"If you wanna run away, sorry, I'm closing all the way back for you, sweet cat." *** Athena Francesca Romero; adalah seorang agent mata-mata rahasia pemerintah yang ditugaskan secara khusus mencari titik kelemahan seorang Marcus Gregory De Luca; pemimpin jaringan mafia berbahaya kelas dunia, Argents. Dengan kecantikan, kecerdasan, serta kemahirannya dalam beberapa bahasa membuatnya dianggap mampu menarik perhatian seorang Marcus. Namun, tak disangka Athena justru terjerat dalam jebakan hitam yang dibuat oleh Marcus. Situasi pun menjadi semakin tak terkendali, saat romantisme abu-abu membawa Athena lebih jauh terjerumus ke dalam dunia gelap bersama Marcus. Pergulatan ranjang pun tak bisa dihindarkan, semakin panas dan mengalir di luar rencana. Athena tahu ia sudah melanggar batas. Batas berbahaya. Sayangnya, tidak ada jalan kembali.
Washington DC, Amerika Serikat.
15:45 PM.
Sebuah Maybach Exelero berwarna hitam anti peluru serta kaca yang sangat hitam itu telah berhenti tepat di depan gedung bertingkat dua dengan gaya futuristik. Gedung yang dilengkapi retina scan itu adalah markas besar sebuah agen dinas rahasia pemerintah yang khusus menangani kejahatan lintas negara. Dengan keamanan yang kuat, tentu saja tidak sembarangan orang bisa memasuki gedung tersebut.
Seorang wanita seksi dan cantik keluar dari dalam Maybach. Berjalan cepat menuju pintu utama, melakukan retina scan lalu kembali berjalan masuk dengan langkah lebar seraya kembali mengenakan kaca mata gayanya. Hanya ada keheningan yang mengiringi tiap langkah high heels wanita seksi tersebut.
Tanpa menghiraukan beberapa pasang mata yang menatapnya secara terang-terangan, wanita yang mengenakan gaun mini berwarna merah dengan potongan A-line itu segera pergi ke ruangan teratas gedung yang menjadi tujuan utamanya.
Ketukan pintu dan perintah masuk dari dalam membuat wanita itu tak perlu berlama-lama berada di luar. "Bos." Senyum dan sapanya begitu menangkap sosok pria tua berusia enam puluhan yang tengah duduk di balik meja kerjanya. William Joseph, ialah Direktur Agent mata-mata rahasia pemerintah.
"Segera masuk dan tutup pintunya, Athena!" perintah pria tua itu tanpa mengalihkan fokusnya dari benda yang sedang ia pegang.
Wanita seksi yang dipanggil Athena itu mendecak pelan, lekas masuk ke dalam ruangan dan menutup pintunya dengan keras. Alih-alih memilih duduk di kursi yang sudah tersedia di depan meja atasannya, wanita itu justru memilih duduk di salah satu deretan sofa setengah melingkar yang ada di ruangan tersebut.
William mengangkat tatapan matanya, melihat Athena dengan datar.
"Ada apa, Bos? Kenapa wajahmu seperti kekurangan kasih sayang?" Athena menyeringai tipis. Dia menaikkan kedua kakinya ke atas meja, memamerkan kaki jenjangnya yang putih mulus tanpa bulu.
"Fuck you, Athena! Bisakah kau sedikit serius? Kau selalu saja membuatku naik darah. Cepat, ke marilah!" perintah William menatap Athena tajam, telunjuknya mengarah pada kursi di seberang mejanya.
Athena menarik napas panjang. Kedua mata birunya mengerjap, menatap atasannya itu jengah. "It's ok, Boss. Calm down..." ucap Athena sebelum akhirnya berdiri lalu duduk di seberang meja William. Ia melirik Gucci Diamantissima, 32mm- Farfetch yang melingkar anggun di pergelangan tangan kirinya. Mendesis pelan begitu menyadari 20 menit waktunya yang berharga terbuang secara percuma!
"Baiklah, ada apa?" tanya Athena mulai serius.
William mengembuskan napas perlahan, menimang-nimang sesuatu yang menjadi fokus perhatiannya sejak tadi.
"Apa kau ingat dengan kematian Yohan seminggu yang lalu?"
"Tentu," jawab Athena. Ia mengerutkan dahi karena baru sekarang William membahas kematian Yohan. Yohan adalah salah satu Agent terbaik yang telah meninggal karena terbunuh dalam misinya. Kematiannya meninggalkan duka yang mendalam terlebih Yohan adalah salah satu teman terdekat Athena.
William menghela napas, menatap Athena sesaat sebelum kemudian meletakkan benda yang sejak tadi ia pegang ke atas meja. William mendorongnya ke arah Athena sehingga Athena bisa melihatnya dengan jelas. Tampan, adalah kata pertama yang muncul dalam benak Athena ketika melihat foto yang baru saja William tujukkan.
Athena mengerutkan dahinya, menatap William tanya. "Siapa dia?"
"Mafia," jawab William singkat.
"Mafia?" tanya Athena mengulang.
William mengangguk. "Pemimpin jaringan mafia berbahaya, Argents."
Kedua manik Athena mengerling beberapa kali. "Argents ... aku memang sering mendengar nama Argents, namun tak pernah melihat rupa sang pemimpin. Apalagi yang kudengar dia bukanlah orang yang mudah ditemukan."
"Hanya orang-orang tertentu dan yang terlibat dengannyalah yang bisa melihat wajah aslinya, Athena. Dia memimpin dari belakang, seperti bayang-bayang. Begitulah cara dia bekerja..."
Athena membenarkan posisi duduknya, kembali memerhatikan foto laki-laki bersetelan abu-abu dengan rambut hitam kecokelatan mengkilap yang tersisir rapi ke belakang sambil memegang gelas whiskey. Pria dalam foto tersebut terlihat sedang mengobrol, meski bibir tebalnya yang seksi terlihat menunjukkan senyum tipis, namun matanya yang gelap menunjukkan seolah ia adalah orang yang teramat bengis.
William menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya, menghela napas. "Marcus Gregory De Luca, 36 tahun. Dia pengusaha, pembisnis, dan penguasa. Pewaris utama dari Clan mafia terkuat yang mencengkram percaturan dunia bawah."
Athena mengerutkan dahi, kedua matanya menyipit, menatap William tidak mengerti. "Lalu apa hubungannya mafia ini dengan kematian Yohan?" tanyanya. Wanita itu merasakan sesuatu yang aneh di sini. "Apa mungkin--"
"Ya!" William menjentikkan jarinya, memotong ucapan Athena. "Aku memberikan tugas kepada Yohan untuk mencari titik kelemahan Marcus De Luca. Namun nampaknya tak mudah, Marcus membunuh Yohan sebelum pria itu menuntaskan misinya."
Athena menatap lekat foto Marcus, sementara kedua tangannya mengepal kuat hingga buku jarinya memutih.
"Dan sekarang masalah ini semakin rumit. Misi ini tetap harus dijalankan, sementara kematian Yohan membuatku ingin menghabisi mafia ini."
Athena mendongak, menatap William lekat-lekat. "Langsung pada intinya, bos. Apa tujuanmu memanggilku ke sini?"
William terdiam, menatap Athena tak kalah lekat. Pria itu nampak tengah mempertimbangkan apa yang akan ia katakan.
"Aku mempercayakan misi Yohan yang masih tertunda kepadamu, Athena."
"What?! Athena berteriak kaget. "Kenapa harus aku? Bukankah kau juga tahu aku sedang menjalankan tugas lain--yang bahkan belum selesai!" seru Athena mendecak kesal.
"Aku tahu, alihkan tugasmu kepada Derek. Biarkan dia yang mengurus."
"Damn it! Setelah aku hampir dapat pelakunya kau menyuruhku menyerahkannya pada orang lain dan malah melemparkan aku ke kadang singa? You're really damn, Boss!"
"Jangan banyak mengeluh, Athena! Kau ini seorang agen! Seorang agen harus siap dengan kondisi dan situasi apa pun, kapan pun dan di mana pun--bahkan mati sekali pun! Tapi kau? Kau selalu saja mengeluh ini dan itu ... Yohan bahkan mati dalam misinya." William mengepalkan tangannya kuat. "Apa kau tak ingin menuntut balas demi Yohan? Ingat, nyawa harus dibayar dengan nyawa."
Athena terdiam. Sebagai teman baik Yohan, tentu Athena ingin orang yang membunuh pria itu juga mati. Apalagi Yohan mati dengan kondisi mengenaskan. Tapi berurusan dengan Argents ... Athena meragukan dirinya sendiri.
"Kau salah satu agen terbaik yang kumiliki, Athena. Aku mempercayakan misi ini kepadamu karena kau memang layak."
Yang dikatakan William adalah kebenaran. Mungkin dari sekian banyak agent yang dimiliki olehnya, Athena Francesca Romero adalah salah satu agent terbaik dari yang paling baik. Meskipun Athena selalu berlaku kasar, tak dapat diatur, membangkang dan suka bertindak sendiri di luar prosedur hingga tak jarang membuat para rekannya menjerit marah. Namun dengan kecantikan, kecerdasan, serta kemahirannya dalam beberapa bahasa membuatnya dengan mudah menjebak lawan masuk ke dalam perangkapnya.
Jika Dewi Athena dalam mitologi Yunani digambarkan sebagai Dewi kebijaksanaan, maka Athena yang menjadi agent mata-mata rahasia yang satu ini adalah Dewi iblis. Cantik, namun mematikan. Sangat pantas dengannya yang mendapat julukan sebagai 'Beaty Weapon'.
"Aku percaya padamu, Athena. Kau mampu melakukannya."
Athena menghela napas, menatap foto Marcus dengan lekat. Ia lalu mengangguk pelan. "Baiklah, aku mencoba misi ini."
William menarik bibirnya ke atas. Mengambil sebuah file lain dan memberikannya pada Athena. "Aku ingin kau menandatanganinya," ucap William tersenyum simpul.
"Apa ini?" tanya Athena seraya membaca cepat isi file tersebut yang ternyata isinya adalah sebuah perjanjian. Dahinya mengerut dalam, dan ketika ia menyadari maksud dari perjanjian itu, maniknya langsung naik menatap William tajam. "Kau gila! Alcatraz?!" seru Athena hingga suaranya menggema di ruangan tersebut.
"Ya, seperti yang kau baca. Silahkan tanda tangan." William meletakkan sebuah pulpen di hadapan Athena.
Sementara itu Athena menganga, menatap William semakin tajam. Mendengus kasar, ia meraih pulpen tersebut dan membubuhkan tanda tangannya tepat di atas materai yang melekat di kertas tersebut.
"Dasar pria tua sialan! Fuck you, asshole!" umpat Athena seraya meletakkan pulpennya dengan kesal.
William tergelak mendengar umpatan Athena yang ditujukan padanya. "Perjanjian berlaku jika kau mundur dalam misi. Oke, pertemuan selesai, kau boleh pergi." Senyum manis William seolah mengusir Athena secara halus.
"Fuck you, Boss!" Jari tengah pun segera Athena layangkan ke arah William sambil berdiri. Dia benar-benar kesal dengan sikap semena-mena atasannya tersebut. Tanpa sepatah kata atau sikap sopan santun selayaknya kepada atasan pada umumnya, Athena segera keluar dari ruangan dan membanting pintu dengan kencang sampai dinding di sisi-sisinya ikut bergetar. Luar biasa!
***