Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Salahkah Aku Mendua

Salahkah Aku Mendua

Aililea

5.0
Komentar
40.7K
Penayangan
87
Bab

Astrid tak menyangka jika pernikahan yang didasari atas perjodohan, membuatnya tak bahagia karena sikap sang suami—Tristan. Diabaikan dan tak dianggap, membuat Astrid akhirnya berpaling dan kembali pada Deon—mantan kekasihnya. Bahkan merencanakan balas dendam agar Tristan tak lagi bermain-main. "Jika kamu tidak mau menjadi selingkuhanku, maka aku akan mencari pria lain!" Apa sebenarnya yang membuat Astrid berpaling, apakah hanya sekedar terabaikan? Cari jawabannya di sini!

Bab 1 Hubungan tak baik

Suara desahan erotis seorang wanita menggema di sebuah ruangan. Peluh bermanik tapi dengan senyum puas yang terpajang di bibir. Jemarinya mengusap wajah pria yang tengah memacu tubuhnya, keduanya terlena seakan sedang menikmati surga dunia yang akan merengkuh mereka.

Namun, dibalik kebahagiaan keduanya, ada air mata yang tengah mengalir tak terkendali. Seorang wanita lain sedang berdiri terpaku di balik pintu, menutup permukaan bibir agar suara isaknya tidak lolos dan terdengar oleh kedua manusia yang sedang dimabuk asmara.

"Apa salahku? Kenapa dia tega berbuat ini padaku?"

Semua berawal dari satu bulan yang lalu.

"Tanda tangani surat cerai ini!" Seorang pria melempar sebuah stopmap ke arah wanita yang terlihat duduk menunduk di sofa.

Astrid Rahdian Amanda menatap sang suami yang berdiri menatap tidak suka padanya. Wanita itu terkejut ketika melihat sang suami—Tristan Danendra melempar surat cerai ke arahnya.

"Apa maksudnya ini, Tris?" tanya Astrid bingung.

"Sudah jelas, 'kan! Mama sudah tidak ada, jadi kamu bebas aku pun sama," jawab Tristan yang seakan merasa bebas dengan kepergian ibu kandungnya.

"Tidak bisa, Tris. Aku sudah janji sama Mama untuk tidak pernah bercerai denganmu. Aku tidak bisa mengingkari janjiku!" tolak Astrid.

Tristan tersenyum miring, lantas bersedekap menatap hina pada Astrid. Pernikahan mereka terjadi karena sebuah perjodohan, ibu Tristan menginginkan putranya menikah dengan Astrid—putri dari sahabat karibnya. Namun, ternyata Tristan sudah memiliki kekasih, hanya demi menuruti impian ibunya, Tristan setuju menikah dengan wanita yang tidak pernah dicintainya sama sekali. Ibu Tristan mengidap leukimia, menginginkan putranya mendapat pasangan hidup yang baik, hingga kemudian memaksa Tristan menikah dengan Astrid.

Astrid sendiri tidak menolak, meski awalnya dia juga sudah mempunyai kekasih. Hanya karena kasihan dengan ibu Tristan, Astrid menerima perjodohan itu. Astrid adalah gadis baik yang sopan dan penuh kasih sayang, karena itu ibu Tristan sangat menyukai Astrid.

Satu minggu yang lalu, ibu Tristan berpulang. Hari ini pria itu langsung buru-buru menyodorkan surat cerai ke arah Astrid, meski pernikahan mereka baru saja berlangsung selama 3 bulan.

"Oh, oke! Tapi jangan salahkan aku jika berbuat semauku. Kamu juga perlu ingat, kalau kamu tidak pernah berhak mengatur apa yang mau aku lakukan, karena kamu tidak berhak atas diriku!" Tristan bicara dengan penuh penekanan.

Pria itu keluar dari kamar, membanting pintu begitu keras hingga membuat kedua pundak Astrid bergedik karena terkejut.

Astrid menghela napas kasar, menatap stopmap yang masih tergeletak di meja. 3 bulan menikah, tapi mereka bersikap seperti pasangan hanya ketika berada di depan ibu Tristan, selebihnya mereka seperti orang yang tidak saling kenal. Kini, apa yang sebenarnya diharapkan Astrid, jelas-jelas tidak diinginkan tapi kenapa memilih bertahan.

**

Astrid Rahdian Amanda adalah wanita berumur 27 tahun, berasal dari keluarga yang mampu dan mapan. Astrid mengurus perusahaan fashion milik keluarga sebagai seorang direktur utama. Andai Astrid mau, bisa saja meninggalkan Tristan hari itu juga. Namun, janjinya pada ibu Tristan membuat hatinya menolak berpisah dengan pria itu.

Selama menikah, Tristan tidak pernah memberikan hak yang seharusnya diberikan untuk Astrid. Jangankan bercinta, menyentuh Astrid saja Tristan tidak mau.

Astrid yang hanya ingin berbakti pada suami dan keluarga, selalu pasrah dengan perlakuan Tristan. Hatinya pernah yakin jika lambat-laun Tristan pasti akan menerima dirinya.

**

Astrid kembali ke perusahaan setelah seminggu ambil cuti untuk masa berkabung ibu mertuanya. Wajah Astrid sedikit pucat dan lelah, bukan hanya memikirkan kepergian mertua yang sangat baik padanya, tapi juga semalaman memikirkan sang suami yang tidak pulang ke rumah.

"Astrid!" Seseorang memanggil namanya, membuat wanita itu menoleh.

"Deon." Astrid menatap seorang pria yang tengah berjalan menghampiri dirinya.

Deon Cayetano, pria blesteran Indonesia-Italia, berumur satu tahun lebih tua dari Astrid, memiliki tinggi badan sekitar 185cm, kulit putih bersih, dengan hidung mancung dan rahang yang kokoh.

"Kamu kok sudah mulai masuk?" tanya Deon ketika sudah berdiri berhadapan dengan Astrid.

"Ya, karena aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama," jawab Astrid dengan seutas senyum di bibir.

"Kamu bisa serahkan padaku, kenapa tidak istirahat saja. Pasti lelah mengurus semuanya sendiri," kata Deon menunjukkan rasa simpati pada Astrid.

Deon menjabat kursi direktur di perusahan Astrid, sedangkan wanita itu adalah direktur utama di sana.

"Ah, mana bisa aku terus merepotkan dirimu. Kamu sudah terlalu banyak membantuku," balas Astrid yang tidak mau bergantung pada Deon.

"Kenapa sungkan? Kalau bukan aku, lalu siapa? Kamu tahu sendiri bagaimana hubungan kita selama ini, 'kan!" Deon menatap lembut pada Astrid.

Astrid merasa kikuk jika Deon menatapnya begitu, merasa seakan kembali ke waktu beberapa bulan yang lalu, ketika dirinya masih belum menyandang status nyonya Danendra.

"Aku masuk dulu, lain waktu kita bicara lagi, oke!" Astrid sesegera mungkin meninggalkan Deon, tidak ingin terlalu lama berdua dengan pria itu.

Deon menatap punggung Astrid, lantas menghela napas pelan ketika sebuah kekecewaan dan penyesalan kembali singgah di hatinya.

"Kenapa harus seperti ini?"

**

Astrid harus kembali fokus dengan pekerjaan yang sudah ditinggalkan selama satu minggu. Meski sang sekretaris membantu dengan bolak-balik ke rumah Astrid untuk meminta tanda tangan, tapi tetap saja ada beberapa yang tidak bisa ditangani oleh sang sekretaris.

Astrid memijat kedua pelipisnya, berkas yang menumpuk tampak tidak akan ada habisnya.

Hingga suara ponsel membuat fokus Astrid terpecah. Ia pun segera menjawab karena itu adalah panggilan dari ibunya.

"Halo, Ma!" sapa Astrid langsung.

"Halo sayang, bagaimana kabarmu? Mama ingin sekali makan siang dengan kamu dan Tristan, apa ada waktu?" tanya ibu Astrid dari seberang panggilan.

Astrid menghela napas pelan, tapi karena tak ingin mengecewakan ibu, Astrid pun mengiakan. Setelah ibu mengakhiri panggilan, Astrid pun mencoba menghubungi sang suami. Namun, sepertinya Tristan memang tidak mau menjawab panggilan darinya.

"Kenapa menjawab panggilanku saja tidak mau?" Astrid benar-benar harus bersabar terhadap Tristan untuk bisa mempertahankan pernikahan mereka.

Astrid menengok arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Ia berjanji akan menemui ibu pada pukul setengah satu, sedangkan sekarang sudah pukul sebelas siang. Hingga akhirnya Astrid berpikir untuk mendatangi kantor Tristan.

"Bila, aku akan keluar. Mungkin sampai makan siang usai," pamit Astrid pada sekretarisnya.

"Oh ya, Bu." Gadis berumur 25 tahun itu langsung berdiri ketika atasannya berpamitan.

Astrid pun pergi, mengemudikan mobil menuju perusahaan Tristan yang berjarak tak jauh dari perusahaan miliknya.

**

Astrid berjalan di koridor menuju ruang sang suami. Begitu hampir sampai di pintu ruangan yang dituju, sekretaris Tristan langsung menyambut Astrid.

"Siang, Bu!" sapa sekretaris Tristan.

"Bapak Ada, Fi?" tanya Astrid sopan.

Sekretaris Tristan yang bernama Sufiana itu sedikit kebingungan menjawab pertanyaan Astrid, bahkan sampai menundukkan kepala seakan takut.

"Ada apa?" tanya Astrid curiga.

"It-itu, Bu …." Sufiana tidak berani menjawab, tapi Astrid melihat kalau Sufiana terus melirik ke arah pintu ruang kerja Tristan.

"Tidak usah dijawab!" Astrid sepertinya tahu yang sedang terjadi.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Aililea

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku