Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Aretha kian menambah kencang larinya, pasalnya gerbang sekolah sebentar lagi akan ditutup oleh Mang Jaka. Security sekolah yang terkenal dengan keangkerannya. Hmm ... lebih tepatnya galak.
Bukan apa-apa, cewek berambut ikal ini juga sudah keseringan datang terlambat. Terlalu sering, dengan kata lain hampir setiap hari. Ya ... bukan Aretha namanya jika muncul di sekolah tepat waktu.
Jika biasanya gadis manis ini datang terlambat sendirian, kali ini ia mendapat teman. Seorang cowok terkenal aneh di sekolahnya. Ia terlihat sedang berusaha membujuk Mang Jaka.
Melihat itu, Aretha memutuskan untuk berhenti sejenak dan menjadi penonton perdebatan seru antara Mang Jaka dengan cowok yang ia ketahui bernama ...
Siapa ya? Aretha mendadak lupa.
"Mang bukain pagarnya donk," pinta cowok berkulit kuning langsat ini dengan wajah memelas.
Dan bukan Mang Jaka namanya, jika mempan di bujuk. "Nggak bisa!!" sahut Mang Jaka tegas tanpa mau di bantah.
"Ayolah Mang, lagian seumur-umur saya baru kali ini terlambat. Masa' iya saya nggak dapat toleransi gitu." Dia masih belum menyerah.
Aretha yang sejak tadi jadi penonton memutuskan untuk mendekat dengan senyum tanpa dosanya. Rambut panjangnya yang tergerai, kini tampak sedikit berantakan disapu angin pagi. Perempuan berlesung pipi ini terlihat begitu yakin bisa melewati gerbang.
"Mang, Ayolah saya mohon." Cowok yang masih belum bisa Aretha ingat namanya ini, masih berusaha keras membujuk Mang Jaka.
"Nggak bisa! Walaupun baru sekali, judulnya sama aja. Kamu terlambaaaatt."
Mang Jaka juga masih tak mau kalah.
Perdebatan yang tampak seru di mata Aretha, tapi tentu saja dia tak akan membuang waktu hanya duduk menonton. Pasalnya dia juga harus bisa masuk kekelas kali ini.
"Lagi pada ngapain sih?" tanya Aretha mencoba akrab dan sok asyik.
Bukan jawaban yang dia dapat, melainkan tatapan sinis dari cowok misterius itu.
"Dih, biasa aja donk ngeliatinnya. Gue tahu, gue cakep tapi nggak begitu juga mata lo," komentar Aretha dengan nada kesal.
"Lagian lo nggak ada niatan minta bantuan gue gitu buat ngebujuk Pak Kumis ini?"
"NGGAK!!" ketusnya lalu kemudian beranjak pergi menyusuri trotoar. Membujuk Mang Jaka yang tak kunjung luluh hatinya, hanya akan membuat tenaganya habis saja.
Aretha hanya diam memandangi kepergian cowok tadi yang kian menjauh. Ah ... abaikan sajalah, toh mereka tidak cukup akrab bahkan tidak cukup kenal untuk saling peduli. Aretha harus bisa masuk kekelasnya hari ini.
Come On Aretha, keluarkan semua jurus rayuan kamu.
"Kamu ngapain masih di sini?!"
Huft, belum apa-apa Aretha sudah di hadiahi ucapan ketus Mang Jaka. Kejam amat sih.
"Mau kekelas. Boleh ya Mang? Please, please, please ... ," bujuk Aretha dengan mimik muka super memelasnya. Tak lupa dia juga menangkupkan kedua tangannya dan meletakkannya di depan dada. Bermaksud memohon kebaikan hati Mang Jaka.
"Aku traktir nasi padang deh. Atau kalau nggak rujak cingur yang ada di pengkolan jalan sono," sambung Aretha lagi mulai melancarkan rayuan sogokannya.
"Neng Pulang," titah Mang Jaka dengan muka terat seriusnya.
"Oh ... atau kalau nggak Aku traktir makan di kantin selama seminggu deh." Aretha masih tak menyerah.
"Neng ARETHA SAQUILA, PULANG SEKARANG. Atau Neng Aretha mau saya kena kan pasal berlapis karena telah berusaha menyogok saya?"
"Dih emang ada yang kayak begitu di sekolah?" Aretha malah memamerkan raut wajah cemberutnya.
"Lagian nggak usah ngegas gitu mang. Niat aku kan baik mau traktir."
"Pulang!!" perintah Mang Jaka lagi tanpa tapi.
"Iya ... iya ... aku pulang. Galak amat sih."
Dengan perasaan kesal bercampur kecewa, Aretha meninggalkan gerbang sekolahnya. Dia bisa saja pulang sekarang seperti perintah Mang Jaka tadi, tapi itu artinya Ia harus siap dengan omelan bundanya. Kalau sudah begini mau nggak mau deh dia pakai trik lama.
Hm persisnya trik yang selalu dia pakai saat dia telat ke sekolah. Ya ... tidak ada pilihan lain.
***
Seperti kebanyakan siswa yang terlambat dalam film atau bahkan di reallife sekalipun, mereka akan memanjat tembok sekolah saat terlambat. Dan ya ... itu juga yang akan Aretha lakukan kali ini.
Hm no ... persisnya dia sudah terlalu sering melakukannya. Bisa di bilang selama satu tahun terakhir ini. Mohon jangan ditiru kelakuan Aretha yang satu ini ya. Terlambat ke sekolah saja sudah salah, dan masuk ke sekolah lewat jalur belakang tentu salah juga.
Di belakang sekolah, Aretha kembali di pertemukan dengan cowok tadi. Cowok yang bisa di bilang cukup tampan bak aktor korea itu terlihat berdiri tegak menghadap tembok yang cukup tinggi dengan kepala mendongak. Tanpa banyak pikir, Aretha mendekat ke arahnya.
"Lo lagi ngapain?" tanya Aretha pura-pura lugu, padahal dia tahu persis apa yang akan di lakukan manusia aneh satu ini.
"Bukan urusan lo!"
Lagi-lagi Aretha mendapat respon tak menyenangkan darinya. Aretha baru tahu, ternyata selain aneh dia menyebalkan juga.
Cowok tadi berniat pergi, namun ucapan Aretha membuatnya seketika urung.
"Lo mau masuk ke sekolahkan? Gue bisa bantuin lo kalau lo mau."
"Bantuin gue? Lo sendiri aja nggak bisa ngebantu diri lo sendiri."
"Woah, lo ngeremehin gue? Lagian, salah lo sendiri yang dari tadi nggak kooperatif banget. Marah-marah mulu' kayak ABG PMS."
"..."