Bagaimana ceritanya jika anak SMA pemalas, jahil, senangnya membuat ulah dijodohkan dengan seorang dosen dingin? Begitulah cerita Gadis dan Elang. Keduanya dijodohkan oleh Ibu dan Bunda mereka. Cekcok dan ribut setiap hari sudah pasti. Elang terus mengomeli Gadis yang banyak ulahnya, sudah jangan ditanya lagi. Hati mereka pun masing sudah dimiliki pasangan mereka. Gadis dengan kekasih tampannya, Reyhan Utama sii kesayangannya. Sementara Elang, walau ceritanya tak seindah Gadis yang sedang bermekaran, malah memiliki riwayat dikhianati, namun nampaknya ia masih betah dengan Sheilla, sang pujaan hati. Namun tak ada yang tahu, tiba-tiba saja semua berubah. Ada benih-benih cinta di antara dua insan yang selalu ribut dan tak akur,itu.
Elang memijat keningnya karena rasa pening yang mendadak menghampirinya. Hempasan napas yang jadi pelampiasan untuk emosinya pun terus terdengar sangat keras. Di depannya, kini sedang berdiri seorang gadis cantik yang sayangnya tak secantik lakunya. Hobinya selalu membuat Elang kesal. Seperti sekarang ini, ia terlihat sedang memainkan bibirnya yang dimanyunkannya.
"Gadis, kan aku udah bilang kamu itu seharusnya-"
"Diem, nggak banyak tingkah, jangan bikin ulah. Iya Mas Elang, maaf, nggak lagi deh, janji..."
"Janjinya dari kemarin juga janji, tapi masalahnya terus keulang lagi dan lagi! Kamu itu denger-"
"Denger Mas Elang, Gadis denger kok, tapi kan Gadis nggak tau itu kucing ternyata bisa bisa ee' di sepatunya Mas Elang, kucingnya nggak bilang-bilang dulu, kalo bilang mah, yah, Gadis juga bawa ke toilet, Mas,"
Bisa saja perempuan bernama Gadis itu membalas ucapan Elang, yang sudah selalu dibuat geram dengan tingkahnya. Kali ini ia berulah membawa kucing liar ke rumah Elang dan tahu-tahu malah pup tepat di sepatu Elang yang baru dua hari dimilikinya, alias masih sangat baru itu. Bayangkan betapa kesalnya Elang sekarang.
"Mas Elang jangan kesel-kesel, nanti itu sepatu Gadis laundry kok, mending kita masuk aja ke dalem, yuk, gabung sama Ibu sama Bunda juga, ada jus jeruk di kulkas mau nggak? Siapa tau bikin hati Mas Elang nyesss adem, nggak kesel-kesel lagi," ucap Gadis dengan nada cerianya, seolah insiden di ee'-in sepatu Elang itu bukan lah apa-apa. Bahkan Elang yang masih kesal dan ingin marah, kini sudah pasrah tengah ditarik-tariknya masuk ke dalam rumah.
Keduanya langsung saja masuk ke ruang tamu, tempat Ibu Gadis dan Bunda Elang mengobrol dengan santainya. Gadis terlihat terus menempeli Elang, dengan tangannya pula yang kini memegangi erat lengan Elang, bahkan ia cengkram sebagai kode untuk tak mengadukan ulahnya kepada Ibunya.
"Apa sih, Dis, nempel-nempel, sana gih, masih lega itu," ucap Elang karena tak nyaman harus ditempeli oleh Gadis.
"Pengennya Gadis ya di sini, Mas Elang" balas Gadis.
Dan langsung saja tatap dingin dari muka tampan Elang yang selalu berekpresi datar itu, kini ditampilkannya di hadapan Gadis. Sementara Gadis ia malah hanya mengeluarkan cengirannya saja, sudah kebal dengan sikap jutek dan dingin Elang yang seperti kulkas dua pintu itu.
"Mas Elang kalau lagi seperti itu beneran seperti dosen dingin yang killer, ya," bahkan Ibu Gadis saja sampai berkomentar seperti itu kepada Elang. Karena Elang yang memang terkenal dengan julukan 'Si Dosen Kulkas Dua Pintu' karena sikapnya yang sangat dingin, lebih dingin dari es batu di kulkas dua pintu.
"Nah, kan, jangan jutek-jutek, senyum dikit, Mas Elang," Gadis yang merasa memiliki kesempatan langsung menimpali demikian.
"Iya Elang nih, dingin jutek, jarang mau ngomong, tapi kalo sudah ketemu Gadis pasti rewel bin bawel deh," balas sang Bunda seperti itu akan tingkah putranya.
"Ya, gimana nggak bawel Bun, itu anak ada aja tingkahnya, dari dulu nggak pernah berubah," dengan nada bergerutu Elang mengadu.
Sementara Gadis, ia hanya masang wajah senyum cerianya saja. Tak nampak sedikit pun rasa bersalah telah membuat Elang selalu kesal karena semua ulahnya.
"Ya, tapi jangan galak-galak sama Gadis, dia itu kan calon istri kamu, Lang" balas sang Bunda.
Dan Gadis pun langsung menyoraki Elang yang mendadak dinasihati oleh Bundanya. Ia seolah mendapat dukungan dari Bundanya Elang, yang tak lama lagi akan menjadi mertuanya itu.
"Jangan galak-galak, nanti cepet tua, udah mah umurnya tua, jauh banget sama aku, nanti dikira klorofil lagi, suka sama anak imut kaya aku," ucap Gadis dengan bernada menyindirnya pada Elang.
Namun dasar Gadis, niat hati ingin menyindir Elang, tapi otaknya yang agak paspasan hingg jadilah ia kini membuat Elang geleng-geleng kepala karenanya.
"Klorofil?? Klorofil apaan Gadis?? Daun kali, ah, ngaco ih," balas Elang yang benar-benar sudah angkat tangan dengan kekonyolan calon istrinya itu. Secara dia adalah seorang dosen yang tekenal dengan kecerdasannya. Di usianya yang baru menginjak kepala tiga ia sudah diangkat menjadi seorang profesor muda. Tapi ia malah harus dijodohkan dengan Gadis yang memiliki alergi pada yang namanya belajar, pemalas akut, bahkan ranking terakhir di sekolahnya.
"Bun, masa aku mau dijodohin sama anak kaya dia, ah, bedain zat klorofil di daun sama pedofilia aja nggak bisa," Elang sampai terdengar merengek karena ia yang masih saja tak ikhlas dengan perjodohan yang diatur oleh Bundanya.
"Gadis itu cuma kurang pengetahuan aja, nah, kalo dianya terus sama kamu yang hobi baca dan belajar, pasti nanti Gadis juga ketularan, Lang," balas sang Bunda yang masih saja terus pro terhadap calon menantunya. Dan semakin-makin lah Gadis kini merasa dimenangkan dan senang karenanya.
"Ohh, jadi yang suka sama anak kecil itu pedofil, ya, lagian Gadis tuh sebenernya tau kok clorofil itu adanya di daun, dulu sempet baca" timpal Gadis begitu.
"Dulu! DU-LU, perlu dicatat yah, itu dulu kamu bacanya, kapan dulu itu SD??" Jutek sekali Elang membalas ucapan Gadis. Karena ia pikir dari segi manapun dirinya tak akan ada cocok-cocoknya dengan Gadis.
"Ehm, kayanya sih begitu ya, Mas..." ungkap Gadis dengan jujur dan wajah polosnya. Hingga Elang benar-benar tak tahu bagaimana ending hubungan perjodohan di antara dirinya dan Gadis ke depannya.
"Hhh, Bu, kenapa Gadis sama Ibu beda banget ya, kenapa anak Ibu harus kaya Gadis sih??" Elang bahkan sampai bertanya dengan terheran-heran pada Ibu Gadis.
"Nggak tau juga Ibu, Mas Elang, Gadis memang begitu anaknya, susah diomongin, bandelnya minta ampun, ngeyel lagi, jadi nanti pas sudah menikah, Ibu titip baik-baik Gadis sama kamu ya," dan justu malah balas yang begitu yang didapat Elang dari Ibu Gadis.
Hingga Elang nampak jadi kembali menghela napas panjangnya, pasrah, menyerah duluan akan calon istrinya itu.
"E-eh, Mas Elang ada tukang es krim lewat tuh, beliin satu buat Gadis ya," ucap Gadis tiba-tiba dan random sekali mendadak ingin dibelikan es krim oleh Elang.
"Beli sendiri sana," balas Elang jutek.
"Pengen dibeliin calon suami, hihihi" Gadis berkata dengan nadanya yang mencandai Elang. Hingga huek, dalam hatinya Elang ingin muntah, geli parah dengan ucapan Gadis yang baru saja itu.
"Masih lama ah, itu juga belum tentu, nggak ada yang tau apa yang bakal terjadi di depan sana," balas Elang, yang menyiratkan harapnya agar akan ada keajaiban yang membuatnya urung menikahi si Gadis pembuat ulah itu.
"Ish, pelit! Ingin es krim 10 ribuan aja Mas Elang nggak mau kasih," keluh Gadis begitu, lengkap dengan manyun bibirnya.
Hingga lagi-lagi hela napas panjang, dengan benteng kesabarannya yang dipasan Elang tinggi-tinggi agar tak emosi itu menjadi pilihannya untuk menghadapi Gadis.
'Ya Allah, semoga aku nggak jodoh sama perempuan ini, semoga aku nggak jadi nikah sama dia,'
Dalam hati Elang diam-diam membisikan doa seperti itu kepada yang maha kuasa. Saking tak maunya dirinya harus menikahi Gadis yang selalu bannyak polah dan tingkahnya.
"Ayoo, Mas, jajan," rengek Gadis sambil menarik tangan Elang.
"Hmm, iya-iya, bentar,"
***