Adopsi adalah impian anak-anak yang tinggal di panti asuhan. Tidak peduli keluarga seperti apa yang mengadopsinya, apakah dari keluarga kaya atau miskin asalkan dirinya diterima dan mendapatkan orang tua yang lengkap, itu sudah lebih dari cukup. Ayyara Anastasya tidak berani bermimpi seperti anak lainnya, dia justru membantu anak-anak lain agar diadopsi dan impian mereka terpenuhi. Ayyara yang menyukai hujan dan ketenangan pada akhirnya diadopsi oleh keluarga Atarah, salah satu keluarga ternama di negaranya. Namun dirinya diadopsi bukan untuk dijadikan anak angkat oleh keluarga Atarah, melainkan untuk dinikahkan dengan putra sulung keluarga Atarah jika sudah dewasa. Sesuai tradisi keluarga Atarah, Zeevandra Atarah memilih Ayyara secara langsung untuk dijadikan calon istrinya saat memasuki usia tiga belas tahun. Zeevandra memiliki peran untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas Ayyara sebagai calon istrinya. Sedangkan Ayyara bertanggung jawab mempelajari semua hal tentang keluarga Atarah baik tradisi, bisnis dan sosial. "Percayalah, aku akan bersikap baik padamu, melindungimu dan membahagiakanmu. Seperti papaku membahagiakan mamaku." Itu adalah janji paling menyentuh dan memikat yang pernah Ayyara dengar. Cinta memang bisa tumbuh jika terbiasa, tapi cinta tidak bisa dipaksakan atas dasar pilihan anak-anak yang usianya masih belia. Seseorang mencoba memenuhi tuntutan tradisi atas dasar balas budi, sementara seseorang tidak ingin melanjutkan atas dasar cinta tidak bisa dipaksakan. Akankah keduanya membuat sejarah baru untuk keluarga Atarah? Atau tetap melanjutkan tradisi dengan penuh cinta? atau justru berakhir dengan luka?.
Ayyara selalu ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Zeevandra Atarah.
Cuaca sore itu cukup bagus dengan awan kelabu dan gerimis yang sedikit memercik. Ayyara memandang langit dari jendela yang terbuka. Tatapannya sedikit buyar tatkala beberapa anak seusianya berlari kesana kemari di taman kecil, tepat di depan jendelanya. Sesekali Ayyara melirik mereka yang tengah asyik bercanda di bawah rintik gerimis. Gema tawa mengalun di telinganya, membuat senyumnya merekah entah karena apa. Rasanya ia cukup bahagia melihat anak-anak seusianya tertawa ceria tanpa beban.
Dia dan sebagian besar penghuni panti asuhan sangat suka dengan hujan, bedanya hanya terletak bagaimana mereka menikmatinya. Jika anak-anak yang lain menikmati hujan dengan bermain di bawahnya, berbeda dengan Ayyara yang menikmati hujan dengan menatap dan menikmati petrikor yang menguar. Baginya suasana hujan adalah yang ternyaman, walau sebenarnya ia tak suka dengan suara gemuruh dan kilat yang menakutkan.
Ayyara terus memandang langit dengan gerimis yang mulai lebat, sesekali percikan airnya mengenai wajah ayunya.
Ayyara Anastasya berusia sepuluh tahun saat itu, badannya cenderung kurus seperti anak panti pada umumnya. Ayyara memiliki wajah oval dengan sorot mata yang meneduhkan, rambutnya ikal berwarna hitam kecoklatan dan kulitnya putih dengan sedikit luka-luka di jarinya, kenangan yang ia tinggalkan saat membantu para suster memasak hidangan mereka sehari-hari. Tempat dia dibesarkan disebut panti asuhan kasih bunda.
Ayyara sudah tinggal di sana sejak bayi, entah apa yang membuat kedua orang tuanya dengan tega meninggalkannya di panti asuhan kasih bunda. Kata para suster, bunda Maya pertama kali menemukan Ayyara di bawah pohon rindang di depan panti. Tepat ketika suara kilat bergemuruh, tangis Ayyara kecil dengan nyaring menggema di taman panti. Bunda Maya menemukannya di bawah tetesan hujan yang mulai mengguyur. Mungkin karena itu dirinya menyukai hujan, karena hujanlah yang meneminya saat kedua orangtuanya lebih memilih meninggalkannya sendiri.
Ayyara Anastasya adalah nama yang diberikan oleh bunda Maya untuknya. Katanya Ayyara memiliki sorot mata yang meneduhkan di tengah suasana yang menenangkan. Tangis yang menggema seperti lantunan syair yang menyentuh hati, oleh karena ini bunda Maya memberinya nama Ayyara yang berarti puisi.
Sayangnya Ayyara belum memahami makna sesungguhnya dari namanya. Setiap kali ia bertanya kepada para suster, mereka hanya akan mengatakan bahwa Ayyara adalah anak yang tenang, bijaksana dan dewasa. Bukan tanpa sebab para suster mengatakannya, Ayyara memang anak yang pengertian dan tidak banyak mau seperti anak-anak seusianya. Ayyara juga mengambil peran layaknya orang dewasa yang memberikan pengertian dan nasehat kepada saudara-saudaranya. Itulah mengapa, Ayyara tidak begitu disukai oleh saudara-saudaranya di panti karena Ayyara terlihat seperti orang tua yang membosankan. Walau kenyataannya, tak sedikit dari mereka selalu membutuhkan bantuan Ayyara, atau lebih tepatnya memanfaatkan kebaikan Ayyara.
Impian sebagian besar anak-anak di panti asuhan kasih bunda adalah diadopsi. Tidak peduli keluarga kaya atau miskin yang mengadopsi mereka nantinya, selama mereka mendapat sepasang orang tua yang mau menerima dan menyayangi mereka, itu sudah sangat cukup bagi mereka. Namun Ayyara tidak berani bermimpi untuk hal itu, karena dia pikir dirinya tidak menarik, tidak pandai bersosial dan membosankan. Ayyara sudah siap jika harus tumbuh besar di panti dengan bunda dan para susternya, karena membantu mereka merawat anak-anak panti seperti kewajiban yang harus dia lakukan atas dasar balas budi. Sebenarnya Ayyara beberakali dipilih oleh calon orang tua angkat, namun Ayyara selalu menolak dan mengajukan saudaranya yang lain sesuai kritetia yang diinginkan oleh calon orang tua angkat.
Itulah sebabnya Ayyara dikatakan sebagai anak yang pengertian dan menenangkan, karena dirinya selalu mengutamakan kebahagiaan saudaranya yang sangat mendambakan kasih sayang orang tua.
Dia terperanjak saat tiba-tiba saja seorang anak laki-laki dengan pakaian mewah dan rapi berada tepat di depannya. Ayyara segera memundurkan badannya dari jendela dengan sedikit gugup, saat anak laki-laki di depannya menyuruhnya untuk keluar.
Anak itu memiliki penampilan yang sangat sempurna dengan senyum yang mempesona. Saat ia tersenyum, barisan gigi rapi dan cerah ikut menyapa. Ayyara merasa wajahnya bersinar seperti seorang pangeran di dongeng yang selalu diceritakan bunda Maya. Di bawah sinar senja yang sedikit bersembunyi dibalik awan kelabu, pancaran halus terpantul dari dirinya. Aura yang sangat kuat, pikir Ayyara saat berjalan ke arah anak laki-laki itu.
Anak laki-laki yang mirip dengan pangeran itu dengan lembut meraih tangan Ayyara.
"Ayo, ikut aku." Dia dengan angkuh menarik Ayyara untuk mengikuti langkahnya.
"Ma, aku mau yang ini." Ucapnya lantang saat menemukan kedua orang tuanya yang tengah berbincang dengan bunda Maya.
Wajah Ayyara kebingungan menatap manik bunda Maya, seraya mencari jawaban atas situasi yang ia hadapi. Bunda Maya yang ditatap hanya tersenyum lembut.
"Zeevandra sayang, apa kamu yakin?" Mamanya bertanya dengan penuh maksut.
"Iya ma, sudah tidak perlu cari lagi. Aku mau dia." Tekan anak laki-laki yang dipanggil Zeevandra itu dengan mempererat genggaman tangannya.
Ayyara hanya bisa meringis saat genggaman Zeevandra terasa menyakitkan.
Plak!! "Kamu menyakitinya, bodoh!" pukul seorang anak laki-laki lainnya dari arah belakang mereka, dan menarik Ayyara kesampingnya.
"Apa kamu baik-baik saja adik kecil?" tanyanya lembut, sembari membelai tangan Ayyara yang tadi digenggam kuat oleh Zeevandra.
"Dia punyaku, jika kamu mau cari saja sendiri!" Ketus Zeevandra menarik Ayyara kasar ke arahnya.
"Hei kalian anak nakal! Kalian menakutinya, lihat" sontak Ayyara menatap ke sosok yang melerai keduanya.
"Apa kamu tidak apa-apa sayang?" tanya lembut orang itu kepada Ayyara. Ayyara hanya mengangguk sebagai respon, dan kemudian tersenyum.
"Cantik." Bisik Zeevandra mengagumi wajah Ayyara yang tengah tersenyum.
"Ingatlah, kau milikku! Dan akan tetap menjadi milikku, camkan itu" lanjutnya dengan penuh penekanan yang membuat Ayyara merinding seketika.
"Hei tidakkah kamu membuatnya ketakutan kak?"
Ayyara menggigit bibirnya pelan. Ia tidak tahu situasi apa yang tengah ia hadapi, dan siapa orang-orang ini. Bunda Maya hanya tersenyum melihat interaksi dua anak laki-laki yang melibatkan dirinya.
"Ayyara, mereka adalah keluarga Atarah. Ini adalah Tuan Hendric Atarah dan istrinya Lavanya Atarah. Dan itu adalah kedua putra mereka." Terang bunda Maya menjawab kebingungan di wajah Ayyara.
"Perkenalkan sayang, dia adalah Zeevandra Atarah putra sulung kami. Dan anak nakal ini Giandra Atarah putra kedua kami." Lanjut Ny. Atarah dengan senyum tak lepas dari wajahnya.
"Keluarga Atarah bermaksud mengadopsi seorang anak perempuan, yang nantinya akan dinikahkan dengan putra sulung mereka, tuan muda Zeevandra." Bunda Maya menatap Ayyara dengan sorot bahagia. Berbeda dengan Ayyara yang menatap tak percaya kearah bunda Maya dan calon kedua orang tua angkatnya.
"Kamu dengarkan cantik, aku adalah calon suamimu. Kamu akan menjadi milikku!" Bisik Zeevandra tepat di telinga Ayyara. Ayyara yang ketakutan dengan tekanan dari Zeevandra sudah siap untuk menangis, matanya sudah berkaca-kaca.