Felycia Patris seorang gadis miskin yang menjadi tulang punggung keluarga. Fely tinggal dengan Ibu tiri sejak kecil, Ayah Fely hanya menjadi penjudi dengan banyak hutang dimana-mana. Suatu ketika Fely di jemput paksa oleh anak buah Albert lewistando. Ia di jadikan jaminan hutang Ayahnya. Fely jatuh cinta dengan putra semata wayang Tuan Albert. Keduanya menjalin hubungan rahasia demi nyawa Fely yang di incar Albert. Akankah keduanya bisa bersama.
Gubrak!
"Mana penghuni rumah ini, cepat eluar kau Dendi!" teriak 4 bodyguard yang bertubuh tinggi itu.
Sedangkan pemilik rumah reot itu sedang bersembunyi di balik lemari di dekat dapur.
"Pasti mereka adalah anak buah Tuan Albert lagi, yang akan menagih hutang pada Kita." Nadia setengah berbisik pada putrinya yang saya ini tengah berada di belakangnya.
"Iya Bu, kalau begini bisa-bisa Sonya yang akan jadi korbannya," ucap Sonya merasa ketakutan.
"Kamu jangan khawatir Sayang, Ibu tak akan membiarkan itu semua terjadi. Nanti juga akan ada yang menjadi korban mereka!" ujar Nadia dengan senyum seringainya.
Sonya menangkap sinyal jahat dari senyuman Ibunya, ia juga sedang memikirkan suatu hal.
Saat ini anak kandung dari Dendi yang memiliki hutang banyak dengan pemilik sebuah tempat judi di negara itu, tengah berada di jalan.
"Huh capek banget ya hari ini, Aku lelah habis bekerja seharian di restoran milik sahabatku itu!" ucap Fely melangkah lunglai kelelahan menyusuri jalan raya yang ramai pengendara.
Setalah tiba di sebuah gang sempit Fely memasuki gang itu dengan langkah terburu-buru, sebab Fely harus segera Sampai di rumah melanjutkan bersih-bersih rumah. Sejak ayahnya Dendi menikah dengan wanita muda setelah kematian sang ibu, Fely kini tinggal serumah dengan ibu tiri dan adik tirinya.
"Loh itu ada apa ya?" gumam Fely bingung melihat rumahnya ramai dengan beberapa pria bertubuh besar tinggi dengan pakaian hitam jaket kulit ala preman sedang mengobrak-ambrik rumah kecilnya.
Fely melebarkan langkahnya ke halaman rumahnya,
"Ada apa ini? Kenapa kalian malah merusak perabot rumah saya?" tanyanya menatap tajam pada lelaki bertubuh besar di depannya itu.
"Heh, berani kau ya memaki saya! Kau pasti putri dari pak Dendi?" Abraham membalas tatapan tajam Fely yang membuat Fely nyalinya ciut seketika.
"I-iya Saya anak pak Dendi, lalu apa hubungannya sehingga Anda berani merusak rumah Saya!" Fely dengan lantang mengeraskan suaranya.
"Hahaha ... Jadi dia putri pak Dendi, bawa dia!" perintah Abraham tegas lalu melewati Fely yang masih mematung di ambang pintu.
Brugh!
Fely terjatuh ketika tubuhnya di senggol Abraham yang besar dan tinggi.
Dengan kasar Fely di seret paksa oleh anak buah Abraham,
"Lepaskan Aku, Aku tidak ingin ikut dengan kalian!" Fely berusaha melepaskan diri dari anak buah Abraham yang mencekal tangannya kuat.
Air mata menetes di pipi Fely, tubuhnya yang kurus dan kecil tak mampu melawan sekuat tenaganya.
Setelah Fely berhasil di bawa ke sebuah mobil hitam Rolls-Royce milik Tuan Albert, seseorang di kejauhan sedang tersenyum menyeringai.
"Rasakan kamu Fely, ini akibat Ayahmu yang banyak hutang karena judi! Entah kemana Ayah terkututkmu sekarang berada. Sejak punya banyak hutang Dendi sudah sebulan tak pulang ke rumah." Nadia duduk di kursi yang ada di ruang tamu. Nadia di bantu Sonya merapikan kembali barang perabot yang tadinya di lempar oleh anak buah Tuan Albert.
Setelah di perjalanan Abraham mengutarakan sesuatu pada Albert lewat sambungan telepon.
"Hallo Bos, Saya tidak berhasil membawa anjing uang Bos cari! tetapi saya berhasil membawa hadiah untuk Bos." ujar Abraham dengan antusiasnya.
"Apa itu hadiahnya Abraham?" tanya Albert dengan nada baritonnya.
"Nanti Bos juga akan tahu sendiri," lalu Albert yang mendengarnya segera menutup sambungan telepon.
Hari ini Tuan Albert sedang duduk di kursi kebesarannya di sebuah ruangan rahasia.
Tuan albert sedang berada di ruang gelap bawah tanah yang bahkan putranya tak pernah mengetahui bisnis gelap sang ayah.
Selang beberapa menit ...
Mobil Rolls-Royce memasuki halaman istana megah Albert lewistando. Penguasa bisnis gelap merajai dunia.
Setelah mobil berhenti di halaman indah dengan taman nuansa Eropa itu membuat Fely sejenak melupakan ketakutannya.
"Wah, indah sekali rumah ini. Sudah seperti sebuah istana megah dalam cerita dongeng." Fely takjub dengan apa yang di suguhkan padanya.
"Cepat turun, jangan bengong saja." Abraham menghardik Fely yang jalan dengan pelan sambil mengendarkan pandangannya.
"Hem, pasti kamu kagum ya dengan istana ini!" imbuh Abraham menatap remeh pada Fely.
Lalu Fely yang mendapat tatapan menghina seperti itu ia segera menunduk malu.
Fely di seret masuk oleh anak buah Abraham, ia di hempaskan ke lantai saat ia sudah di bawa masuk ke dalam rumah.
"Aw ..." rintihnya memegang pergelangan tangannya yang terasa sakit.
Fely dengan penampilan sederhana kaos oblong dan juga celana jeans panjang lusuh menambah kesederhaan penampilannya, tetapi di balik itu tersembunyi kecantikan yang sangat alami dari wajah Felycia Patris menurun dari sang ibu.
Lalu Abraham meninggalkan Fely begitu saja, ia mengetuk pintu ruang pribadi Tuan Albert.
Knock!
Knock!
Knock!
"Maaf Tuan Saya sudah bawakan hadiah untuk Tuan," suara Abraham terdengar nyaring di telinga Albert.
"Cepat buka pintunya!" titah Tuan Albert pada pengawal yang ada di dalam ruangan itu.
Pengawal membuka pintu, lalu Abraham tersenyum tipis pada Bosnya itu.
"Mana hadiahnya?" Albert bertanya sambil bernakak Daro kursi kebesarannya mendekat ke arah Abraham.
"Hem ... Itu ada di ruang tamu Bos, Ayo kita kesana!" Abraham mengekor di belakang Tuan Albert Mereka dengan langkah kaki cepat menuju ruang tamu.
Terdenagr derap langkah kaki dari beberapa pasang yang terdengar oleh telinga Felycia, ia jantungnya berdetak kencang ketakutan.
Tap
Tap
Tap
Suara hentakan kaki semakin dekat di telinga Fely, lalu Fely melihat beberapa pasang kaki dengan sepatu hitam. Fely menghela nafas panjang, ia beranikan diri mendongak dan sejenak menatap wajah sangar seorang Albert penguasa bisnis gelap.
"Hem ... Jadi kau putri di Dendi penjudi itu?" tanya Tuan Albert sambil duduk di sofa dengan mengangkat kakinya ia taruh di meja.
"Em, ma-maaf Tuan! Saya untuk saat ini tidak bisa melunasi hutang Ayah saya sekaligus. Tapi Saya akan mencicilnya." Fely berusaha bisa bernegosiasi dengan Tuan Albert.
"Hahaha ... Mau sampai mati pun kau tak akan bisa melunasi hutang ayahmu yang sudah seperti gunung itu." Lalu Tuan Albert memberi kode pada Abraham untuk membawa Fely ke kamar tamu.
"Tapi, Saya akan berusaha melunasinya Tuan!" Fely masih berusaha membujuk Tuan Albert untuk memberi waktu ia mengumpulkan uang.
"Jangan banyak bicara!" Abraham menyeret Fely dengan kasar.
Kemudian dengan tertatih-tatih Fely menyeimbangkan langkah kakinya menaiki tangga.
Brugh!
Fely di lempar ke ranjang king size yang ada di kamar tamu.
"Maaf Tuan, lepaskan Saya!" Fely memelas sambil terisak dalam tangisnya.
Kemudian Fely di Tarik menaiki tangga, ia dengan tertatih-tatih
"Aarrghh ... Jangan Tuan jangan lakukan itu!" Mohon Fely memelas dengan linangan air mata
Buku lain oleh Jevlizy_14
Selebihnya