Shelina Aurora dicampakkan mantannya setelah mereka melakukan hubungan terlarang itu. Sehingga membuatnya sakit hati yang teramat dalam. Sampai akhirnya Shelina perlahan melupakan sang mantan, dan bahagia menikahi pria lain. Namun, nasib justru membuatnya bertemu kembali dengan sang mantan. Bagaikan tersambar petir di siang bolong, sosok pria yang pernah menorekan luka padanya adalah sahabat baik dari suami Shelina. Lalu bagaimana rumah tangga Shelina jika sang suami mengetahui fakta kelam yang selama ini dia sembunyikan dari suaminya, ditambah mantan berengseknya itu terus mengganggu Shelina dengan segudang ancaman.
"Shel, Shelina!"
Mendengar teriakan memanggil namanya, Shelina pun segera berlari menghampiri sumber suara tersebut.
"Eh, iya Ma, Mama memanggil saya?"
"Kemana aja kamu, kamu tuli? Aku panggil lama sekali! Cepat kamu ke pasar! Beli semua barang yang sudah saya catat ini" ujar Bu Alisa sembari melempar selembar uang kertas ke depan wajah Shelina.
"Tapi Ma! Aku belum membuatkan kopi untuk Mas Revandy."
"Mau membantah kamu?"
Mendengar keributan dari lantai dasar, Revandy pun segera menghampiri mereka yang sedang bersitegang, telinga Revandy terasa pengang setiap hari mendengar ocehan dari Mamanya yang selalu marah pada istrinya.
"Heh heh heh, ada apa ini, pagi-pagi kalian berisik sekali?"
"Istrimu tidak becus jadi menantu, sebaiknya kamu tinggalkan saja dia, Mama sudah pilihkan jodoh yang lain untuk kamu!"
"Itu tidak mungkin Ma. Aku sangat mencintai Shelina mana mungkin aku bisa meninggalkan dia."
"Bukan aku yang salah Mas!, Bukan aku yang salah."
Shelina lalu menceritakan kelakuan Mamanya pada Revandy, mendengar kelakuan Mamanya yang memuakkan Revandy memutuskan untuk mengajak istrinya pindah ke kota, untuk menghindari percekcokan keduanya.
"Sayang, kemasi barang kamu, kita akan pindah ke kota sekarang."
Mendengar putranya memutuskan untuk pergi dari rumah itu, lantas tidak membuat Bu Alisa kasihan, dia malah semakin mengusir bahkan mengancam keduanya.
"Pergi sana! Tapi jangan salahkan Mama kalau terjadi sesuatu pada kamu nanti!"
Tanpa memperdulikan ucapan Mamanya mereka terus melangkah menuju kamar untuk mengemasi pakaian mereka. Shelina menuruti apa yang suaminya katakan, mereka akan pindah ke kota yang berjarak kira-kira setengah jam dari rumah orang tuanya. Setelah selesai mengemasi pakaian mereka pun langsung keluar kamar dan langsung pergi.
"Van, kamu yakin lebih memilih dia di banding Mamamu sendiri? Kamu akan tau akibatnya jika berani melawan Mama!"
Bu Alisa berharap kalau Revandy mengurungkan niatnya. Akan tetapi dia tetap kekeuh dengan pendiriannya, bahkan dia tidak menyahuti ucapan Mamanya dia terus melangkah keluar sambil menggenggam jemari istrinya, dia memanggil taksi untuk segera membawanya. Alisa hanya bisa melihat kepergian mereka tanpa bisa mencegahnya lagi karena keputusan Revandy sudah bulat.
Setelah setengah jam akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan. Revandy menghentikan taksi dan turun sambil menggenggam jemari Shelina. Shelina melihat bangunan rumah sederhana di depannya kini.
"Kita akan tinggal di sini Mas" ucap Shelina ketika sudah sampai di sebuah rumah sederhana di kota.
"Iya Sayang, kita akan tinggal di sini, maafkan aku, aku belum bisa memberimu tempat yang mewah, hanya rumah kecil ini yang bisa aku berikan padamu."
Mendengar suara Revandy yang sendu, Shelina segera memeluk suaminya dengan sangat erat.
"Tidak apa-apa Mas, aku sangat bersyukur memiliki suami sepertimu."
Sambil mengecup pucuk kepala istrinya, Revandy teringat akan sesuatu mengenai pekerjaannya di Kantor.
"Oiya Sayang, hari ini aku ada Meeting penting dengan sebuah pengusaha dari kota ini, kamu ikut yah, kita ke sana sama-sama"
Mengingat istrinya yang sendirian di dalam rumah, Revandy memutuskan untuk mengajak istrinya.
Sekitar 10 menit mereka sampai di tempat yang telah di sepakati, dan benar saja, seseorang sudah menunggu Revandy duduk membelakanginya.
"Itu dia sudah datang, ayok Sayang kita temui dia."
"Selamat siang Pak, maaf saya sedikit terlambat, perkenalkan ini istri saya Shelina!"
Betapa terkejutnya Shelina saat orang tersebut membalikkan tubuhnya.
"Astaga Zhefry, jadi klien yang Revandy maksud Zhefry Ya tuhan, ada apa ini," gumam Shelina dalam hati
Revandy berjabatan tangan pada kliennya itu. Dia pun meminta maaf karena telah membuat sang klien jadi lama menunggu.
"Maafkan keterlambatan kami, pak," ucap Revandy sambil duduk berhadapan dengan sang klien sementara jantung Shelina sudah berdebar tidak karuan melihat sosok di depannya dia pun membuang pandangan ke arah lain.
"Tidak apa-apa, Saya juga baru sampai kok belom ada sepuluh menit."
"Baiklah Pak, tanpa membuang waktu lagi bagaimana kalau kita memulai meeting kita siang ini," ujar Revandy seraya mengeluarkan laptop dari tas kerjanya.
Zhefry yang melihat Shelina pun makin terpesona karena dia melihat sosok Shelina yang bertambah cantik. Zhefry menatap Shelina dengan tatapan sensualnya sambil memainkan bibirnya.
Saat mereka sedang meeting Shelina pun di buat gelisah karena merasa tidak nyaman terus dilihati seperti itu pada Zhefry. Lalu Shelina pun berpamitan pada Revandy untuk pergi ke toilet karena rasa gugup yang menderanya.
"Mas, aku izin ke toilet sebentar ya," kata Shelina sambil berbisik di telinga sang suami.
Karena masih melakukan meeting dengan klien penting, Revandy hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Permisi, Saya ingin ke toilet sebentar," kata Shelina sambil bangkit berdiri dari kursi dia duduki.
"Ya, silahkan," ucap Zhefry singkat.
Saat sedang meeting pikiran Zhefry menjadi tidak fokus, Zhefry dibuat tidak konsen karena selalu terbayang wajah Shelina. Dia mengambil ponsel dari saku dan langsung mengotak-atiknya dia memanipulasi seperti ada orang yang menghubunginya.
Ponselpun berdering...
"Maaf mengganggu, Ada panggilan masuk bisakah Saya angkat sebentar?" tanya Zhefry menatap ke arah Revandy.
"Silahkan Pak," ucap Revandy.
Zhefry pun meninggalkan Revandy sendiri. Dia menuju ke arah toilet untuk menemui Shelina. Dia ingin menyapa mantannya itu.
Shelina yang di dalam toilet langsung membasuh wajahnya karena rasa gugupnya. Jantungnya berdebar kencang ingatan dengan sang mantan pun terputar kembali diotaknya. Memberikan rasa nyeri di hatinya ingatan saat Lima tahun yang lalu kembali terngiang diotaknya.
"Tidak, aku tidak perlu mengingat hal itu lagi itu adalah masa lalu. Aku sudah melupakannya aku tidak perlu gugup seperti ini," ucap Shelina sambil mensugesti dirinya.
Lalu dia memutuskan untuk keluar dari toilet setelah sudah menenangkan dirinya.
Saat Shelina akan kembali ke tempat di mana suaminya meeting, Shelina di kejutkan oleh seseorang yang memegang tangannya. Mata Shelina pun melotot merasa tidak percaya apa yang dia lihat kini.
"Hai, Baby lama tidak berjumpa," ucap Zhefry sambil memegang tangan Shelina yang siap melangkah kembali ke depan.
"Lepaskan tanganmu!" sarkas Shelina sambil menghentakkan tangannya untuk segera terlepas.
"Woow, lama tidak berjumpa kamu semakin cantik ya, membuat aku semakin terpesona denganmu," ucap Zhefry menatap Shelina dengan tatapan sensualnya.
"Bullshit, omong kosong lepaskan tanganku, sekali lagi tolong jauhi aku," kata Shelina yang terus mencoba untuk melepaskan tangannya yang di pegang erat oleh Zhefry.
"Aku merindukan kamu, Baby. Aku jadi teringat saat-saat kita memadu kasih berdua," ucap Zhefry yang mencoba mendekati Shelina. Shelina pun mencoba mundur tetapi sial, Shelina sudah berada di ujung tembok dia terjebak Zhefry sudah mengungkungnya kebetulan sekali tempat mereka bertemu sepi jadi Zhefry bisa lebih leluasa menggoda Shelina.
"Jangan mendekat, mundur aku bilang mundur. Kau tidak tau diri setelah sudah meninggalkanku sekarang kau muncul lagi, apa kau tidak ingat perlakuanmu padaku, huh!" gerutu Shelina yang semakin sebal melihat Zhefry.
"Jusru itu aku ingin menebus kesalahanku di masa lampau. Aku ingin kita berhubungan kembali. Aku janji akan rahasia kan ini dari suami kamu, kamu mau kan Baby," kata Zhefry sambil mengelus pipi Shelina.
"Dasar gila, jangan sentuh aku. Kau sudah tidak waras, jauhkan aku biarkan aku menuruskan hidupku. Aku sudah move on darimu. Biarkan aku hidup tentram dengan suamiku," kata Shelina sambil mencoba menghindari Zhefry.
Shelina tau betul seperti apa sifat Zhefry. Dia tidak pernah bisa mau di tolak atau pun diabaikan. Shelina mencoba mencari cara untuk lepas dari jeratan Zhefry saat ini.
"Apa kamu sedang berusaha kabur dariku, Baby. Kamu tidak akan bisa lepas dari sini. Aku akan terus mengawasimu pada suamimu," kata Zhefry yang berbisik di telinga Shelina dengan cara yang sensual.
"Persetan, aku tidak perduli! Lepaskan aku, aku sudah muak melihatmu!" teriak Shelina dengan rasa emosimu.
"Kamu semakin membuatku tertantang Baby, aku tidak akan melepaskanmu lagi seperti yang dulu aku lakukan, anggap lah itu penyesalanku dan sekarang aku akan menebusnya."
Shelina terdiam tubuhnya bergetar hebat. Dadanya naik turun karena sulit untuk mengatur nafasnya seketika oksigen yang masuk ketubuhnya terasa melambat.
Sementara Revandy yang masih menunggu Zhefry pun terlihat celingak-celinguk dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Zhefry yang tidak tampak batang hidungnya.
"Kenapa lama sekali Pak Zhefry, apa menerima panggilan masuk segitu lamanya?"
Bersambung