Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TERPAKSA ABORSI

TERPAKSA ABORSI

Fathar erwin

5.0
Komentar
51
Penayangan
1
Bab

Novel ini bercerita tentang hubungan muda-mudi yang bebas dan terlalu jauh hingga kehamilan terjadi. Dikarenakan Sang Pria belum siap untuk menikah. Memaksa kekasihnya untuk menggugurkan kandungannya. Adapun berbagai resiko yang mengerikan saat mengugurkan kandungan diketahui Pacarnya. Tentu saja membuatnya takut tapi, hal itu terpalsa ia lakukan juga. Kisah dibalut horor, lucu dan percintaan serta pelik masalah dalam keluarga. Simak ya, jadikan sebagai pelajaran untuk dikehidupan yang real ini.

Bab 1 KENCAN

Sela dan Roni telah menjalin hubungan cinta. Awal mula perkenalan mereka pada saat sama-sama bekerja dalam satu gedung. Walaupun berbeda departemen. Ya, boleh dibilang keduanya dengan usia masih muda dan banyak harapan orang tua serta cita-cita yang diinginkan Roni.

Hidup di Ibu Kota dan jauh dari keluarga, membuat mereka harus menyewa kamar kost. Sela membayar ruang sekamar berikut fasilitas kasur dan lemari serta kamar mandi di dalam. Berada tidak jauh dari tempat ia bekerja. Sedangkan kost-an Roni berjarak cukup jauh, memakan waktu 30 menit dengan kendaraan roda dua.

"Sayang, pulang kerja nanti kita mau kemana?" tanya Roni.

"Kemana ya, Yank. Terserah kamu deh Yank. Tapi, aku pulang ke kos dulu, ya," jawab Sela.

"Ya udah Yank, aku ikut boleh, ya. Bebas, kan?"

"Iya Yank, kos aku bebas, kok."

Setelah satu bulan mereka jadian, kali ini Roni ingin main ke kamar kost Sela terlebih dahulu. Setelah itu mereka hendak berencana jalan-jalan menikmati angin malam di Ibu Kota. Masih belum banyak tempat yang mereka belum ketahui karena memang belum lama merantau dan rutinitas kesibukan bekerja.

"Ciee, sekarang dah punya pacar, ya," ledek teman Sela di tempat kost melihat mereka sampai dan memasuki gerbang kost.

"Ah, Nisa. Kamu bisa aja, oh iya, kenalin ini Roni," Sela melihat wajah Roni sebagai tanda isyarat untuk memperkenalkan diri pada Nisa.

"Halo, aku Roni. Salam kenal," ujarnya.

"Salam kenal juga, silahkan dilanjut, deh," ungkap Nisa tersenyum dan alisnya naik meledek Sela lagi.

"Ishhh, kamu. Ya udah, aku ke kamar dulu, ya, da-daaaaa."

"Oke, Sela. Ehem-ehem, haaa."

Sela dan Roni meninggalkan Nisa, langkah mereka menaiki anak tangga menuju kamar kost Sela pada lantai 2.

Kreeekkk.

Sela membuka pintu kamar.

"Masuk, Yank," menyuruh Roni masuk dan menyalakan saklar lampu.

"Duduk, Yank. Mau minum apa, Yank? Kopi atau teh?" tanya Sela sembari menaruh tas kerjanya.

"Kopi boleh, Yank," mata Roni memandangi kaki Sela yang putih mulus.

"Sebentar Yank, aku ganti baju dulu, kamu jangan ngintip, ya," gegasnya berjalan menuju lemari pakaian. Membuka lemari dan mengambil baju serta celana pengganti. Sela tidak mengganti pakaian di kamar. Langkahnya ke kamar mandi dengan membawa sestel pakaian itu.

"Duh, aku kira Ayank mau ganti di situ, hee," candaan Roni.

"Wowww, enak Ayank dong, lihat aku, hee," balas candaan Roni dengan senyum genit.

Sepertinga hasrat Roni sedikit berpacu. Di balik pintu kamar mandi ia menatap dengan kehaluannya. Membayangkan bodi Sela dan kulitnya yang putih. Sembari menimati kopi angannya melayang seiring rasa dalam hatinya.

"Yuk, Yank. Kita berang, mau jalan kemana?" Sela telah rapih.

Roni takjub melihat Sela berdandan dengan baik, semakin saja membuatnya gemas.

"Yank, eh. Bengong! Hayuk jalan, kamu lihat aku sampai gitu banget sih! Kenapa? Ada yang salah?" tanya Sela dengan melihat dirinya sendiri.

"Oh iya Yank, enggak kok. Cuma kamu kelewatan! Yank."

"Kelewetan apa maksud kamu, Yank?" Sela menanggapinya dengan serius dan heran menatap Roni yang berkata demikian.

"Kelewat cantiknya Yank, haaaa. Ya udah, yuk. Kita cari makan dulu," tawa Roni dan bangun.

"Dasar kamu, Yank. Aku kira kenapa, huh. Yuk."

Kaluar kamar kost dengan perasaan bangga, malam minggu yang menyenangkan bisa berjalan berduaan dengan kekasih. Sapa senyum teman Sela saat menuruni anak tangga menuju ruang parkir kost-an.

"Pegangan ya, Yank. Aku takut kamu jatuh, hee," sambil memakai helm Roni berkata pada Sela.

"Hemmm, Ayank. Modussss, bilang aja mau dipeluk, haaa," tawa Sela yang juga memakai helm dan duduk di atas motor Roni.

"Enggak gitu, kali, Yank. Tapi, mau dipeluk haaa. Dah, kita berangkat."

Melaju perlahan menikamati malam berdua di atas motor mencari tempat pertama yang di tuju adalah sebuah restaurant. Roni rasanya tidak ingin terburu-buru mendapatkan tempat yang ingin di singgahi. Karena pelukan nyaman yang ia rasakan. Dasar! Roni.

"Yank, makan di sana, yuk."

Sebuah restaurant fast food dengan ramai pengunjung kaula muda-mudi.

"Ya udah, Yank. Aku ikut kamu aja," Sela mengiakannya.

Masuk memarkirkan kendaraannya. Roni memegang tangan lembut Sela membawanya masuk ke dalam restaurant. Merapikan rambutnya dan melangkah untuk memesan makanan.

Suasana yang ramai menambah kemeriahan malam minggunya itu. Setelah memesan makanan, mereka mencari tempat duduk.

"Selamat makan, Sayangku," ucap Roni.

"Met makan juga, Cintaku," balasnya lembut.

Menikmati makanan dengan pemandangan di luar tampilan gemerlap Ibu Kota. Segala asa dan harapan di Kota yang mereka perjuangkan untik masa depan.

"Yank, kost-an kamu dibatasin enggak pulangnya?" tanya Roni.

"Enggak kok, Yank. Tenang aja, 24 jam kok."

"Baiklah kalau begitu, Yank. Kalau kost-an aku ditutup jam 12-an."

"Nah, nanti gimana kalau kamu pulangnya telat, Yank. Sekarang saja sudah jam berapa, ini."

"Makanya itu Yank, apa aku nginep di kost-n kamu, ya. Heee. Boleh enggak, Yank."

"Ah, kamu Yank, bilang aja mau nginep, hayooo!"

"Enggak Yank, beneran deh, kalau kamu enggak percaya, ayo ke kost-an, aku."

"Percaya, Yank. Tapi, takut ah! Nanti kamu macam-macam, lagi. Heee."

"Ya, enggak lah, Yank, atau bagaimana kalau kita jalan-jalan saja menghabiskan waktu hingga pagi?"

"Ya udah Yank, boleh. Tapi nanti kalaif ngantuk, kita pulang ke kost, aku."

"Iya, Yank. Paling aku nunggu pagi aja di kamar kamu."

"Ya sudah Yank, tapi awas ya, kalau nakal. Heee."

"Ish si Ayank, emangnya masoh belum percaya sama, Mas. Aku sudah sangat serius sama kamu, kita persiapkan ke depannya sama-sama, gimana?"

"Iya Sayang, aku percaya deh. Memangnya kamu mau kita menikah ceoat, Yank?"

"Ya, jangan dulu Yank, aku belum punya apa-apa, orang tua juga belum boleh menikah cepat sebelum mapan."

"Gitu ya, Yank. Tapi kan bisa sambil berjalan nanti, Yank."

"Ya sih, tapi keinginan keluarga begitu Yank."

"Ya sudah bagus juga sih, Yank. Terus kita mau kemana lagi?" Setelah selesai makan dan mengobrol Sela bertanya akan hendak kemana lagi tujuan selanjutnya.

"Ya sudah yuk, kita berangkat."

Mereka berlanjut lagi, menghabiskan malam yang indah di perKotaan. Gemerlap lampu Ibu Kota dan tetap ramainya jalanan Ibu Kota layaknya masih sore hari.

"Aku ngantuk, Yank," Sela menguap setelah lama terkena angin malam mengobrol di tengah taman Kota.

"Ya sudah yuk, Yank. Kasihan kamu."

Roni segera beranjak bangun dan menyalakan kendaraannya. Bergegas pulang ke kamar kost Sela.

Bremmm.

"Ayuk, Yank. Mataku dah gak tahan, ngantuk."

Mereka langsung menuju kamar. Nampak kost sudah terlihat sepi.

Kreeekk.

"Aku cuci muka dulu ya, yank. Kamu mau cuci muka, enggak."

"Mau, Yank. Aku ga mau pipis."

Sela mengambil baju tidur, Rini membuka jaket dan menggantungkannya.

"Yank, kenapa buka celana?" tanya Sela yang melihat Roni.

"Ish, kan aku pakai boxer Yanj, gak betah ih, pake celana panjang. Bolehkan Yank."

"Iya, deh Yank. Inget! Jangan ganggu aku tidur."

Setelah mengganti pakaian Sela langsung berbaring dan tidut. Sementara Roni masih melawan apa g ada di isi otaknya.

"Duh si Ayank, sexynya."

Memandangi Sela yang tertidur. Roni juga membaringkan tubuhnya di lantai tidak jauh dekat Sela.

"Yank, kamu bobo di bawah, ya," lirih Sela melirik.

"Ya habis, kamu bobo Yank, takut ganggu kamu," kata Roni.

"Ya sudah kamu sini, Yank. Kasihan bobinya di lantai. Tapi jangan, macem-macem ya Yank."

Roni lekas pindah di sebelah Sela safu ranjang tempat tidur.

Bersambung.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku