Di kehidupan sebelumnya, Madeline telah mati karena dikhianati oleh suami yang paling dia cintai dan adik yang paling dia percaya. Dua orang yang paling berharga dalam hidupnya, bersatu dan menghancurkannya. Jantungnya digali, anaknya dibunuh, wajahnya dirusak, dia mati dalam keadaan tragis. Namun, rupanya Tuhan masih berbaik hati dan memberikan Madeline kesempatan untuk membalaskan segala dendam dan rasa sakit. Kembali ke masa lalu, Madeline bersumpah untuk menghabisi semua musuh-musuhnya. Dia telah berubah dari gadis bodoh menjadi seorang dewi yang dipu ji-puji oleh banyak orang. Penggemarnya berjejer rapih dari ujung ke ujung. Lalu kemudian seorang pria yang sangat tampan dan paling berkuasa di negara A menekankannya ke sudut dan berkata, "Istri apapun yang kau mau, aku akan melakukannya untukmu."
Tubuh Madeline gemetar saat melihat dua orang berlainan jenis itu tengah bercumbu panas dihadapannya.
Jika mungkin kedua orang yang tengah bercumbu itu adalah orang lain, mungkin Madeline akan biasa saja. Akan tetapi dua orang berbeda jenis tersebut jelas-jelas adalah suami dan juga adik tirinya sendiri.
Tanpa sadar, ia menjatuhkan sebuah kotak bekal sehingga suaranya dapat menghentikan aktivitas dua orang tersebut, dan dengan kompaknya mereka menoleh ke sumber suara, seolah ingin mengetahui siapa yang berani-beraninya menganggu kegiatan mereka.
"Kakak, i-ini tidak seperti yang Kakak kira." Irene buru-buru melepaskan pelukan Javis dari tubuhnya, lalu kemudian ia merapihkan baju yang berantakan akibat ulah tangan Javis barusan.
Sementara Javis sendiri masih mempertahankan wajah tenangnya, dia tidak merasa bersalah sama sekali setelah tertangkap basah tengah berselingkuh dengan adik iparnya sendiri.
Madeleine menatap Javis dengan pandangan marah, dia berjalan cepat dan menghampiri pria itu. "Javis cepat katakan sesuatu kepadaku! Hal yang baru saja kulihat barusan itu tidak benar bukan?" tanya wanita berambut panjang tersebut dengan suara yang gemetar menahan tangis.
"Sayangnya kau lihat barusan adalah kebenaran Maddy, baguslah kau sudah mengetahuinya jadi mulai sekarang aku dan Irene tidak perlu lagi berpura-pura dihadapanmu," ucap Javis santai, pria itu malah menunjukkan senyum puasnya kala melihat wanita yang berada dihadapannya kini mulai menangis.
Madeline menatap Javis tak percaya, air mata mengalir begitu saja dari kedua mata indahnya. Dia tidak pernah menyangka bahwa suatu hari lelaki yang paling dia cintai akan tega mengkhianatinya, suami yang selama ini Madeline pikir akan selalu setia dan menjaganya ternyata kini berselingkuh dibelakangnya, dan yang lebih parahnya lagi dia berselingkuh dengan Irene-adik tiri Madeline.
"Apa maksudmu? Kau tidak merasa bersalah setelah apa yang kau lakukan padaku?" tanya Madeline seraya menatap Javis sendu.
Madeline berbalik, dia menatap irene penuh amarah sekaligus kebencian, Madeline telah mempercayakan semuanya pada Irene. Dia telah menganggap Irene seperti adik kandungnya sendiri, akan tetapi apa ini? Irene telah berselingkuh dengan suaminya.
Madeline menghampiri wanita cantik tersebut, lalu tanpa aba-aba dia langsung menampar Irene kuat sehingga meninggalkan jejak kemerahan di pipi mulus wanita cantik berambut pirang itu.
Irene memegang pipinya yang ditampar oleh Madeline, dia menatap Madeline tajam.
"Kurang ajar! Beraninya wanita bodoh sepertimu menamparku!" Irene berteriak marah, lalu kemudian dia membalas tamparan Madeline kuat.
Baru saja Madeline akan kembali membalas tamparan Irene dengan hal yang lebih gila, Javis buru-buru datang dan mendorong Madeline hingga terjatuh.
Lelaki itu menatap Madeline penuh kebencian, kemudian dia segera menghampiri Irene dan membawa wanita itu kepelukannya, seakan menenangkan Irene yang kini mulai meringis kesakitan.
Sementara Madeline yang melihat pemandangan didepannya mendadak kaku, jantungnya serasa di remas seat melihat suaminya sendiri bermesraan dengan wanita lain. Madeline sungguh tidak menyangka dua orang yang paling dia percaya dalam hidupnya kini berkhianat.
"Madeline berani sekali kamu melukai Irene! Kau begitu menjijikan Madeline," ucap Javis dengan penuh penekanan.
Sedangkan Madeline yang mendengar ucapan Javis kembali mengeluarkan air matanya. Padahal niat awal dia datang ke kantor Javis adalah ingin memberitahukan perihal kehamilannya pada lelaki itu. Akan tetapi Madeline tidak pernah menyangka setelah sampai dia melihat hal yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
"Penjaga cepat atur wanita itu!" Javis menyuruh pada bawahannya yang sedari tadi berdiam diri di sudut ruangan.
Lantas tak lama, tiga orang pria berbaju hitam mendatangi Madeline dan mencekal kuat pergelangan tangan wanita berambut panjang itu. Madeline ingin memberontak dan membebaskan diri akan tetapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan tiga orang berbadan besar tersebut.
Salah satu dari tiga pria itu mulai mengeluarkan sebuah suntikan, lalu kemudian Madeline dibius hingga tak sadarkan diri.
"Bawa wanita itu ke tempat yang sudah disediakan," ucap Javis yang diangguki oleh ketiga bawahannya.
"Sebentar lagi Madeline akan musnah, aku senang sekali. Kau memang yang paling terbaik sayang. Setelah ini, kita tidak perlu berpura-pura lagi." Irene berkata manja pada Javis, dia semakin mempererat pelukannya pada tubuh kekar lelaki itu.
"Ya apapun untukmu sayang," ucap Javis lembut seraya mencium sekilas bibir Irene.
***
Ruangan steril serba putih itu nampak sunyi, bau obat-obatan menguar dari dalam.
Terlihat seorang gadis yang sangat cantik tengah terbaring lelap di ranjang rumah sakit, bibir pucatnya tidak mengurangi kecantikan sang gadis, ia tampak seperti putri tidur yang diceritakan dalam dongeng.
Bulu mata lentik itu perlahan mengerjap, mata yang terpejam itu perlahan terbuka. Terlihat mata bulat yang sangat indah milik sang gadis.
Madeline merasakan rasa pusing yang menyerangnya, melihat ke samping, dia melihat Irene yang kini berdiri seraya tersenyum manis kearahnya.
"Hai Kakakku, tersayang," katanya dengan nada ramah.
Suaranya begitu renyah dan merdu, bagai lantunan lagu yang indah dan menenangkan.
Madeline menatap Irene benci dia masih ingat hal apa yang dia lakukan dengan Javis barusan.
"Untuk apa kau di sini? Pergi sana wanita tak tau malu!" Madeline berteriak dia mulai kehilangan akal dan melemparkan Irene dengan bantal, guling dan benda apapun yang berada disekitarnya.
"Hei hentikan tingkahmu, wanita gila!" Irene mundur ketakutan, dia begitu takut kala melihat Madeline yang mulai kehilangan akal. Namun, untungnya Javis segera datang dan memarahi Madeline.
"Apa yang kau lakukan Madeline? Kau sudah gila?!" Javis menatap Madeline tajam, yang dibalas oleh wanita itu tak kalah tajam.
"Ya aku gila Jav! Kau dan Irene yang membuat aku seperti ini!" Madeline kembali berteriak. "Kau mengkhianati ku Jav! Kau mengkhianati cinta kita!" lanjutnya sekali lagi, hatinya sakit, dia mencintai suaminya ini dengan sangat, tapi suaminya malah berselingkuh dengan adik tirinya sendiri.
Javis nampak tertawa kala mendengar ucapan Madeline. "Cinta? Aku bahkan tidak pernah mencintaimu Maddy, dari awal sampai akhir wanita yang aku cintai adalah Irene, kami hanya membutuhkan jantungmu untuk menyembuhkan penyakit Irene," ucap Javis dengan jujur. Dari awal, dia tidak pernah tertarik dengan wanita bodoh dan membosankan seperti Madeline.
Dia hanya berpura-pura hanya untuk mendapatkan jantung yang dimiliki oleh Madeline, untuk menyembuhkan penyakit jantung Irene. Salahkan Madeline yang begitu bodoh karena masuk ke dalam pesonanya.
Mendengar ini, tubuh Madeline membeku. Seluruh badannya gemetar setelah mendengar fakta yang diucapkan oleh Javis. "Jadi selama ini kalian hanya memanfaatkan aku? Kalian telah merencanakan semua ini untuk menghancurkan aku?" tanya Madeline seakan tak, percaya. Otaknya mendadak blank.
"Sayang sekali kau begitu bodoh kak, dari dulu Jav hanya mencintaiku kak. Dia tidak pernah mencintaimu, Jav selalu bilang padaku betapa menjijikannya harus berpura-pura mencintaimu. Tapi demi aku, Jav mau melakukan semuanya." Irene menjawab sambil, menyeringai menyeramkan.
"Dan kau tahu kak? Kau telah membunuh orang yang mencintaimu dengan tulus. Biar kuberi tahu, kecelakaan sebulan lalu itu aku dan Jav yang membuatnya. Kami ingin kau cepat mati, agar kami tidak berpura-pura lagi. Tapi, sialnya kau masih selamat karena Kevlan menyelamatkanmu. Dia mati karena menyelamatkan hidupmu. Tapi lucunya, kau malah menyalahkan Kevlan dan berpikir bahwa Kevlan adalah orang yang sudah merencanakan semuanya. Dan setelah Kevlan mati bukannya sedih, kau malah senang karena tidak ada lagi pria yang mengejar-ngejarmu seperti orang yang kehilangan akal, kau berpesta dengan cara meminum banyak alkohol kak," lanjut Irene yang membuat hati Madeline seakan nyeri mendengar hal ini.
Sejujurnya, setelah kematian Kevlan, Madeline merasakan sedih dihatinya, dia meminum banyak alkohol hanya agar dia bisa melupakan kesedihannya, bukan malah bersenang-senang setelah Kevlan.
Madeline menatap dua orang itu dengan emosi yang meluap-luap. "Kalian kejam, kalian Iblis! Aku tidak akan pernah memberikan jantungku pada Irene! Tidak akan pernah, aku tidak sudi!" Madeline, kembali berteriak secara histeris, dia menunjuk dua orang itu dengan penuh kebencian.
Wanita itu berjuang untuk turun dari tempat tidur, tapi seluruh tubuhnya lemas dan tidak berdaya. Dia benar-benar tidak lagi memiliki kekuatan hanya untuk sekedar bergerak.
"Hahahaha Maddy yang bodoh! Kau bahkan akan segera mati! Bermimpi lah, untuk bisa kabur, karena jantung itu ditakdirkan menjadi milikku! Semua yang kau miliki ditakdirkan untuk menjadi milikku Maddy, hahaha." Irene tertawa bahagia saat melihat wajah tak berdaya Madeline.
Sedangkan Madeline, yang mengingat tentang janin yang ada di dalam perutnya. Memiliki keinginan kuat untuk hidup. Dia tidak ingin bayi yang ada di dalam kandungannya, mati bahkan sebelum melihat dunia.
"Tidak jangan bunuh aku Jav! Aku mohon, aku hamil anakmu Jav! Aku mohon biarkan dia untuk hidup, dia bahkan belum melihat dunia ini! Aku mohon, jangan bunuh aku karena ada bayi dalam kandunganku." Madeline memohon dengan sungguh-sungguh pada Javis dan Irene, dia mengusapkan pelan perutnya. Seakan menguatkan bayi dalam kandungannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Namun, Javis bukannya senang karena akan menjadi ayah, dia menatap Madeline dengan jijik. "Aku tidak sudi memiliki anak dengan wanita sepertimu! Anak itu harus mati! Karena aku hanya ingin anak dari Irene!" balas Javis yang membuat seluruh tubuh Madeline kembali gemetar.
"Kau gila Jav! Kau boleh membenciku tapi kau tidak bisa membenci bayi ini, biar bagaimanapun bayi ini adalah anakmu! Kau tidak bisa membunuhnya seperti ini!" Madeline, bahkan sudah menangis kali ini. Air mata meluruh dari kelopak mata indahnya.
Mengapa? Mengapa Dia begitu bodoh dan terpesona dengan Iblis yang ada dihadapannya ini.
"Aku tidak peduli, karena kau dan anak dalam kandunganmu itu benar-benar menjijikan!"
Setelah mengatakan itu Javis segara mengajak Irene untuk keluar. Saat keluar, Irene sempat berbalik dan menunjukkan senyum penuh kemenangan pada Madeline.
"Javis, Irene. Kalian akan menyesal! Aku bersumpah untuk membunuh kalian!" Madeline terus berteriak, mengutuk Javis dan Irene secara bergantian.
Tak lama, datang orang-orang berjas Dokter masuk ke dalam ruangan Madeline.
Melihat hal ini, tentu Madeline sangat panik.
"Tidak, jangan! jangan bunuh aku dan anakku! Aku mohon tolong!" Dia kembali memohon sambil menangis, tapi orang-orang itu bahkan tidak mempedulikannya. Sekuat tenaga Madeline memberontak, tapi semuanya percuma. Tubuhnya lemas, seakan tidak memiliki tenaga.
Para Dokter yang sudah dibayar oleh Javis itu dengan segera menyuntikkan obat bius pada Madeline.
Di detik-detik terakhir, sebelum Madeline menutup matanya, dia bersumpah jika ada kehidupan lainnya, atau kehidupan selanjutnya. Dia akan membunuh bajingan dan pelacur itu dengan kedua tangannya sendiri.