Jingga selama ini hanya diam menerima perselingkuhan dan perlakuan kasar dari suaminya. Namun, banyak orang yang tidak tahu apa yang sudah ia lakukan hingga membuat suaminya menderita seumur hidup begitupun dengan selingkuhannya.
"Jingga, kamu tolong buatkan minuman untuk madu kamu ini!" ujar Rudi seenaknya sambil merangkul wanita cantik di sampingnya.
Jingga yang saat ini sesang sibuk menyetrika pakaiannya tentu langsung terdiam dan menatap suaminya dengan tajam.
"Lihat lah Mas, istri kamu ini malah menatap kita seperti itu, bukankah dia harusnya bersyukur punya adik Mandu seperti aku, yang cantik, denok dan juga baik. Bukanya di sambut, tapi malah sibuk menyetrika, mana penampilannya terlihat seperti pembantu lagi, pantas saja jika kamu mendua." ujar Laras sambil mengelus lengan Rudi. Rudi yang mendengar itu tentu merasa geram.
"Jingga, apa-apaan kamu, hah? Kenapa kamu menatap Laras seperti itu. Masih untung kamu aku pertahankan. Sudah sana buatkan kami teh hangat! Pasti kamu haus kan sayang?" tanya Rudi kepada istri mudanya itu.
Tanpa banyak bicara Jingga bangkit dan meninggalkan kedua manusia tidak tau malu itu.
Selama ini Jingga sudah sangat sabsr menghadapi sifat suaminya yang selalu bergonta-ganti pasangan dan selalu menikah di belakangnya. Namun, itu semua tidak berjalan lama, hanya sebulan atau dua bulan.
Karena Jingga tau apa masalahnya.
"Ini! Selamat menikmati." ujar Jingga sambil meletakan dua gelas teh hangat di hadapan suami dan adik madunya itu.
"Mas, kayanya teh nya di kasih sesuatu deh, coba Mas suruh istri tua kamu itu untuk mencicipinya. Karena aku curiga kalau dia mau meracuni aku."
Jingga yang mendengar itu tentu langsung tersenyum tipis.
"Jika aku mau, aku sudah melenyapkan kamu di saat kamu ketahuan menjadi selingkuhan suamiku yang ke sekian kalinya. Paham kamu! Oh ya, satu lagi. Ingat ya. Jangan sampai menyentuh barangku yang ada di rumah ini dan jangan pernah berani masuk ke dalam kamarku. Kamu paham Mas Rudi tersayang?" tanya Jingga dengan wajah datar. Karena memang selama ini. Hanya itu lah syarat yang di ajukan oleh Jingga di saat Rudi membawa selingkuhanya masuk ke dalam rumah itu.
"Iya aku tau, sudah sana kamu pergi! Aku mau pacaran terlebih dahulu dengan Laras." ujar Rudi sambil memegang dagu Laras.
Tentu saja Laras tersenyum penuh kemenangan sambil menatap ke arah Jingga.
Namun, jingga sama sekali tidak marah. Ia lamah tersenyum miring dan pergi dari sana.
Malam harinya, di saat Rudi hendak melakukan malam pertama dengan Laras, lagi-lagi ia tidak bisa. Hal itu tentu saja membuat Laras marah, pasalnya ia sudah terlajur basah dan malah tidak mendapatkan kepuasan.
Karena ia ingin menghindar dari istri mudanya, akhirnya Rudi memutuskan untuk pergi ke kamar istri tuanya.
"Kamu ini bagaimana sih Mas? Aku ini sudah terlanjur basah. Tapi, kenapa kamu malah diam saja? Ayo lah Mas! Aku sudah tidak tahan." ujar Laras sambil mencoba menggenggam milik suaminya. Namun, Rudi langsung menghindar.
"Maaf, aku rasa malam ini belum bisa sayang, kamu tidak apa kan malam ini tidur sendiri? Aku akan tidur di kamar sebelah.' ujar Rudi dengan keringat dingin dan bangkit dari duduknya.
Hal itu tentu saja membuat Laras murka.
"Mas, kamu kenapa sih? Apa aku tidak menarik? Mas kamu jangan pergi dong!" teriak Laras terdengan kesal.
Tentu saja Jingga yang ada di kamar sebelah mendengar teriakan itu.
Tok tok tok.
Rudi mengetuk pintu kamr Jingga. Jingga yang memang saat ini belum tidur tentu tersenyum miring.
Ia berjalan dengan santai ke arah pintu kamarnya. Pasalnya ia sudah tau apa yang akan terjadi.
"Ada apa Mas? Kenapa kamu malah mengetuk pintu kamar aku? Bukankah malah ini adalah malam pertama kalian?" tanya Jingga basa-basi sambil mengikat rambutnya asal.
Padahal, sebenarnya Jingga adalah wanita yang cantik dan juga memiliki kulit putih. Namun, sayangnya, karena dia selalu mementingkan keluarganya membuat ia lupa untuk merwat diri. Hal itu lah yang membuat Rudi tidak betah di rumah.
"Alah, sudah jangan banyak bicara. Awas aku mau tidur!" ujar Rudi sambil mendorong bahu Jingga, hingga membuat Jingga terhuyung ke belakang.
Jingga menggelengkan kepalanya. Ia berjalan menghampiri suaminya.
"Mas, aku mau kasih tau kamu, jika uang yang kamu kasih sudah habis.' ujar Jingga sambil duduk di ujung tempat tidur.
Rudi yang baru hendak menutup matanya tentu langsung membuka mata dan bangkit.
"Maksud kamu apa bicara seperti itu? Kamu pikir aku mau memberikan uang lagi untuk kamu? Tidak. Itu tidak mungkin, karena uangnya sudah habis pakai judi dan menikah dengan Laras. Kalau kamu mau uang ya kamu kerja lah. Jangan hanya bisanya menyusahkan saja!" bentak Rudi dan setelah itu ia langsung menutup matanya kembali. Jingga yang mendengar itu tentu mengelus dada dan membuang nafasnya dengan kasar.
Ia harus begitu sabar menghadapi sikap suaminya itu. Jingga akan mencoba bicara lagi di esok hari.
Di saat ia hendak menyusul suaminya untuk tidur, tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk. Tentu saja hal itu membuat Jingga merasa sedikit kesal.
Di saat ia hendak turun dari tempat tidur. Rudi malah menahannya.
"Biarkan saja! Palingan juga Laras. Awas kalau kamu membukakan pintu untuk adik madu kamu itu!" ancam Rudi dengan mata terpejam.
Akhirnya Jingga hanya bisa pasrah saja. Meskipun suara ketukan itu begitu mengganggu.
Tok tok tok. Suara itu terdengan semakin menghilang, hingga akhirnya Jingga bisa masuk ke dalam mimpinya.
Sedangkan Laras, ia merasa kesal dan juga marah, dengan wajah memerah dan rambut terurai dengan kedaan acak-acakan membuat Laras menyeramkan.
"Ah sialan! Kenapa aku harus di tinggal sih? Ini kan malam pertama aku dan Mas Rudi, kenapa dia malah meninggalkan aku begitu saja?" pekik Laras marah.
Esok harinya, di saat Jingga sedang sibum di dapur. Tiba-tiba ada sesuatu yang mengenainya. Ternyata itu adalah handuk yang di lempar oleh adik madunya.
Jingga menatap Laras dengan datar.
"Sialan kamu ya Jingga! Apa yang kamu lakukan hingga sampai membuat Mas Rudi memilih untuk menghabiskan malanya dengan kamu, hah? Padahal semalam itu kami hampir melakukan itu. Tetapi, dia malah memilih untuk pergi ke kamar kamu. Kamu puas, hah?" tanya Laras dengan emosi dan juga wajah memerah.
Sedangkan Jingga hanya tersenyum kecil sambil mengacungkan pisau yang ia pakai untuk masak.
Bab 1 Membawa istri ba
29/06/2023
Bab 2 Mulut tajam Laras
03/07/2023
Buku lain oleh Mega rahmawati2
Selebihnya