When the Night Comes
pa,
Keluarga Duke Vangelis dengan Duke Rosaceae. Mereka tak pernah akur. Apapun Event yang diselen
Dengan acara utama Hunting Festival. Ya, festival berburu. Dimana yang dibu
ga bangsawan pun mulai menuju ke area berburu. Mereka sempat menyediakan perbekalan serta k
apatkan. Waktu pun berlalu ... senja menjelang malam .
wan makhluk itu dengan dahsyatnya. Monster bernama Manticore. Manticore adalah monster berbadan singa yang sangat
erangan bola api bertubi-tubi menghantam Manticore. Hingga berhasil memutus ekornya. Dan
rtama dari keturunanmu akan bernasib tragis..." terdengar suara parau yang, menggema di
n Kemud
ethros Rosaceae, yang berarti Belati Kehancuran Rosaceae. Kedua pasanganitupun sedih mendengar hal tersebut dari para pendeta agung. Mereka pun berdoa danmemohon kepada Tuhan, agar anaknya dijauhkan dari takdir yang tragis. Tuhan yang berbelas kasih langsung memberikan nama lain untuk putra pe
n Berl
dengan bersamaan.Kayla hanya tersenyum melihat Suami dan Putranya yang berwajah panik, cemas dan penuh harap itu. Diapun menunjukkan bayi mungil yangsedang berada digendongannya."Aah ... Cantik sekali Ibunda."ucap Salvatore."Benar sekali." sahut Kayla.Hari itu Kediaman Rosaceae, karenakedatangan seorang Putri yang sangat cantik. Namun takdir yang didapat
tih.Rambut hitam legam yang dibuat berbeda dengan orang pada zamannya. Senyumnya yang manis disertai dengan bibir merah merona. Bola mata berwarna merah cerah yang berbinar penuh dengan kebahagiaan. Sifatnya yang lem
erlihat sepasang anak kembar Diego dan Lizzie yang selalu mengekor Lily. Setelah kelahiran Noxita. 5 tahun kemudian
n apa?" Noxita bertanya seraya
un
ngan Lily, Lily genggaman tangan Diego, genggaman tangan Diego Lizzie. Mereka berempat menuju ke area taman dengan
sa, karena dia mengambil sebu
hat. Noxita awal, ada rasa haus yang kuat bergejolak dalam jiwanya. Nafasnya mengejar. Mata yang tadinya berwarna merah berubah menjadi abu abu. Kedua taringnya agak memanjang. Hampir saja dia menyerang Adiknya, namun ia tahan dan segera beranjak."Maaf ...
.. to
di atas tempat tidur itu masih saja membenamkan wajahnya di kedua lututnya. Menolak untuk dilihat sang Ibu."Kenapa sayang?" ucap sang Ibu sambil mengusap rambut hal itu."Aku merasa aneh, Bu." Noxita pun membocorkan wajah Ibunya. Ibunya hanya bisa kaget dan kage
pat la
ick de Roosevelt Vangelis beserta sang Istri Cecile de Roosevelt Vangelis. Mereka berdua memimpin serta mengatur wilayahnya dengan adil dan bijaksana. Briallen de Roosevelt Vangelis, Putra pertama Duke Vangelis. Seorang pria yang memiliki rambut berwarna hitam kelam seperti pekatnya malam. Mata biru saphi
o main." pin
engiyakan dan mereka berdua
tu Allan harus makan yang banyak, biar tumbuh besar. Sayurannya juga dimakan." kata Briallen."Aa ... Sayuran ...." jawab Allan agak merengek."Pfft ..." Briallen tertawa, karena tau kalau a
bulan ber
mpek keluar menuju taman untuk menikmati udara segar. Ia pun berjalan selama perjalanan sembari mencari tempat duduk. Saat akhirnya menemukan tempat duduk, besar-besaran. Karena melihat sesosok gadis yang sedang termenung mem
ra yang semakin dingin. Briallen yang tahu hal itu, melepas jas nya dan meletakkannya di pundak Noxita."Udaranya dingin, lebih baik kita kembali ke dalam."Ajak Briallen yang telah berdiri dari duduknya, sembari mempengaruhi pihak untuk membantu Noxita berdiri. "Terima kasih, Tuan. Tapi ini saja sudah cukup." Noxita berdiri sambil tetap mengenakan jas Briallen seraya masuk ke ruangan pesta, salam uluran tangan pemuda itu.Briallen duduk kembali di kursi, sampai ia rasa cukup. Saat detak jantungnya telah kembali normal. Dan masuklah ia ke ruang pesta. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menemukan gadis tadi sedang makan kue bersama beberapa anak kecil. Dilihatnya jas yang dipinjamkannyau kemud
membantu memungut buku yang akan dikeluarkan Noxita."Ah? Tak apa, Tuan." ucap Noxita yang masih agak terkejut."Ah iya ... saya mau mengembalikan jas yang Pak pinjamkan. Tapi sekarang saya tidak membawanya. Apakah kita bisa bertemu disuatu tempat? Supaya saya bisa mengembalikannya?" Imbuh Noxita sambil tersipu malu."Bisa, dua hari lagi. Di taman Delphinidin, jam 2 siang." Ucapnya."Baik, Tuan. Terima kasih banyak." Noxita tersenyum sambil membawa buku yang ia pegang ke
da menjadi Kekasih saya?" Ungkap Briallen dengan sponta
anik."Jadi ... Sekarang kita sepasang kekasih?" Tanya Briallen memperjelas."Iya, Tuan." Noxita menunduk karena wajahnya yang merah padam."Kalau begitu, jangan panggilku 'Tuan' lagi. ucapkan Briallen sambil mendekat ke Noxita."Lalu...?" Noxita mendongak dan melihat
ahun berik
mengerikan dihadapannya. Tak kuasa menahan amarah yang bergejolak dihatinya. Dengan cepat ia menyerbu lelaki bermata merah yang sedang memasang ekspresi gila. Tangannya sedang memegang pedang yang menancap di dada gadis yang Briallen cintai.Serangan demi serangan ditangkis oleh laki-laki itu. Pipi Briallen sempat tersabet pedangn
perlahan Briallen
nya banyak waktu lagi ..." Tangan Noxita mengusap pipi Briallen."Xita ... Akan kutemukan dirimu, walau harus menerjang segala yang ada di dunia ini. Walau butuh waktu berabad-abad pun. Takkan kubiarkan ka