Merebut Hati Suamiku
ke mana
u ke toko buku depan san
sedang bersama Ayrani, walaupun ing
i karena ada keperluan, terus ini y
Santri saja, Mik? Soalnya Kay juga b
ma Kang Santri dulu suruh n
iau beranjak pergi, sesekali aku j
urus, sambil berharap suamiku akan segera pulang. Aku ingin sholat diimami oleh
di pernikahanku ini. Kalau aku sendiri, rasanya pundakku terlalu berat. Siap
ar ... Alla
engar suara adzan, "Astag
nyerahkan pernikahan juga kepada Tuhan. Aku memang tidak mampu, tetapi Tuhan Maha Membolak-balik
kipun Gus Aaraf selalu men
pkan makan siang. Takutnya nanti suamiku pulang dan lapa
halaman. Gegas kakiku melangkah ke sana dan langsung mendapati Gu
berdiri di t
Abah baru pulang." Aku menjabat ta
ak membalas me
kir lagi nu
nya dengan manis. Aku harus segera menghapus nama Ayrani dalam hati dan
siapkan maka
makan tad
cemilan saja kalau begitu?" t
erutnya. Namun sayangnya suamiku sud
a minumannya jangan kopi
k senang dan langsung ber
ngan cepat aku meraih satu bungkus nugget dan menggorengnya, tidak lupa
saja, dan membawa ke dalam kamar. Namun tiba-tiba Um
k sa
h menyimak ngaji Umik ngerasa
Mik. Setelah minum obat baru Ka
"terima kasih, ya, Nduk. Biasanya kalau ada
ut! Andaikan suami
n Kay juga belum terlalu bisa, tapi setidaknya Umik
enyuapkan makanan dan lantas membantu Umik minum obat. Umik sudah bisa bersendawa setelah aku mengol
nggak bilang
a waktu bangun dari duduk langsung semuany
uat mungkin menutupi penyakitnya. Cukup lama aku memijat kepala, tangan, hingga
kku. Secepat mungkin aku keluar dari kamar b
u aku siapkan sudah tidak ada. Siapa kira-kira yang mengambi
f sendiri yang ke dapur
g yang menghubungkan dapur dengan kamar, netraku menyaksikan dua insan yang tengah be
ku menahan napas saat mendapati nampan yang be
h bisa mendengar suara Gus A
di sisi sofa dengan posisi membelakangi ku. Sa
sangat enak kalau buat ngemi
agi sudah kenyang. Kita tadi 'kan sudah sempat maka
a wanita lain, padahal aku yang menyiapkan makanan tersebut. Pedih rasany
ereka memang ser
sering berduaa
ngan wanita lain. Aku tidak bisa membiarkan
ama-sama menoleh, "ternyata kamu yang bawa
ngangguk kaku dengan kep
i dari ma
in. Sudah aku suapi makan dan minum obat juga. Sekarang Um
tanyanya deng
angin." Aku mengalihkan pandangan kepada nampan yang beri
u yang buat?" tanyanya d
tu mau bawa ke kamar, Umik bilang lagi pusin
u ngurusin Umik." Gus Aaraf menarik napas dalam, "
g saja," sahutku sembari menatap kepada Ayrani, "makasih, ya, Mbak. Kamu sudah b
ngkahkan kakinya meninggalkan kami tanpa menjawab perkataanku. M
, agar Gus Aaraf juga tersentuh melihat ket
Aaraf dengan semua kekuatan dan air mata yang aku miliki. Walaupun banyak kesakitan dan
ir sebagai pemena