Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pengorbanan Seorang Ayah

Pengorbanan Seorang Ayah

Dyalya

5.0
Komentar
51
Penayangan
1
Bab

Flasback masa lalu... "Kak, Yah doain adek ya biar jadi anak sholeh dan berbakti pada orang-tua dan sukses." "Iyah adek, ayah sama kakak akan doain kamu biar jadi anak yang sholeh. kamu belajar baik-baik di sana jangan nakal-nakal di sana." "Iyah Ayah." Ucap adek. Setelah itu adek pun berangkat ke pondok dengan naik mobil, ia hanya di antar oleh ayah sehingga ayah tau gimana semangatnya ia menempuh pendidikan di pesantren.

Bab 1 Interview

Flasback masa lalu...

"Kak, Yah doain adek ya biar jadi anak sholeh dan berbakti pada orang-tua dan sukses."

"Iyah adek, ayah sama kakak akan doain kamu biar jadi anak yang sholeh. kamu belajar baik-baik di sana jangan nakal-nakal di sana."

"Iyah Ayah." Ucap adek.

Setelah itu adek pun berangkat ke pondok dengan naik mobil, ia hanya di antar oleh ayah sehingga ayah tau gimana semangatnya ia menempuh pendidikan di pesantren.

***

Hai perkenalkan namaku Nadira Aliya Putri. anak pertama dari dua bersaudara. yang sedang menempuh pendidikan pondok pesantren itu adalah adekku bernama Randika Alingga Putra. dia mengambil jurusan otomotif motor ataupun mobil. tekadnya ia belajar sambil sekolah dan mondok di sana. Nadira hanya setuju jika adeknya menyukai tempat itu untuk menempuh pendidikannya.

Setelah 1 bulan Randika pergi dari rumah, untuk menjadi santri yang baik dan sholeh di pondok pesantren, Nadira dan ayahnya hanya tinggal berdua saja. Nadira hanya satu, ia bertekad menjadi pengusahawan, tetapi ia di suruh ayahnya menjadi sarjana. Nadira hanya menuruti kemauan ayahnya. Nadira pun memutuskan mendaftarkan namanya di kampus impiannya, bukan impian ayahnya. mungkin kampus impian ayah selalu nomor 1 baginya, tapi ayah harus tau impian kampus itu juga harus memiliki rata-rata nilai rapot yang bagus. maka dari situlah Nadira menyerah sebelum kejadian gagal ke sekian kalinya. Akhirnya Nadira memutuskan untuk kuliah yang dia impikan selama ini.

"Ayah, Aku di terima di kampus impianku." ketikan Nadira melalui pesan whatsappnya.

Nadira bangga dengan dirinya, seakan dia berhasil menjadi mahasiswi di kampus itu, kampus yang selama ini ia cari. kampus yang benar-benar ia nantikan selama ini. Nadira yakin dirinya akan bisa menjadi mahasiswi di kampus itu.

"Yang semangat ya adek, semoga kedepannya bisa sukses." ketikan Abang keponakanku.

Setelah Nadira keterima di kampus impiannya ia menunggu kapan ia akan keterima interview karena itu bagian dari penerimaan kampus di kampus impiannya.

"Ayah, aku besok ada jadwal untuk interview doain semoga lancar ya." Ucap Nadira sambil senduhin kopi buat ayahnya.

Malamnya Nadira terus-terusan bersyukur banget masih di berikan jalan untuk menempuh pendidikan baru, bukan dari pilihan ayahnya namun pilihan dirinya sendiri. memang benar Nadira sangat menyukai pilihan ayahnya, namun sayangnya dia tetap gagal di UM-PTKIN tapi akhirnya dia mencampai di titik dimana ia bangga dengan usahanya. bukan dia bangga akan kegagalan namun dia berhasil berjuang dan terus menjadi seseorang yang berguna.

Hari mulai pagi...

Seperti biasa Nadira bangun tidur dan beberapa detik menit ia membuka handphonenya sambil membalas pesan dari temannya. setelah ia mengirim pesan ke temannya, ia masih melihat ponsel itu sambil melihat story dari beberapa temannya. sampai-sampai jam 06.00 udah tepat waktu itulah, Nadira bergegas bangun lalu ke kamar mandi untuk membasuh mukanya lalu habis itu Nadira menggosok giginya. setelah Nadira setelah ia memanaskan air untuk ia seduh minum teh ataupun kopi.

"Mau ku masakin apa yah?" Ucapku sambil meletakkan kopi.

"Terserah kamu." Jawab ayahku.

Nadira berfikir mau masak apa hari ini. rasanya memikirkan mau masak apa itu membuatnya sudah mulai bosan dan apalagi itu-itu aja yang ia makan. ia mau yang sangat-sangat sulit dan ia ingin mencoba menu baru. namun sayangnya dia gagal dengan menu baru dan al-hasil dia masak dengan menu yang sama.

Nadira pun seperti biasa membeli Tempe, Bawah merah dan putih, penyedap rasa dan lain-lain. Nadira memang gemar sekali jika ia masuk dapur hampir setahun Nadira menyukai memasak namun ada aja kegagalan dalam setahun itu, tapi tekad Nadira adalah :

“Man jadda wajada.”

Artinya: “Barang siapa yang bersungguh-sungguh (dalam melakukan suatu hal), Maka ia pasti akan berhasil.”

Dikarena itu lah Nadira selalu berusaha tentang apapun, walau di sisi baiknya di anggap remeh sama orang lain.

Jam 08.30

Waktunya Nadira berangkat menuju ke kampus untuk interview. seperti biasa dia mandi dan mengenakan baju sopan untuk pergi ke kampus. tak lupa ia membaca doa sebelum berangkat ke kampus.

"Ya tuhan lancarkanlah urusanku, semoga aku di terima di kampus pilihanku itu. aku gak mau ngecewain ayah dan ibuku, Aamiin." Doaku sebelum berangkat ke kampus.

Nadira pun membuka pesan apakah teman dari SMA-nya sudah datang apa belum tapi kata teman Nadira dia sedang menuju perjalanan, akhirnya Nadira pun berangkat. sambil menikmati perjalanan Nadira menggerakkan bibir dan bernyanyi lirih, sehingga dia tak sadar sudah beberapa kali ia lewat di lampu merah. Beberapa menit kemudian Nadira sampai di kampus.

"Akhirnya aku sampai juga," Ucapku yang lega sampai di kampus.

Nadira pun menuju ke ruangan Ips-C untuk interview, dan teman dari SMA dia belum datang mungkin perjalanannya macet ataupun hal lain. tapi gak apa-apa yang penting Nadira bertemu dengannya lagi. Setelah semuanya sudah hadir, guru yang mengintrogasiku kemarin ternyata yang menginterview kami semua. Nadira dengan wajah yang gembira karena guru itu sudah tau dengannya gak perlu banyak tanya, tapi yang namanya interview tetap aja di tanya. setelah beberapa menit nama ku di panggil.

"Nadira Aliya Putri." Namaku dipanggil oleh guru.

Nadira pun maju dan duduk di depan guru yang mengitrogasiku.

"Ini yang kemarin ya." Nadira hanya menganggukkan kepalanya.

"Dibawa santai ae ya Nad, Hmm apa alasan kamu buat kampus disini." Tanya guru yang interview.

"Saya pengin bahagiakan orang tua, terus saya yakin bisa banggain orang-tua, orang-lain. kalau saya juga bisa seperti mereka." Jawab Nadira.

"Semangat kamu luar biasa ya nak." Guru pun memberi semangat.

"Terus ada lagi? ouh iya orang tua kerja apa?" Tanya guru.

Setelah beberapa menit di tanya guru yang interview memberi semangat ke 2 kalinya untuk Nadira.

"Kamu yang semangat ya, orang-tua itu gak mungkin bandingin anaknya sama orang lain. kalau kamu ada masalah jangan sering di pendam sendiri."

"Iyah Bu," Ucapku sambil tersenyum.

Akhirnya Nadira pun kembali ke tempat duduk, awalnya Nadira deg-degan jika ia di tanya pasal keluarganya. namun dia seperti masih rahasia tentang semua itu. Akhirnya jam pulang pun tiba. Nadira pun keluar dari kelas Ips-C.

"Akhirnya aku pulang, rasanya capek banget harus pulang ke arah timur terus. semoga aja kalau ada rezeki aku ngekos di deket kampus. Aamiin." Batin Nadira.

Perlahan Nadira mengeluarkan motornya dari parkiran, seperti biasa motor lama itu membuat Nadira merasa kesal, gak melihat kondisi tempat ataupun hal lain. lagi-lagi motor itu gak mau nyala. mau minta tolong juga malu, mau nyalain sendiri takut kakiku kelihatan. tapi apalah buat, Nadira akhirnya melakukannya sendiri tanpa ada yang lihat sama sekali. Akhirnya motor itu pun nyala, dan akhirnya Nadira pergi keluar dari gerbang kampus.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Pengorbanan Seorang Ayah
1

Bab 1 Interview

26/08/2023