Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Takdir yang Buruk

Takdir yang Buruk

anotherD

5.0
Komentar
17
Penayangan
5
Bab

"Tuhan, jika aku tak boleh mencintai kakakku sendiri, bisakah kau bukakan hatiku untuk yang lain ?" Semesta sepertinya tak ingin melihat Kayla bahagia. Setelah sekian lama, Kayla dipertemukan kembali dengan sesosok kakaknya yang telah lama ia sukai. Rasa cinta itu tak seharusnya hadir dalam hati Kayla meskipun mereka hanyalah saudara tiri. Tapi takdir sepertinya menyukai sesuatu yang rumit, Aksa, kakak tirinya pun merasakan hal yang sama untuk Kayla. Hubungan keduanya pun menjadi awal mula dari setiap air mata yang turun dari pelupuk Kayla. Cinta dan tangis seolah berjalan beriringan dalam hubungan Kayla dan Aksa. Jika ini sudah ditakdirkan, mengapa takdir itu begitu berat untuk dijalankan. Bagaimana Kayla dan Aksa menjalani hubungan terlarang tersebut. Apa yang akan dilakukan ayah mereka ketika mengetahui hubungan itu. Jika ini memang takdir, maka ini adalah takdir yang buruk.

Bab 1 Pekerja Magang

Kayla Dirra Nandini, seorang perempuan mungil yang baru menyelesaikan studinya di Universitas negeri ternama di negaranya. Dia juga pemegang beasiswa di Universitasnya, jadi cukup tahu saja bagaimana kapasitas otaknya itu. Namun bagi Kayla sendiri itu bukan apa-apa, ia hanya salah seorang yang beruntung mendapatkan itu. Masih banyak orang yang lebih pintar darinya, itu menurutnya.

Saat ini Kayla telah menjadi karyawan magang di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa. Posisinya saat ini sebagai pemagang di divisi Marketing, dirinya mendapat dalam bidang digital sehingga ia selalu berurusan dengan layar PC. Perusahaan asuransi SafeLife tersebut merupakan salah satu perusaahaan asuransi ternama, dan Kayla lagi-lagi merasa sangat beruntung karena ia dapat bekerja di Perusahaan yang dapat membantu hidup banyak orang.

Tetapi, kebahagiaan Kayla menjadi sebuah mimpi buruk dimana ia harus dihadapkan oleh realita dunia kerja. Rekan-rekannya yang sering saling membicarakan keburukan orang lain di belakang, persaingan yang sangat tidak sehat, bahkan saling lempar beban pekerjaan kepada rekan timnya membuat Kayla merasa sangat lelah. Mungkin ini hal biasa bagi beberapa orang, tapi bagi Kayla yang baru lulus dari masa kuliahnya benar-benarnya membuat cukup tertekan.

"Kayla," panggil salah seorang rekan Kayla yang duduk di sampingnya.

Saat mendengar namanya dipanggil, Kayla menutup matanya dan menghela pelan nafasnya. Seolah ia berusaha menahan dirinya, karena demi apapun Kayla masih harus mengerjakan beberapa kesalahan penulisan dalam desain yang seharusnya bukan menjadi tugasnya. Ia dilimpahkan tugas itu dengan dalih hanya butuh mengoreksi sedikit saja lalu tinggal mengunggahnya di media sosial. Tapi kesalahan penulisan itu cukup banyak, dan Kayla harus menyelesaikannya dalam waktu satu jam lagi.

Dan dengan tak tahu situasinya, rekan di sampingnya, yang jelas-jelas mendengar rekan lainnya melimpahkan pekerjaan itu kepadanya, tiba-tiba memanggilnya. Memang berpikir negatif pada orang lain itu tidak boleh, tapi Kayla sangat yakin bahwa rekan di sampingnya itu akan memberikan sesuatu pekerjaan lain untuk Kayla.

"Iya, mbak ?" Jawab Kayla sambil tersenyum sebaik mungkin.

"Lo masih ngerjain desain ?" Tanya perempuan yang duduk di sampingnya itu.

"Iya, Mbak. Sebentar lagi selesai dan saya kirimkan ke Mas Reihan."

"Lo mau keluar ga habis ini ?"

"Keluar ?"

"Habis ini kan istirahat makan siang, lo ga pengen keluar gitu ?"

Kayla melihat jam digital yang ada di mejanya. Benar, sebentar lagi memasuki jam istirahat makan siang. Kayla juga merasakan perutnya terasa perih karena ia belum makan dari pagi, dan ditambah ia sudah menghabiskan satu gelas kopi instan.

"Memangnya kenapa, Mbak ?"

"Gua mau nitip latte dong. Di tempat biasa itu loh. Lo biasanya kesana kan. Gua ga bisa keluar pas istirahat nih, masih banyak banget yang harus gua kerjain"

Harusnya Kayla menolak permintaan itu karena dirinya juga masih memiliki beberapa pekerjaannya sendiri, tapi sebagai pemagang dan yang paling baru bergabung disini, ia tak bisa menolak semua itu. Ia tidak bisa melawan orang-orang tersebut dan mengubur dirinya sendiri karena bisa jadi ia menjadi musuh dari orang-orang di timnya itu. Dan itu adalah mimpi terburuk yang pernah dibayangkan oleh Kayla. Ia hanya ingin bekerja dengan normal dan menjalani hidupnya dengan tenang seperti orang-orang pada umumnya.

"Baik, Mbak." Jawaban final Kayla yang mengiyakan permintaan rekannya itu.

"Makasih ya, Kayla. Lo yang terbaik emang disini"

Perempuan itu memberikan senyuman lebarnya, Kayla pun membalasnya dengan senyuman dan anggukan saja. Setelah itu ia harus kembali menatap layar PC di depannya, tenggat pekerjaannya tinggal 50 menit lagi. Dan masih banyak yang perlu dikoreksi lagi. Kayla ingin menangis saja saat ini.

'Semangat, Kayla!' Ucap Kayla dalam hati.

Saat memasuki waktu istirahat makan siang, Kayla pun menjalani sebagaimana permintaan dari rekan di sebelahnya tadi. Ternyata tak buruk juga bagi Kayla, dengan itu ia bisa mengistirahatkan matanya dari memandang blue screen PCnya. Sambil sesekali menyeruput Ice Matcha Latte di tangannya, Kayla berjalan dengan santai menyusuri gedung-gedung tinggi dan ramainya jalanan. Matahari hari ini cukup bersahabat dan cerah. Hanya berjalan sambil memandangi semesta ini sudah cukup membuat Kayla merasa cukup rileks.

Saat kembali ke kantornya, Kayla menyerahkan Ice Latte yang di pesan oleh rekan timnya tersebut. Ia beberapa orang di timnya itu sedang berkumpul. Yang mana hal itu membuat kayla terkejut, karena Kayla tidak diberi tahu perihal jika ada rapat mendadak saat jam istirahat. Kayla mengecek ponselnya, dan tak ada pemberitahuan apapun yang masuk ke aplikasi pesan teksnya.

"Mbak," Panggil Kayla.

"Oh, Kay. Makasih ya Kay"

"Ini ada rapat mendadak kah ? Saya...mmm tidak tahu" Ucap Kayla dengan sebelumnya ia memberanikan diri untuk mendapat atensi orang-orang yang melingkar di meja tersebut.

"Oh bukan apa-apa, Kay. Kita Cuma lagi ngobrolin itu loh katanya mau ada direktur baru di divisi kita yang bakal gantiin Pak Fajar"

"Iya, Kay. Katanya ganteng terus masih muda" Timpal lainnya.

"Katanya sih anaknya petinggi"

Kayla hanya menanggapi semua informasi itu dengan ber"o"ria. Kayla melipat bibirnya ke dalam, ia berpikir untuk kembali ke mejanya.

"Kalau begitu, saya ke meja saya dulu" Pamit Kayla dengan takut-takut.

Saat berbalik dan berjalan ke mejanya, Kayla samar-samar mendengar bisikan-bisikan seperti dirinya yang tak suka diajak bergaul, tak bisa membaur, dan sebagainya. Kayla menghela nafasnya pelan, untuk kesekian kalinya Kayla menyemangati dirinya untuk tetap terus hidup. Namun saat ia belum jauh dari sana, seseorang memanggilnya.

"Mbak Kay, sampean ada banyak kerjaan, ndak ?" Tanya salah seorang senior di divisinya.

Beliau adalah salah seorang senior yang dihormati selain karena bagusnya pekerjaan beliau, usia beliau juga terbilang cukup matang. Beliau memang berasal dari Solo, sehingga sering mencampur kata-katanya dengan bahasa Jawa. Walaupun Kayla tak terlalu mengerti Bahasa Jawa, tetapi ia bisa sedikit menangkap maksud pembicaraan beliau jika tak terlalu rumit seperti itu.

"Saya habis ini mengedit konten untuk hari minggu, Bu. Ada apa ?" Tanya Kayla dengan hati-hati.

"Ini loh, besok kan ada direktur baru toh. Saya boleh minta tolong fotokopikan file-file buat presentasi besok Mbak ?"

"O-oh boleh, Bu"

Kayla pun mengekori orang tersebut yang pergi ke mejanya.

"Ini ya mbak filenya. Nanti ini difotokopi sebanyak tim kita, nggih ?"

"Mm...iya. Baik, Bu" Kayla mengangguk.

Kayla pun pergi ke tempat cetak dan fotokopi yang berada tak jauh dari letak ruangannya, tapi karena besarnya kantor ini membuat itu terlihat seperti jauh. Tempat tersebut tak berada di sebelah dapur kantor mereka.

Sambil menunggu mesin fotokopinya menyelesaikan pekerjaannya, Kayla sesekali menyeruput Ice Matcha Latte yang tinggal setengah itu sambil menggulir-gulir media sosialnya. Saat hendak mengecek sampai mana pekerjaan mesin fotokopi itu, Kayla dikejutkan oleh sosok yang baru saja keluar dari dapur. Lelaki itu sangat tinggi hingga membuat Kayla mendongak untuk melihat wajahnya. Dan jangan tanyakan lagi wajah Kayla saat ini, mulutnya sudah terbuka lebar memandang lelaki tersebut.

"K-kak Aksa-" Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Kayla saat ini.

-To Be Continued-

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh anotherD

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku