Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
After Last Night
5.0
Komentar
31
Penayangan
1
Bab

Tentang Elizabeth Madonna dan Jack Luther. Kisah yang dimulai dari hubungan satu malam atas kehendak Jack dan tanpa persetujuan Elizabeth.

Bab 1 CHAPTER 1 | TWO PAIRS OF EYES

Tiga orang perempuan dengan memakai dress yang sama-sama berwarna hitam hanya berbeda model saja sedang menikmati malam menyenangkan di salah satu club malam ternama. Malam ini juga menjadi malam pertemuan pertama mereka setelah lama sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka masih berdiri dengan tenang bertumpu pada salah satu meja yang disediakan.

"Club ini memiliki banyak pria tampan," ujar perempuan yang memakai lingerie transparan berwarna hitam dengan tali menyilang di punggung juga potongan dada yang rendah. Perempuan itu juga mengenakan kaos kaki jaring-jaring yang berwarna senada dengan lingerienya. Dia adalah Jeje. Perempuan yang merasakan sakit setelah kepergian ayahnya yang lebih memilih bersama wanita lain. Membuatnya menjadi perempuan yang kasar, dominan, dan tidak mau ditindas oleh pria diluaran. Hal itu membuatnya sering bergonta-ganti pasangan setelah bosan melanda.

"Jangan berulah, Je. Berapa kali kamu sudah bergonta-ganti pasangan bulan ini," peringat perempuan yang memakai mini dress berstrap spageti dengan belahan di paha kirinya serta bagian punggung yang sebagian terbuka. Loove, dia adalah perempuan bebas dan berkomitmen. Memiliki satu pria yang kini berada di sisinya walaupun begitu, hubungan mereka memang tidak sehat. Perlakuan kasar kerap Loove terima. Namun, perasaan cinta membutakan segalanya membuat Loove tetap bertahan.

"Jangan menasehati orang kalau kamu sendiri masih bertahan dengan pria kasar itu," ujar Jeje yang merasa jengkel dengan pacar Loove.

"Jangan bertengkar, oke? Kita di sini untuk bersenang-senang, bukan?" sela perempuan dengan maxi dress berbelahan panjang hingga setengah pahanya juga berstrap spageti seperti milik Loove hanya saja bagian punggung tidak terbuka. Elizabeth Madonna, perempuan yang sudah hidup mandiri sejak kelas akhir di jenjang sekolah menengah, juga tidak memiliki pacar maupun gebetan sejak hubungannya selesai beberapa bulan yang lalu.

"Aku pergi," pamit Jeje berjalan menuju lautan manusia yang memenuhi lantai dansa dengan iringan musik keras yang dimainkan oleh DJ terkenal.

"Liza, aku khawatir dengannya, apa aku salah? Aku tidak ingin Tante Jeni sedih di atas sana," ujar Loove.

"Kita hanya bisa memperingatinya dan selalu ada disisinya sebagai seorang sahabat, Ve. Apapun yang terjadi kita tidak boleh saling meninggalkan," pesan Liza.

Loove pamit menyusul Jeje, sepupunya yang memiliki luka mendalam tentang masa lalu yang buruk. Liza kini sendirian menikmati mojito yang memiliki kandungan alkohol tinggi dengan menatap ke seluruh sisi area ini. Tak sengaja, mata berwarna biru milik Liza menatap kegiatan intim seorang pria dengan wanita yang duduk di pangkuannya.

Pria berkemeja hitam dengan dua kancing bagian atas terbuka juga bagian lengan yang dilipat hingga siku itu merasa diperhatikan seseorang. Selagi wanita yang duduk di pangkuannya melakukan tugasnya untuk memantik api dalam dirinya, mata segelap malam itu mengangkat melihat siapa orang yang berani menatapnya dengan lama. Liza yang mendapat tatapan bak laser di tengah remang-remang cahaya segera mengalihkan tatapannya dan pergi menyusul sahabatnya dengan membawa gelas mojito miliknya.

"Sir," lirih wanita berpakaian mini skirt berbahan jeans, berpinggang rendah yang memiliki panjang tidak sampai seperempat paha dengan bagian atas hanya menggunakan bra bermodel strapless dan sebelumnya menggunakan bra body chain.

"You are so wet," tanya pria berpakaian serba hitam dengan menyentuh area di bawah sana.

Jack Luther. Namanya sudah tidak asing lagi bagi para kaum Borjuis juga para wanita haus belaian. Jack, pria berusia akhir 29 tahun yang telah sukses di bisnis pertambangan juga pemilik beberapa kasino di wilayah Washington DC ini.

"I'm wet because of you, sir," lirihnya dengan diakhiri erangan mendayu.

Bagi Jack juga banyak orang yang lain, sex adalah kebutuhan primer yang harus selalu dilakukan. Pelepasan menyenangkan yang membuat penat seharian hilang setelah pergulatan panas di atas ranjang. Jack yang melajang tidak membuatnya kekurangan wanita dalam memenuhi nafsunya itu. Dalam setiap langkahnya, Jack selalu mendapatkan wanita yang dengan suka rela memberikan tubuh mereka untuk Jack 'cicipi' bahkan mereka akan bangga ketika Jack mau 'melakukannya' beberapa kali.

Tanpa menunggu waktu yang lebih lama, Jack membawa wanita yang berada di pangkuannya tadi menuju ke lantai atas yang berisi kamar-kamar tempat 'bermalam' yang menyenangkan. Jack memiliki kamar khusus yang tidak seorang pun bisa memasukinya. Membanting wanita yang berada di gendongannya ke atas kasur empuk hingga perempuan itu beberapa kali terguncang.

"Let's play," bisiknya di cuping wanita itu dengan diakhiri gerakan daging tak bertulang. Lidah.

___

Liza berada di batas kesadarannya dan dia seorang diri di sini karena kedua sahabatnya telah pulang. Jeje dengan membawa pria berwajah manis dan Loove yang diminta pulang oleh pacarnya. Tubuh Liza bergerak mengikuti dentuman musik yang mengguncang jantungnya. Ini menyenangkan. Sungguh.

Hingga akhirnya Liza berjalan pulang dengan sempoyongan. Tubuh kurusnya beberapa kali menabrak orang maupun benda di sekitar sini. Membuka pintu mobil yang sebelumnya tertutup membuat pemilik mobil menatap aneh dirinya.

"Apartemen," ujarnya dengan nada suara yang sudah tidak bisa di atur.

Mobil itu milik Jack, pria yang bertatapan dengan Liza tadi. Pria itu menatap dengan alis terangkat ketika Liza dengan seenaknya duduk di kursi sampingnya. Seringai jahat muncul di wajah berpahatan sempurnya miliknya. Melajukan mobil sport berwarna hitam legam dengan santai dan tangan yang menyentuh paha Liza yang terbuka.

Kediaman mewah berpagar tinggi itu terbuka secara otomatis ketika sensor yang terpasang mengenali pengemudinya. Berhenti di tangga depan pintu utama, Jack turun membawa Liza ke dalam gendongannya. Rumahnya tidak memiliki banyak orang ketika malam hari sehingga tidak ada kata sambutan seperti di pagi hingga sore hari.

Tangga berkelok membawa Jack menuju lantai dua yang juga kantai teratas rumah ini. Sebuah kamar bergaya maskulin menyambut indera penglihatan Jack. Meletakkan Liza di atas kasur mahal dan Jack pergi ke kamar mandi. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Jack membersihkan dirinya, sehingga kini dia telah keluar dengan hanya menggunakan sepotong handuk yang melingkari area pinggang ke bawah.

"Sexy," ujarnya ketika melihat Liza yang terpejam.

Beberapa waktu yang lalu ketika keduanya masih berada di dalam mobil, Liza yang dalam pengaruh alkohol dengan berani duduk di pangkuan Jack dengan menghadap laki-laki itu. Yang lebih mengagetkan, Liza melumat bibir Jack tanpa permisi namun tetap Jack sambut dengan ciuman tak kalah panas. Tangannya pun ikut bermain di bagian-bagian yang menjadi objek fantasi para pria sebelum akhirnya Liza tertidur di pangkuannya.

Kembali ke masa ini, Jack kini telungkup di atas tubuh Liza menahan bobot tubuhnya dengan salah satu tangan yang menjadi tumpuan. Tangan kanan Jack menyentuh bibir Liza yang membengkak karena lumatan kasarnya.

"So soft, seductive, and sweet," gumamnya juga pendapatnya mengenai bibir Liza.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku