⚠ warning 21+ content Arabella Devana, seorang wanita cantik berwajah oriental yang sangat terkenal di sebuah rumah pelacuran paling bergengsi di kota London. Sejak berusia 14 tahun, Arabella telah di jual oleh ayahnya ke rumah pelacuran itu. Semua orang mengenal kecantikan yang ia miliki, namun selama bertahun-tahun tak pernah ada yang bisa mendapatkan dirinya untuk menghangatkan ranjang mereka. Setiap orang yang ingin memiliki dirinya selalu berakhir dengan sebuah kesialan, Arabella selalu bisa meloloskan diri sebelum para pria hidung belang itu berhasil menyentuh dirinya. Pada akhirnya tak ada seorang pun yang berani mengusiknya untuk memuaskan hasrat terlarang yang mereka miliki, namun semua kemudian berubah ketika kehadiran seorang pria angkuh dan dingin yang muncul dan berhasil membuat tubuh Arabella membeku di pertemuan pertama mereka. Apakah yang akan terjadi pada kehidupannya selanjutnya? Tak pernah ada yang bisa mengetahuinya.
[Tap tap tap]
Suara langkah kaki terdengar di sebuah gang sempit menuju ke area perumahan kumuh ditepi kota London, terlihat seorang gadis berseragam Junior High School sedang berlari di sepanjang gang ke arah perumahan kumuh. Wajahnya terlihat memancarkan kekhawatiran dan juga rasa takut yang sangat kentara, sesekali ia menggigit bibir bawahnya untuk menetralisir rasa takut dalam dirinya.
Langkah kakinya terus membawanya menelusuri gang hingga kemudian ia tiba di depan sebuah rumah sederhana, ia berhenti di depan rumah dan menetralkan nafasnya sekejap. Setelah ia merasa sedikit tenang, ia perlahan berjalan memasuki rumah tersebut. Jantungnya terass berdebar memikirkan apa yang mungkin akan terjadi padanya, ia terus berjalan dan berencana untuk langsung masuk ke dalam kamarnya. Namun ketika ia akan menyentuh gagang pintu, tiba-tiba saja terdengar suara seseorang dari belakangnya.
Dengan pelan ia berbalik dan mendapati ayahnya sedang berdiri di belakangnya, wajah pria itu terlihat masam dan menampilkan kemarahan. "Dari mana saja kau hingga baru pulang di jam seperti ini? Apa kau menjual tubuhmu?"
Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap tak percaya pada sang ayah, ia berpikir bagaimana bisa ayah yang membesarkan dirinya mengeluarkan ucapan seperti itu. Dengan terbata-bata ia menjelaskan bahwa ia pulang terlambat karena ia mengambil pekerjaan sampingan di sebuah cafe, ia juga mengatakan bahwa ia melakukan itu agar bisa membayar biaya sekolahnya yang telah tertunggak.
Mendengar bahwa putrinya telah mengambil langkah untuk bekerja, pria itu menyeringai lalu dengan tanpa malu meminta uang dari sang putri. Ia mengatakan bahwa gadis itu harus menyerahkan uang hasil bekerjanya dan tak perlu membayar uang sekolah lagi, hal itu membuat gadis manis itu menolak dengan tegas.
"Tidak yah, aku masih ingin bersekolah. Aku bekerja karena ayah tak pernah mau lagi membiayai sekolahku, aku tak bisa memberikan uang yang ku punya untuk ayah," ujarnya dengan tegas.
Melihat penolakan dari gadis itu, sang ayah pun murka dan menampar dirinya. Pria itu mendorong putrinya itu dan kemudian melepaskan ikat pinggangnya, dengan tanpa belas kasihan pria itu melecutkan ikat pinggangnya dan mencambuk tubuh ringkih sang putri.
[Ctarr ctarr]
Suara cambukan memenuhi rumah sederhana itu, tanpa ampun pria itu memukuli putrinya dan tak peduli akan rasa sakit yang kini ditahan oleh putri manisnya itu.
Cambukan demi cambukan terus mengenai tubuh ringkih gadis itu, namun tak sedikit pun ada tangis yang keluar dari bibirnya. Ia terlihat menahan setiap rasa sakit akibat cambukan yang dilayangkan oleh ayahnya, sementara tangannya terus mengepal seolah ingin menetralkan rasa sakitnya dengan perlakuan seperti itu.
Pria itu terus mencambuk putrinya hingga ia merasa puas, setelah itu ia berhenti dan menendang tubuh sang putri yang kini meringkuk di depan pintu. Ia tersenyum dengan puas melihat keadaan putrinya yang terlihat sangat mengenaskan itu. "Harusnya kau menuruti apa kata ayah, selama ini ayah yang menghidupi dirimu. Dasar anak tidak tau di untung, jika aku tau kau akan tumbuh menjadi pembangkang maka seharusnya aku menjual dirimu sama seperti ibumu."
Setelah merasa puas dengan perbuatannya, pria itu meninggalkan putrinya dalam kondisi yang penuh dengan luka cambukan. Ia tak peduli dengan apa yang terjadi pada putrinya, baginya walaupun sang putri harus meninggal ia tak peduli.
Setelah ayahnya pergi, gadis itu kemudian berusaha bangkit dan masuk kedalam kamarnya. Ia menyeret tubuhnya yang terasa sakit karena luka cambukan itu dengan susah payah hingga ia berhasil memasuki kamarnya, ia kemudian mengunci pintu kamarnya dan duduk menangisi nasib yang menimpa dirinya. "Bunda, mengapa bunda ninggalin Arabella sendirian sama ayah. Ayah gak pernah sayang sama Arabella, ayah selalu menyiksa Arabella."
Perlahan satu persatu memori memasuki ingatanya, setiap kenangan akan sang ibu kembali memenuhi pikirannya. Bulir air mata menuruni pipinya membuat kondisinya semakin terlihat menyedihkan.
Sementara itu di tempat lain, terlihat seorang pria muda berusia 17 tahun sedang duduk di kursi miliknya. Ia menatap dingin pada seorang pria paruh baya yang kini menunduk di hadapannya, aura kekejaman yang menguar dari tubuhnha membuat siapa pun yang ada di ruangan itu tak berani mengangkat kepala mereka.
"Apa kau masih tak bisa menemukan dimana gadis itu?" tanya pria muda itu dengan dingin.
Pria paruh baya didepannya terlihat menggelengkan kepalanya dengan pasrah, ia mengatakan bahwa selama hampir 2 tahun terakhir ia telah mencari keberadaan gadis yang menjadi penolong sang tuan muda namun ia tak pernah bisa menemukan keberadaan gadis itu.
Pria muda itu berdecak kesal lalu melemparkan gelas yang ada di dekatnya tepat ke kepala anak buahnya itu, ia merasa sangat kesal karena orang yang ia perintahkan tak bisa menemukan sosok gadis manis yang telah membuat dirinya jatuh hati itu.
Melihat pria muda itu semakin marah, seorang pria yang berada di dekatnya perlahan membuka suaranya. Pria yang telah lama mengabdi padanya itu berusaha membujuknya agar ia bisa mengendalikan emosinya. "Tuan muda, tuan muda harus bisa menahan emosi. Butuh waktu untuk menemukan keberadaan gadis itu, tapi percayalah pasti kita akan bisa menemukan keberadaannya. Tolong jangan merusak diri anda dengan marah karena hal seperti ini."
Mendengar ucapan pria kepercayaannya itu, pria muda itu pun mengembuskan nafas kasar. Ia melambaikan tangannya dan memerintahkan semua orang untuk keluar dari dalam ruangan, ia merasa jika orang-orang itu masih berada di dalam ruangan maka mungkin saja ia akan menjadi lepas kendali.
Setelah semua orang keluar, ia berdiri lalu berjalan ke arah lemari yang berada tak jauh dari tempat duduknya. Ia mengeluarkan sebuah sapu tangan dengan sulaman berbentuk bunga mawar dan menatapnya dengan tatapan sulit di artikan, ia menghembuskan nafasnya pelan dan mulai mengingat setiap kejadian di masa lalunya.
Saat itu ia berlari dan bersembunyi dari kejaran musuh keluarganya, dalam kondisi hujan ia bersembunyi di sebuah gang sempit dengan tubuh yang penuh dengan luka. Di saat itu seorang gadis manis lewat dan menemukan dirinya, gadis itu terlihat khawatir ketika melihat luka yang ada di tubuhnya.
Tanpa rasa takut gadis kecil itu menghampiri dirinya dan menanyakan apa yang terjadi padanya, ia pun mengatakan bahwa ia terluka karena di kejar oleh orang jahat. Ketika gadis itu tau tentang apa yang terjadi padanya, gadis itu merasa iba dan mengajaknya kesebuah rumah kosong yang terletak tak jauh dari tempat itu. Kemudian gadis itu mengeluarkan perban dan juga obat dari dalam tasnya. Gadis itu bahkan dengan telaten mengobati luka di dahi juga tangannya, ketika hampir selesai mengobati lukanya, gadis itu baru menyadari bahwa perban yang ia punya tidak cukup.
Gadis itu terlihat berpikir sejenak kemudian ia tersenyum dan mengeluarkan sebuah sapu tangan, gadis itu pun membalut luka yang ada di tangannya dengan menggunakan sapu tangan tersebut.
"Nah sudah, lukamu sudah ku balut semua. Kau harus beristirahat disini, maaf karena aku tak bisa membawa mu kerumahku karena ayah pasti akan memarahi diriku," ucap gadis kecil itu.
Usai mengucapkan hal itu, gadis kecil itu pun pamit dan meninggalkan tempat itu. Ia sempat ingin menanyakan nama gadis kecil itu namun sebelum ia mendapatkan jawabannya, gadis kecil itu telah pergi.