang lalu, Bryan Dominic harus keluar karena panggilan sang ibu. Stefanie cukup kesal pada ibu mertuanya yang mengganggu mereka berdua yang hendak saling melepaskan rindu di malam pertama.

Stefanie sudah tidak sabar lagi, menunggu malam yang telah ia nantikan selama ini. Sikapnya yang terkadang cukup agresif membuat Bryan akhirnya mau menikahinya, walaupun ibunya tidak merestui hubungan mereka karena latar belakang keluarga Stefanie yang kurang baik.

Stefanie memang terlahir di keluarga kaya, tetapi ia terlahir dari ibu seorang pelacur. Kekayaan ayahnya tidak mampu menutupi keburukan ibunya, yang akhirnya bocor ke publik. Hal ini menyebabkan ibunya meninggal dunia, dan Stefanie hanya memiliki ayah serta adik perempuan yang usianya tidak jauh berbeda, meskipun mereka terlahir dari ibu yang berbeda.

Zap!

Lampu tiba-tiba mati, sontak Stefanie terkejut dan hendak mencari ponselnya untuk menyalakan senter. Ia tidak suka dengan kegelapan, meskipun cahaya bulan mulai menyusup ke dalam jendela kamar yang ditempatinya.

Saat hendak berdiri, seseorang meraih pundaknya dan membuat Stefanie kembali jatuh ke atas ranjang, dengan tubuh seseorang yang menindihnya. Stefanie sontak terkejut, di saat ciuman yang penuh paksaan mendarat di bibirnya, membuat tubuhnya berdesir. Belum lagi ia merasakan sentuhan tangan yang merayap di pahanya.

Stefanie ingin berteriak dan berontak, tetapi aroma tubuh pria itu terasa seperti parfum yang biasa dipakai Bryan, suaminya. Bahkan bentuk tubuhnya terasa familiar saat ia melihat bayangan tubuh di atasnya, hanya disinari cahaya bulan yang masuk melalui jendela. Hal tersebut membuat Stefanie mengira itu adalah Bryan. Sehingga dia membiarkannya begitu saja.

Pria misterius itu tersenyum menyeringai karena tidak sesulit yang dibayangkan nya.

Dengan sekali hentakan, dia telah berhasil menerobos apa yang telah Stefanie jaga selama ini.

Stefanie ingin berteriak, tetapi suaranya tertahan oleh ciuman pria di depannya. Ia hanya bisa pasrah merasakan rasa sakit yang amat sangat, karena ini adalah pengalaman pertamanya.

Stefanie merasakan darah segar mengalir, dan rasa sakit itu begitu nyata. Pria itu melakukannya dengan tiba-tiba, tanpa aba-aba, menyebabkan Stefanie kesakitan.

Stefanie meremas sprei putih yang bercampur dengan kelopak bunga mawar yang sudah berantakan. Kedua tangannya kemudian berpindah meremas punggung pria itu, meninggalkan bekas cakaran yang memerah dan sedikit berdarah.

Namun, pria itu tampaknya tidak mempedulikan rasa sakit di punggungnya yang mungkin akan membekas.

"Bryan, sakit," Stefanie merengek ketika pria itu berhenti sejenak, mengelus pucuk kepala Stefanie dan mengecup keningnya dengan lembut, seakan pria itu benar-benar adalah Bryan yang selalu bersikap lembut.

Stefanie mulai merasa sedikit tenang meskipun masih ada rasa sakit. Pria itu mencoba bersikap lembut, seolah tidak ingin menyakitinya.

"Sakit, Bryan, pelan-pelan," kata Stefanie sambil meremas pundak pria itu erat-erat.

Stefanie perlahan mulai terbiasa dengan gerakannya yang lembut, dan perasaan aneh mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Bryan, kenapa kamu tidak bicara?" tanyanya dengan suara bergetar.

Stefanie mulai menikmati sentuhan pria itu, meskipun ia belum menyadari sepenuhnya siapa pria itu sebenarnya. Pria tersebut tetap diam, tidak berkata sepatah kata pun.

Stefanie mengabaikan keheningan pria itu dan kembali terfokus pada perasaannya sendiri.

"Egh... Bryan, lebih cepat lagi," ujarnya, merasa semakin terbawa suasana.

Pria itu tersenyum tipis tetapi tetap diam, hingga akhirnya ia berbisik di telinga Stefanie, "Kau mengira aku Bryan? Sayangnya, aku bukan dia."

Stefanie tersentak mendengar bisikan itu. Ia mulai menyadari bahwa pria yang bersamanya bukan Bryan.

Tubuh Stefanie menegang, dan air mata mulai mengalir. Pria itu mengecup keningnya dan berkata, "Jaga benih cinta yang akan tumbuh di rahimmu. Maafkan aku."

Stefanie terkejut dan tidak mampu berkata-kata hingga pria itu pergi.

Stefanie terkejut mendengar kata-kata pria itu, suaranya terus terngiang-ngiang dalam kegelapan hatinya.

Air matanya mulai mengalir, dia menangis dalam kesedihan yang menyelimuti hatinya.

"Tidak.... Tidak mungkin, tidak mungkin!"

Stefanie menggulung selimut dan duduk di pojokan dengan tangisan yang tak terbendung.

Bahkan saat Bryan kembali, dia terkejut melihat darah di sprei putih dan bunga mawar yang berserakan.

Stefanie tidak menyadari bahwa lampu telah menyala, kesedihan dan ketakutan menyelimuti dirinya.

Tangannya mengepal erat saat melihat baju lingerie yang robek, merenung tentang keadaannya yang menyedihkan.

Bryan, melihat Stefanie dalam keadaan seperti itu, merasa kesal dan hancur. Beberapa tanda merah di leher Stefanie dan bercak darah di ranjang membuatnya bingung.

Bryan marah dan terluka, merasa bahwa apa yang dijaganya selama ini, harus terenggut oleh orang lain.

Dia berpikir seharusnya dia yang merasakan malam pertama itu bersama Stefanie.

Tanpa memperhatikan keadaan Stefanie yang sedang menyedihkan, Bryan menarik tangannya dan mendorongnya ke atas ranjang dengan kasar.

Stefanie meringis kesakitan, namun ketika melihat Bryan berdiri di dekatnya, dia merasa ada harapan.

"Bryan," Stefanie mencoba mendekatinya dengan cepat.

Namun, sebuah tamparan keras dan teriakan kemarahan membuat Stefanie terdiam dan terkejut.

"Dasar jalang! Kamu sama saja seperti ibumu."

Stefanie memegang pipinya, tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Apa maksudmu, Bryan?" Stefanie tercengang dan suaranya serak.

Bryan begitu marah, hingga menghina Stefanie dan juga ibunya dengan kata-kata yang tidak pantas.

Stefanie merasa sedih dan terluka dengan kata-kata Bryan, terutama saat Bryan menyebut ibunya.

"Jangan pernah kau mengatai ibuku, Bryan! Kau pikir kamu yang terbaik untukku, ternyata aku telah salah menilaimu. Kenapa kamu harus menyebut orang tua ku yang telah tiada," teriak Stefanie.

Bryan mencengkram leher Stefanie, "Beraninya kamu berteriak padaku! Stefanie, kau telah mengkhianatiku. Seharusnya aku yang berkata seperti itu jika aku telah salah menilaimu. Kamu bahkan berani membawa pria lain pada malam yang seharusnya menjadi malam pertama bagi kita. Kau menghancurkan segalanya, Stefanie. Lihatlah tubuhmu telah terjamah pria lain, bukan aku. Seharusnya aku yang menyentuhmu malam ini," Bryan semakin erat mencengkram leher Stefanie, seakan ingin membunuh gadis itu, tetapi sayangnya perasaan cintanya begitu besar pada Stefanie.

Bryan melempar Stefanie ke atas ranjang dengan begitu kasar.

Stefanie sadar dengan kesalahannya yang telah menghancurkan malam pertama mereka, tetapi semua itu bukan salahnya. Bahkan dia sendiri tidak tahu orang yang telah menghancurkan kebahagian nya malam ini dengan merenggut apa yang telah menjadi miliknya.

"Apa maksudmu, Bryan? Bukankah itu kamu? Kamu yang menyentuhku, lalu sekarang kau marah-marah padaku. Ini tidaklah lucu, Bryan. Bercandamu berlebihan,"

Stefanie pura-pura seolah dia tidak tahu jika pria lain telah berhasil menyentuhnya. Walaupun Stefanie tahu bahwa kenyataannya itu bukanlah Bryan.

Stefanie sempat berharap jika itu Bryan. Namun, melihat kemarahan Bryan, Stefanie mulai yakin jika lelaki itu bukanlah Bryan, melainkan orang lain.

Stefanie terlalu takut untuk mengakui langsung apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh simbaradiffa

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku