Dandelion, Wish, and Wind
pkan kata sampai jumpa kepada siswanya Asahi-Sensei-guru laki-laki muda yang Izumi tebak masih berusia dua puluhan akhir itu-membawa bukunya dan b
luar jendela. Hampir saja dia tenggelam dalam la
.. Yoshi
ang kebetulan satu kelas dengannya yang sebelumnya dimintai tolong oleh Asahi-Sensei untuk membawa Izum
ich
yum canggung memperkenalkan dirinya ke
ti langkah gadis bernama Mi
eksama. Keduanya sekarang berada di luar ruangan. "Lalu gedung itu-" Nana menunjuk bangunan dua lantai yang terletak berseberangan dari tempat mereka keluar tadi. "-di lantai satu ada perpustakaan, ruang audio visual, dan lab bahasa. Sedangkan di lantai dua ruang OSIS serta lab sains. Aku tak perlu masuk untuk menun
lebih luas dari duga
u begitu ayo kita kembali. Atau kau mau ke kanti
saja," ujar Izumi. "Ari
keberatan panggil saja aku Na
iklah .
bali menuju kelas. Izumi mengerutkan kening sedikit bingung dengan ucapan gadis itu. Namun dia tak menanyakan apapun. Hingga akhirnya Nana meneruskan kalimatnya. "Aku ingat dulu aku j
u ..." ucap
ia dan keluarganya pindah ke luar kota. Sejak saat itu aku tak pernah bertemu atau mendengar kabar darinya selama sepuluh tahun ini. Aku jadi sedikit penasaran di mana dan apa yang d
pa
hal semacam itu. Bahkan ketika dia pergi aku mulai melakukan hal itu dengan harapan suatu saat kami bisa bertemu lagi. Lambat laun aku mulai sadar, kalau itu hanya fantasi untuk menyenangkan anak-anak. Ah, maaf. Yos
u," bala
mi dan Nana hanya berjalan tanpa suara. Sampai di ujung tangga sebelum lantai tiga, Nana menghentikan l
ata coklatnya menatap Izumi dengan serius. Izumi mengangguk sin
emiliki nama kelua
Nana menghela napas pelan. "Souka," ucap
u selama sepuluh tahun ini dia tak pernah berusaha
humu alasannya, tapi sejak dulu sampai sekarang Haru-kun bagiku...." Nana kembali tersenyum lalu melanjutkan
u,
kelas mereka. Di depan kelas setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi, Izumi menuju tempat duduknya. Begitu duduk dia langsung mengarahkan pan
kegiatan belajar di Jepang. Tanpa beranjak dari tempat duduknya, Izumi memperhatikan teman-teman sekelasnya yang mulai meninggalkan ruang kelas satu persatu. Sore itu Izum
a, tangan dan otak Izumi mulai bekerja. Tiga puluh menit berlalu PR Matematikanya selesai dikerjakan. Izumi lalu berlanjut membuka buku Fisikanya. Pensil mekanik yang dipegangnya bergerak dengan lincah mentransfer hasil pikiran Izumi ke atas kertas. Izumi m
isinari oleh matahari sore terlihat seperti seekor kuda berbulu keemasan. Tak ingin melewatkan pemandangan itu, Izumi mengeluarkan ponselnya dan menyalakan kamera.
ara Yuki. "Ternyata benar, ku
t penasaran karena gadis itu meninggalkan
n piket hari ini," jawab Yuki
a menghabiskan waktu di
a," timp
memiliki sifat luwes dan mudah akrab dengan orang lain, bahkan dengan Izumi yang no
ai lewati tadi pagi. Kalau begitu aku duluan, ya. Jangan tersesat lagi, Senpai." Yuki tertawa kecil mengakhiri ucapannya. Dari kalimatnya terdengar seperti gadis itu sedang meledeknya. Namun Izumi tak mempermasalahk