Merebut Hati Suamiku

Merebut Hati Suamiku

Els Arrow

5.0
Komentar
4.1K
Penayangan
36
Bab

"Maaf, Ning. Saya menikahimu karena perintah dari Abah dan Umik, bukan atas niat saya sendiri. Jadi, izinkan saya menata hati dulu agar bisa menerima takdir ini." -Aaraf Ibrahim- Perjodohan di dunia pesantren memang sudah tidak asing lagi, seperti yang dialami oleh Kayshilla Chandra dan Aaraf Ibrahim. Kedua insan yang sama-sama asing dan hanya bertemu saat hari akad itu harus berjuang mempertahankan rumah tangga yang mereka bina. Kesabaran Kayshilla terus teruji setiap hari, hingga ia tahu ada nama perempuan lain di hati suaminya. "Jika sainganku adalah perempuan lain? Apakah aku bisa merebut hati suamiku?" -Kayshilla Chandra-

Bab 1 Fakta Pernikahan

"Maaf sebelumnya, Ning. Saya menerima pernikahan ini atas paksaan dari Abah dan Umik, bukan atas keinginan saya sendiri. Maaf kalau kita harus berjarak dulu, dan saya memperlakukan kamu dengan baik hanya saat di depan orang-orang."

Deg!

"Kita akan fokus pada urusan masing-masing, tanpa ikut campur satu sama lain. saya dengan kehidupan saya, dan kamu dengan kehidupanmu. Untuk pernikahan ini ... biar waktu yang menjawab, Ning."

Aku menggeleng. Bak mendengar sambaran petir yang langsung menghantam dada, kata-kata menyakitkan itu keluar dari mulut pria yang beberapa jam lalu melantunkan ijab qabul untukku.

Aaraf Ibrahim, pria yang saat ini menyandang status sebagai suamiku itu berkata tanpa adanya ekspresi berlebih. Wajah tampannya yang ditumbuhi jambang halus tampak dingin, bahkan mata hazel itu sama sekali tidak menatapku.

"Iya, Gus." Aku mengalihkan wajah agar dia tidak tahu tangisku sudah meledak. Ah, aku salah, bagaimana mungkin dia tahu? Dia saja tidak menatapku yang duduk di depannya.

"Saya tahu ini akan membuatmu sakit, tapi Abah memaksa saya. Tolong pahami kalau hati saya juga sakit, apa lagi saat hati saya masih untuk orang lain."

"Apa maksudnya?!" Aku mengangkat wajah dan menatap tajam bola mata itu, tidak peduli dia akan tahu lelehan air mata di wajahku.

"Saya mencintai wanita lain."

'Ya Allah ...,' batinku.

Aku menahan napas melihatnya yang begitu jujur mengakuinya perasaannya di hadapanku tanpa peduli perasanku. Apa dia pikir aku wanita tidak punya hati? Apa dia dikirim hanya untuk menghancurkanku?

"Seharusnya tidak usah menikahi saya, nikahi saja wanita itu. Jadi kita tidak sama-sama sakit."

Gus Aaraf menggeleng, "Abah sudah terlanjur memilihmu. Saat aku ingin melamar wanitaku, Abah sudah melamarmu lebih dulu."

Wanitaku? Dia terang-terangan mengakui wanita lain di hadapan istrinya. Aku tahu kami memang dijodohkan, bahkan sebelum pernikahan ini kami memang tidak pernah bertemu. Aku hanya melihat Gus Aaraf dari foto, tetapi entah dia pernah melihatku atau tidak.

"Lalu kamu mengorbankanku?" tanyaku dengan tawa sumbang, "beruntung kamu tidak punya saudara perempuan, Gus. Jadi kamu nggak akan melihat keluarga yang kamu sayangi terluka. Tapi ... keluargaku? Aku yakin Abah akan marah putrinya diperlakukan seperti ini."

Gus Aaraf terdiam dengan kepala menunduk, samar-samar aku mendengar bibirnya menggumamkan kata maaf. Namun, sangat lirih.

"Seharusnya kamu nggak perlu menjelaskannya, Gus. Katakan saja tidak mau menyentuhku, lalu aku akan maklum. Kalau begini ... aku akan sakit seumur hidup."

Hening! Pria itu masih diam. Dia adalah pria yang baik akhlaknya, dan ini salahku karena menjatuhkan hatiku padanya. Dia tidak bersalah, aku tahu itu! Abahnya yang melamarku hingga aku masuk ke kehidupannya.

Namun, tidak bisa kah dia menghormatiku sebagai perempuan?

Semua sepupuku menikah karena perjodohan, mereka bahagia dan damai bersama suaminya. Aku pikir, aku juga akan bahagia. Apa lagi Abah dan Umik mertua sangat ramah saat menyampaikan lamarannya bulan lalu. Ternyata, putranya malah menyakitiku.

"Maaf, Gus. Saya tidak bermaksud lancang, saya hanya ingin mengutarakan perasaan, seperti yang kamu lakukan malam ini. Saya ... saya menghormati kamu, saya ngerti," ucapku pasrah.

Cukup lama suamiku itu terdiam. Entah dia memikirkan perkataanku barusan, atau memikirkan kekasihnya?

"Maaf, Ning. Saya belum ada perasaan apa-apa sama kamu, jadi jangan berharap apa-apa kepada saya. Tapi, saya akan tetap memperlakukan kamu dengan baik, meskipun suatu saat nanti ada sikap saya yang akan menyakiti kamu."

"Tidak usah diperjelas, Gus. Saya nggak papa," jawabku dengan memaksakan senyum.

"Terima kasih, Ning. Kamu wanita baik."

Gus Aaraf berbicara dengan begitu tenang, lemah lembut, dan halus. Namun, tetap saja kata-katanya menusuk dalam ke jantung. Seperti ada tangan tak kasat mata yang meremas-remas perasaanku.

"Malam ini dan seterusnya, saya belum bisa memberikan hak kamu sebagai istri. Sekali lagi maafkan saya, Ning." Gus Aaraf lantas bangkit dan menuju sofa.

Sementara aku masih duduk di atas sajadah. Kami baru saja sholat berjamaah, memanjatkan doa untuk pernikahan ini. Namun, dengan tegasnya dia bilang tidak menginginkanku? Penolakannya malam ini langsung menamparku yang sudah siap menjalankan kewajiban sebagai istri.

Dia berkata layaknya begitu menjaga agar aku tidak sakit hati, tetapi justru itu malah membuat lukaku meradang. Aku sekuat mungkin menahan tangis yang hampir meledak di malam pertama pernikahan, sedangkan suamiku itu sudah fokus pada ponselnya.

Dia seperti lupa kalau baru saja menyakiti hatiku.

"Tidurlah, Ning. Kamu tidak perlu menungguku, karena aku akan tidur di sofa malam ini."

Deg!

Bahkan, dia menolak untuk satu ranjang denganku? Sebegitunya kah dia tidak ingin dekat denganku?

"Iya, Gus. Saya tahu."

"Jangan bicara apa-apa pada Abah dan Umik. Saya nggak mau kalau mereka kepikiran dan kondisi kesehatannya ngedrop."

Lalu, bagaimana dengan kondisiku?

"Baik, Gus."

Gus Aaraf hanya mengangguk. Pandangannya kini fokus pada layar ponsel, sesekali bibirnya akan mengulas senyum. Entah, dengan siapa ia sedang berkomunikasi.

Hingga saat aku sudah merebahkan diri di kasur, Gus Aaraf keluar kamar dengan ponsel yang menempel di telinganya. Sayup-sayup aku masih bisa mendengar suaranya berbicara dengan seseorang di seberang telepon.

"Halo, Ay."

Aku sontak bangkit dan membelalak kaget, 'siapa ay itu?' batinku.

***

Tepat di sepertiga malam aku terbangun, kebiasaan sholat malam sudah membuatku biasa bangun jam segini. Dengan perlahan aku menurunkan kaki dan langsung melihat suamiku yang tidur tanpa selimut.

"Aku mencintainya saat dia melantunkan ijab qabul di hadapanmu, Ya Allah. Aku menyayanginya saat dia berjanji di hadapan Abah akan menjagaku. Tapi kenapa dia sekarang menyakitiku?"

Tanpa terasa air mata menitik dan dengan cepat pula aku menghapusnya. Tidak ada gunanya menangisi laki-laki yang tidak mencintaiku, tapi netraku selalu terhipnotis, hingga akhirnya memanas dan aku menangis.

Kakiku melangkah menuju lemari untuk mengambil selimut. Bagaimanapun aku adalah istrinya, kenyamanan tidurnya adalah kewajibanku. Tidak peduli di hatinya ada nama siapa.

Kting! Kepalaku sontak menoleh saat mendengar dering ponselnya. Dengan cepat aku merapikan selimut untuknya, kemudian mataku menyipit melihat ponsel itu.

"Kamu ngapain?!"

Aku terlonjak kaget saat mendengar suara bariton itu menggema, suara serak dengan kelopak mata yang belum terbuka sempurna. Gus Aaraf cepat-cepat meraih ponsel yang bahkan belum sempat aku lihat dengan jelas tersebut.

"Kamu lihat ponselku, Ning?"

"E-enggak."

"Saya lihat sendiri kamu serius lihatin ponselku!" Gus Aaraf menghela napas kasar, "maaf, Ning. Tapi kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain, saya harap kamu nggak lupa!"

Aku mengangguk pasrah. Dia bangkit dan melempar selimut begitu saja ke lantai, langkahnya menuju ke kamar mandi, tetapi kata-kata menyakitkannya masih bergaung di telingaku.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Els Arrow

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku