Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
When the Night Comes

When the Night Comes

DAVRINA

5.0
Komentar
724
Penayangan
60
Bab

Mawar .... Bunga yang indah, namun memiliki sejarah kelam. Seorang anak menanggung sebuah kutukan. Hidupnya hampa, hingga bertemu dengan sosok yang ia cintai.

Bab 1 Awal dari Akhir dan Akhir dari Awal

Eropa, 1819

Valsea, Ibukota yang berada di Eropa Selatan. Tempat terjadinya konflik dua keluarga bangsawan. Keluarga Duke Vangelis dengan Duke Rosaceae. Mereka tak pernah akur. Apapun Event yang diselenggarakan oleh keluarga Kerajaan, dua keluarga ini pasti bersaing untuk mendapatkan gelar juara.

Saat peringatan hari berdirinya Kerajaan, diadakanlah pesta selama 3 hari. Dengan acara utama Hunting Festival. Ya, festival berburu. Dimana yang diburu bukan hewan biasa, namun makhluk-makhluk yang biasa mereka sebut monster.

Setelah terompet ditiup, maka dimulailah acara Hunting Festival itu. Perwakilan Tiap Keluarga bangsawan pun mulai menuju ke area berburu. Mereka sempat menyediakan perbekalan serta kepemilikan sendiri. Merekapun dijaga oleh pengawal yang merupakan ksatria di kediaman mereka.

Pemenang ditentukan oleh besarnya buruan yang mereka dapatkan. Waktu pun berlalu ... senja menjelang malam ... beberapa menit lagi Hunting Festival akan berakhir.

"Cih ... monster ini sedikit sulit untuk ditumbangkan."Umpat seorang pria yang terlihat berumur 30 an itu.Dia melawan makhluk itu dengan dahsyatnya. Monster bernama Manticore. Manticore adalah monster berbadan singa yang sangat besar, memiliki wajah seperti manusia dan juga ekor seperti kalajengking.T erdapat racun yang mematikan diekornya.

"La fire" Seorang pengawal merapalkan mantra dan mengarahkannya ke Manticore tersebut. Serangan bola api bertubi-tubi menghantam Manticore. Hingga berhasil memutus ekornya. Dan dengan sekali tebasan, Pria yang sedari tadi melawan Manticore berhasil menumbangkannya.

Namun ...."Manusia keji ... Kau berani mengusikku ... Terimalah kutukan ini ... Anak pertama dari keturunanmu akan bernasib tragis..." terdengar suara parau yang, menggema di kepala pria tersebut. Pria itu terdiam, terlihat seraut ekspresi ketakutan diwajahnya.

10 Tahun Kemudian ....

Suara tangis bayi yang baru lahir di wilayahRosaceae darah. Bayi laki-laki yang terlahir dari pasangan Deaf de France Rosaceae dan Kayla de Rubby Rosaceae itu diramalkan membawa kehancuran ditakdirnya. Hingga ia diberi nama tengah Olethros, yang berarti kehancuran. Dan mendapat nama Saxonde Olethros Rosaceae, yang berarti Belati Kehancuran Rosaceae. Kedua pasanganitupun sedih mendengar hal tersebut dari para pendeta agung. Mereka pun berdoa danmemohon kepada Tuhan, agar anaknya dijauhkan dari takdir yang tragis. Tuhan yang berbelas kasih langsung memberikan nama lain untuk putra pertama mereka itu. Yakni Salvatore de Olethros Rosaceae. Yang artinya Penyelamat Kehancuran Rosaceae.Kedua orang tuanya langsung bahagia. Tapi Pendeta Agung berpesan pada mereka.Untuk mendidik serta mendidik Salvatore menjadi pribadi yang baik. Pasangan Suami Istri tersebut langsung mengiyakan.

5 Tahun Berlalu ....

Salvatore tumbuh dengan didikan baik serta etika terbaik yang diberikan orang tuanya itu kini menanti kelahiran adiknya berjam-jam mereka menunggu dan akhirnya..."Oek...oek..." tangisan bayi terdengarmemecahkan ini di rumah. Salvatore beserta Ayahnya langsung menyerbumasuk ke ruangan tempat Ibunya melahirkan."Ibunda ..." "Sayang" ucap Salvatore dan Ayahnya dengan bersamaan.Kayla hanya tersenyum melihat Suami dan Putranya yang berwajah panik, cemas dan penuh harap itu. Diapun menunjukkan bayi mungil yangsedang berada digendongannya."Aah ... Cantik sekali Ibunda."ucap Salvatore."Benar sekali." sahut Kayla.Hari itu Kediaman Rosaceae, karenakedatangan seorang Putri yang sangat cantik. Namun takdir yang didapat olehnyatak secantik dirinya. Saat Pendeta Agung memberikan nama untuknya ..."Nama anak ini adalah Noxita de Devile Rosaceae. Yang berarti Mawar Putih Iblis Rosaceae." Deaf dan Kayla terkejut mendengarnya hal tersebut. Mereka pun berdoa dan memohon kepada Tuhan. Namun Pendeta Agung berkata, kalau mereka tidak bisa mendapatkan kesempatan itu untuk kedua kali.

Dengan sedih, mereka mendidik Noxita supaya jadi anak yang baik.Hari berganti hari. Tahun pun telah berlalu. Noxita kini berumur 13 tahun. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. kulitnya yang putih bak mawar putih.Rambut hitam legam yang dibuat berbeda dengan orang pada zamannya. Senyumnya yang manis disertai dengan bibir merah merona. Bola mata berwarna merah cerah yang berbinar penuh dengan kebahagiaan. Sifatnya yang lembut dan anggun. Membuat semua orang melirik ke arahnya. Dia sedang mengawasi ketiga Adiknya yang sedang bermain di taman Rosaceae.Noxita sedang duduk sambil membaca buku, tiba-tiba teralihkan saat mendengar suara....

"Kakak ... Ayo kita main." Ucap seorang gadis berumur 8 tahun, bernama Lily saat menghampiri Noxita. Dibelakangnya terlihat sepasang anak kembar Diego dan Lizzie yang selalu mengekor Lily. Setelah kelahiran Noxita. 5 tahun kemudian Lily de Diamond Rosaceae lahir. Yang disusul oleh Diego de Spinel serta Lizzie de Serunai Rosaceae 5 tahun berikutnya.

"Um ... Baiklah, kalian mau main apa?" Noxita bertanya seraya meletakkan buku yang dipegangnya.

"Bunga"

"Unga" jawab mereka serempak. Noxita tersenyum melihat tingkah Adik-adiknya itu."Oke" Ucapnya sambil menggenggam tangan Lily, Lily genggaman tangan Diego, genggaman tangan Diego Lizzie. Mereka berempat menuju ke area taman dengan bunga yang bisa dipetik. Keempatnya duduk di atas rerumputan dan mulai membuat mahkota bunga dengan riang Hingga...

"Aduh?!" Lily sangat luar biasa, karena dia mengambil sebuah mawar merah yang penuh duri.

Noxita yang mendengar Lily mengatakan aduh pun, langsungmendekatinya."Ada apa sayang?" Tanya Noxita dengan lembut sambil pegang pipi Adiknya itu."Lily sakit Kak." Ucap gadis kecil berusia 8 tahunsambil menunjukkan jarinya yang mulai berdarah.Saat darah melihat. Noxita awal, ada rasa haus yang kuat bergejolak dalam jiwanya. Nafasnya mengejar. Mata yang tadinya berwarna merah berubah menjadi abu abu. Kedua taringnya agak memanjang. Hampir saja dia menyerang Adiknya, namun ia tahan dan segera beranjak."Maaf ... Kakak tiba-tiba tidak enak badan..." Ucapnya sambil berlari ke dalam Mansion. Dia terus berlari sambil menutup mulutnya dengan tangan kanan. Sampai masuk ke kamarnya.Kayla yang diberitahu Lily, langsung menuju ke kamar Noxita setelah mendengarkan ceritanya.

tok ... tok ....

"Noxita, sayang. Buka pintunya. Ibu mau masuk." pinta Ibunya dengan lembut."Hanya Ibu. Yang lain tak boleh." ujar Noxita dengan suara yang agak parau."Kamu kenapa sayang?" tanya Kayla sembari mendekati Noxita, lalu duduk di sampingnya.Noxita yang duduk meringkuk di atas tempat tidur itu masih saja membenamkan wajahnya di kedua lututnya. Menolak untuk dilihat sang Ibu."Kenapa sayang?" ucap sang Ibu sambil mengusap rambut hal itu."Aku merasa aneh, Bu." Noxita pun membocorkan wajah Ibunya. Ibunya hanya bisa kaget dan kaget melihat warna mata Noxita berubah, terlihat gigi taring yang mencuat, dan kulitnya semakin bertambah pucat."Tak apa sayang, ada Ibu disini. Dan kami tak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi." Kayla memeluk dengan perlahan sambil membelai kepala putrinya.

Di tempat lain ....

Wilayah Tanzanite. Sebuah wilayah yang terkenal dengan perkebunan mawar hitamnya. Serta daerah yang makmur, karena hasil pertanian yang subur dan melimpah.Juga terkenal karena dipimpin oleh seorang Duke yang tampan serta berwibawa. Dia sangat tegas dalam hal apapun, meski kepada anak-anak. Ia adalah Kendrick de Roosevelt Vangelis beserta sang Istri Cecile de Roosevelt Vangelis. Mereka berdua memimpin serta mengatur wilayahnya dengan adil dan bijaksana. Briallen de Roosevelt Vangelis, Putra pertama Duke Vangelis. Seorang pria yang memiliki rambut berwarna hitam kelam seperti pekatnya malam. Mata biru saphire yang kadang terlihat seperti langit. Sifatnya lembut, tegas, ahli berpedang serta menurutnya keluarga adalah hal yang utama. Briallen sangat menyayangi Adiknya yang beda 5 tahun darinya, Briallan de Roosevelt Vangelis. Tahun ini Briallen berusia 13 tahun dan dia akan memulai debutnya di dunia Bangsawan.

"Kakak... ayo main." pinta Briallan.

"Mari, Alan." Briallen pun mengiyakan dan mereka berdua keluar untuk bermain di taman.

"Kakak, Allan mau seperti Kakak. Allan mau jadi hebat seperti Kaka." kata Allan dengan polosnya. Briallen yang terkejut mendengar hal itu, tersenyum dan mengusap rambut adiknya."Kalau begitu Allan harus makan yang banyak, biar tumbuh besar. Sayurannya juga dimakan." kata Briallen."Aa ... Sayuran ...." jawab Allan agak merengek."Pfft ..." Briallen tertawa, karena tau kalau adikkecilnya itu tak suka sayuran. Mereka pun bermain bersama, hingga Allan tertidur dipangkuan Kakaknya. Segera Briallen adiknya masuk ke Mansion, dan membaringkan Allan di tempat tidurnya.

Beberapa bulan berlalu ....

Briallen saat ini sedang menghadiri sebuah pesta dansa yang diselenggarakan oleh Keluarga Kerajaan untuk merayakan penobatan Putra Mahkota. Setelah memberi salam serta ucapan selamat kepada Yang Mulia. Briallen yang merasa sumpek keluar menuju taman untuk menikmati udara segar. Ia pun berjalan selama perjalanan sembari mencari tempat duduk. Saat akhirnya menemukan tempat duduk, besar-besaran. Karena melihat sesosok gadis yang sedang termenung membocorkan Bulan. Gadis berambut hitam keunguan itu seketika menoleh saat merasa dirinya ditatap. Dia hanya tersenyum melihat seorang pria yang melihatnya. Briallen tersipu malu, karena merasa tidak sopan melirik seorang gadis.

"Maaf, bolehkah saya duduk disini?" Tanya Briallen dengan sopan."Silakan." gadis itu mempersilakan Briallen untukduduk suara lembut gadis itu membuat jantung berdebar kencang."Ah? Maafkan atas ketidaksopanan saya. Perkenalkan, nama saya Noxita de Devile Rosaceae." gadis itu langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya."Saya Briallen Roosevelt Vangelis, Senang bertemudengan anda, Lady Rosaceae." Briallen memperkenalkan dirinya juga."Saya juga Tuan Vangelis." Noxita tersenyum. Yang mana membuat Briallen serasa dihujam dari anak panah ke hati.Mereka berdua kemudian duduk di kursi taman bersama. Dan hanya mengungkapkan Bulan serta menikmati suasana. Hingga Noxita terlihat agak gemetar karena udara yang semakin dingin. Briallen yang tahu hal itu, melepas jas nya dan meletakkannya di pundak Noxita."Udaranya dingin, lebih baik kita kembali ke dalam."Ajak Briallen yang telah berdiri dari duduknya, sembari mempengaruhi pihak untuk membantu Noxita berdiri. "Terima kasih, Tuan. Tapi ini saja sudah cukup." Noxita berdiri sambil tetap mengenakan jas Briallen seraya masuk ke ruangan pesta, salam uluran tangan pemuda itu.Briallen duduk kembali di kursi, sampai ia rasa cukup. Saat detak jantungnya telah kembali normal. Dan masuklah ia ke ruang pesta. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menemukan gadis tadi sedang makan kue bersama beberapa anak kecil. Dilihatnya jas yang dipinjamkannya tadi sudah tak berada di pundak sang gadis."Yaa ... Didalam sini pengap. Mana mungkin dia kenakan terus, kan?" batinnya.Pesta berlangsung dengan elegan. Tiba saat dansa dimulai, Briallen mendekati Noxita dan mengajaknya untuk berdansa satu lagu. Noxita pun menerima ajakannya dan menggenggam tangan Briallen. Mereka berdua berdansa dengan elegan dan terlihat sangat serasi. Semua mata melihat mereka berdansa. Setelah lagu selesai dan Briallen Noxita saling memberi rasa hormat. Semua tamu undangan memberikan tepuk tangan dan memuji mereka berdua. Namun terlihat di suatu pojokan, seorang laki-laki bermata merah yang kesal melihat pemandangan itu. Ia beranjak dari tempatnya dengan ekspresi marah.

Seminggu kemudian ....

Di sebuah toko buku yang ada di ibukota, terlihat Noxita sedang mencari buku yang ingin dia beli. Pintu depan toko terbuka, terlihat pemuda yang memakai pengaturan warna navy memasuki toko buku. Diedarkan pandangannya, hingga mendarat di sosok Noxita. Merasa beruntung karena bertemu kembali dengannya di tempat ini, Briallen pun menghampirinya."Selamat siang, Bu. Kita bertemu lagi." Ucapan Briallen mengagetkan Noxita."Maaf telah mengejutkanmu, My Lady." Ucapnya sembari membantu memungut buku yang akan dikeluarkan Noxita."Ah? Tak apa, Tuan." ucap Noxita yang masih agak terkejut."Ah iya ... saya mau mengembalikan jas yang Pak pinjamkan. Tapi sekarang saya tidak membawanya. Apakah kita bisa bertemu disuatu tempat? Supaya saya bisa mengembalikannya?" Imbuh Noxita sambil tersipu malu."Bisa, dua hari lagi. Di taman Delphinidin, jam 2 siang." Ucapnya."Baik, Tuan. Terima kasih banyak." Noxita tersenyum sambil membawa buku yang ia pegang ke penjaga toko. Briallen hanya dengan berlalu sambil sedikit tersenyum. Yang kemudian kembali ke wajah datarnya. Dua hari berikutnya. Mereka berdua pun bertemu ditaman Delphinidin. Noxita mengembalikan jas yang ia pinjam ditambah beberapa cookies buatannya sendiri."Terima kasih telah meminjamkan jas Anda, Tuan dan ini cookie yang saya buat. Semoga cocok dengan selera Anda." Briallen agak terkejut, karena baru kali ini bertemu seorang gadis Bangsawan yang membuat cookies.

"Terima kasih juga untuk cookiesnya. Nona ... Maukah Anda menjadi Kekasih saya?" Ungkap Briallen dengan spontan. Walau Briallen keceplosan, tapi dia tetap stay cool.

"...?" Noxita hanya bisa terkejut dan tersipu malu."Maaf, jika ini benar dan juga kita baru bertemu beberapa kali." ucapnya lagi dengan pipi yang sudah bersemu merah jambu."Ah? Maaf. Bukan begitu ... Tuan, saya bahagia mendengar ajakan Anda." Jawab Noxita dengan panik."Jadi ... Sekarang kita sepasang kekasih?" Tanya Briallen memperjelas."Iya, Tuan." Noxita menunduk karena wajahnya yang merah padam."Kalau begitu, jangan panggilku 'Tuan' lagi. ucapkan Briallen sambil mendekat ke Noxita."Lalu...?" Noxita mendongak dan melihat wajah yang rupawan itu sedang melihat wajah dengan lekat."Panggil aku Allen, Xita." ucap Briallen sambil mengusap pipi Noxita."Allen ...." ucap Noxita agak ragu."Iya Xita. Xita milikku dan aku milikmu." Briallen berkata sambil mencium rambut Noxita yang ia genggam.

Beberapa tahun berikutnya ....

Mayat dimana-mana. Dari yang tua hingga anak-anak. Sebuah pemandangan yang terlihat sesosok laki-laki yang sedang tertawa menyerang orang tak berdosa, sambil meneriakkan."Monster ... kan kubunuh kau ... Hahaha ...." Teriaknya. Briallen yang tiba setelah menyambut menuju ke wilayah Blood Rosaceae, sedang menyajikan pemandangan yang mengerikan dihadapannya. Tak kuasa menahan amarah yang bergejolak dihatinya. Dengan cepat ia menyerbu lelaki bermata merah yang sedang memasang ekspresi gila. Tangannya sedang memegang pedang yang menancap di dada gadis yang Briallen cintai.Serangan demi serangan ditangkis oleh laki-laki itu. Pipi Briallen sempat tersabet pedangnya. Lelaki bermata merah dengan rambut hitam itu mulai membalas serangan Briallen. Namun Briallen berhasil menangkisnya. Hingga Briallen berhasil menebas tangan lelaki itu. Pedangnya pun terjatuh. Dan tanpa ampun, Briallen menyerang langsung. melihat lawannya yang sudah tidak bergerak, Briallen berlari ke arah gadis yang ia cintai.

"Xita ...!" Dengan perlahan Briallen memeluk gadis itu.

"Ah ... All... Len..." Ucap Noxita dengan terbata sambil berusaha untuk tersenyum."Jangan banyak bicara, Xita. Aku akan menyelamatkanmu." Allen mulai menangis."Jangan menangis Allen ... Aku sudah tidak punya banyak waktu lagi ..." Tangan Noxita mengusap pipi Briallen."Xita ... Akan kutemukan dirimu, walau harus menerjang segala yang ada di dunia ini. Walau butuh waktu berabad-abad pun. Takkan kubiarkan kau menderita sendiri." Ucap Briallen."Te ... ri ... ma ... ka ... sih ... Al ... Lee ... n ..." Tangan Noxita berbaring. Briallen merasa dunianya hancur seketika, saat melihat gadis yang dicintainya tiada.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku